Tenang, Corona Masih Jauh
Reporter:
Benny|
Editor:
Benny|
Minggu 02-02-2020,01:43 WIB
Corona, corona, corona. Di mana-mana ramai bahas penyebaran virus yang dinamai 2019-nCoV tersebut. Menjadi santapan berbagai media. Sebagian warga pun ikut dalam kepanikan. Padahal hingga berita ini diturunkan, di Indonesia belum ada kasus yang teridentifikasi suspect.
--------------
BLAZER biru gelap dengan rok sedikit di bawah lutut, tak membuat gerak langkah Indah terhambat. Ia agresif menyambut setiap tamu di pintu keberangkatan Bandara APT Pranoto Samarinda. Menawarkan jasa check in pesawat bebas hambatan. Tanpa harus ikut antrean. Hak tinggi tak membuatnya lambat. Indah gesit mengiringi langkah tim Disway Kaltim yang hendak bertolak ke Jakarta.
Rambutnya lurus tergerai hingga di bawah bahu. Tapi upps..Disway Kaltim tak bisa mendeskripsikan wajah Indah. Masker biru menutupi lebih dari separuh wajahnya. “Takut, sekarang lagi ramai virus corona,” katanya.
Indah mengantarkan hingga ke ruang Executive Lounge Mahakam. Tak sampai disitu, Ia aktif menginformasikan jadwal keberangkatan pesawat. Hingga akhir perjumpaan, Ia tak pernah sekalipun membuka masker berwarna biru itu. Rekan-rekannya juga sama. Mereka kompak mengenakan masker dengan warna yang sama.
Sebelumnya, ramai diberitakan soal virus corona yang sudah masuk ke Balikpapan. Berita tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat tenaga kerja asing (TKA) asal Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, Tiongkok. Kabarnya lagi, sudah ada orang yang meninggal dunia lantaran virus tersebut ketika dirawat di Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo (RSKD).
Berita tersebut akhirnya disanggah Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Balikpapan. Andi Sri Juliarty, kepala Diskes Balikpapan menegaskan, kabar tersebut hoaks. Sebab, untuk menentukan seseorang meninggal karena virus corona harus berdasarkan hasil pemeriksaan spesimen yang dikirim ke Laboratorium Puslitbangkes, Jakarta. “Yang boleh mengirim hanya Dinas Kesehatan. Kami tidak ada mengirim spesimen atas nama yang dimaksud,” jelasnya. “Kami belum menemukan. Kalau bisa jangan sampai ada,” tambahnya.
Sanggahan juga disampaikan Direktur RSKD Edy Iskandar. Ia menegaskan rumah sakit yang dipimpinnya belum ada menerima pasien dengan dugaan virus corona. “Itu tidak benar. Kami belum ada menangani pasien tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Karantina Pelabuhan dan Bandara Kemenkes Gunawan Nugroho mengatakan, kondisi saat ini sudah siaga nasional. “Kami sebelumnya sudah lebih siap. Kami punya dokumen kontingensi, yaitu bagaimana menanggapi keadaan gawat darurat di masyarakat,” ujarnya, Selasa (28/1).
Tim yang berada di bawah Kemenkes di wilayah dan yang berada di akses pintu masuk pelabuhan-bandara telah dikerahkan. “Jadi sudah ada beberapa edaran untuk meningkatkan kewaspadaan. Sebab sebetulnya pengawasan tersebut sudah rutin. Hanya, karena ada kasus ini lebih ditingkatkan lagi,” tambahnya.
Ia menegaskan kembali terkait beredarnya isu orang yang terjangkit virus corona di beberapa daerah. Itu tidak benar. Semua dugaan tersebut telah dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium. Kemenkes akan selalu terbuka jika benar ada suspect. “Jadi kalau ada demam kami lihat. Suhu panas infeksius itu 38 derajat ke atas. Tapi lihat juga riwayat perjalanannya. Jika tidak dari Tiongkok, hanya panas biasa,” jelasnya.
Gunawan mengatakan, untuk transportasi air atau kapal yang masuk, tidak perlu dikhawatirkan. Terlebih jika hanya kapal barang. Karena, ia yakin bahwa virus tidak akan sampai ke Indonesia disebabkan masa inkubasi virus hanya 1-14 hari. Sedangkan perjalanan kapal itu cukup lama.
Kasus dan Sebaran Corona yang Terkonfirmasi (20 Jan - 27 Jan 2020)
Total kasus : 7.783
- Mainland China : 7.678
- Thailand : 14
- Jepang : 11
- Hong Kong : 10
- Singapura : 10
- Taiwan : 8
- Australia : 7
- Macau : 7
- Malaysia : 7
- Francis : 5
- German : 4
- South Korea : 4
- United Arab Emirates : 4
- Kanada : 3
- Vietnam : 2
- Kamboja : 1
- Finlandia : 1
- Nepal : 1
- Sri Lanka : 1
Sumber: John Hopkins CSSE
RAMAI DI BERAU
Ribut-ribut soal pasien terinfeksi pneumonia yang diakibatkan virus corona, juga terjadi di Berau, Kamis (30/1/2020) kemarin. Beredar video dan foto petugas medis yang mengenakan APD (alat pelindung diri) lengkap yang diduga menerima pasien terinfeksi pneumonia di RSUD Dr Abdul Rivai.
Menurut informasi awal yang diterima Disway Kaltara, IGD rumah sakit tersebut menerima pasien WNA berkebangsaan India yang sedang berlayar dan masuk perairan Berau. Rumah sakit umum itu menerima rujukan dari tim KKP Tarakan Walker Berau. Video dan foto tersebut pun akhirnya ramai dengan dugaan virus corona. Yang menjadi perhatian khusus karena keduanya dalam perjalanan berlayar dari perairan Tiongkok. Terakhir pada 18 Januari 2020.
Menurut Humas RSUD Dr Abdul Rivai, Erva Anggriana, penggunaan APD lengkap itu sebagai prosedur penanganan menghadapi infeksi yang dikeluarkan oleh Kenemkes RI. “Data pasien tidak bisa kami informasikan. Semua pasien yang kami rawat berhak tidak kami ekspos identitasnya,” kata Erva.
Erva menjelaskan, hasil diagnosa medis atas kedua orang tersebut didapatkan keluhan nyeri perut, tidak ada riwayat demam, tidak ada batuk, tidak filek dan nyeri tenggorokan. “Kami simpulkan, dalam pemeriksaan tersebut belum memenuhi syarat kriteria pneumonia,” jelasnya seraya berharap informasi ini disampaikan kepada masyarakat luas agar tidak terjadi keresahan.
Sama halnya dengan yang disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Iswahyudi. Menurutnya kedua pasien asal India yang kini menjalani observasi itu belum dikategorikan terindikasi virus corona. Keduanya terjaring oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tarakan wilayah kerja Berau yang melakukan pengecekan ke kapal tongkang batu bara dari Tiongkok di Perairan Muara Pantai.
Saat melakukan pemeriksaan, KKP menemukan dua ABK asal India ini sakit yang belum diketahui. Sehingga, kedua ABK dirujuk ke RSUD dr Abdul Rivai untuk dilakukan observasi lebih lanjut. “Saat diperiksa tidak ada indikator panas, hanya saja sedang sakit. Sesuai penanganan SOP (standar operasional prosedur), dirujuklah keduanya untuk dilakukan pemeriksaan,” tegasnya saat dikonfirmasi Disway Berau di ruang kerjanya, Kamis (30/1).
Data Meninggal karena Virus Corona
- Hubei : 162
- Henan : 2
- Sichuan : 1
- Beijing : 1
- Shanghai : 1
- Hebei : 1
- Hainan : 1
- Heilongjiang : 1
Total meninggal : 170 kasus
Total yang pulih : 133 kasus
(Sumber: John Hopkins CSSE)
SIAPKAN 100 RUMAH SAKIT
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memastikan belum ada warga yang positif terinfeksi virus corona. "Belum ada positif di Indonesia," tegas Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes dr Bambang Wibowo di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Rabu.
Bambang menyatakan, Kemenkes telah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan se-Indonesia untuk menangani pasien yang diduga alias
suspect terjangkit virus corona. "Dari segi sistem dan fasilitas hingga laboratorium, semuanya sudah siap," ujar Bambang.
Bambang mengimbau masyarakat tenang, selalu menjaga kesehatan, menggunakan masker bila batuk, melakukan cuci tangan hingga menjaga perilaku hidup sehat. Imbauan yang sama juga disampaikan Kepala RSPI Sulianti Saroso, dr Muhammad Syahril yang berharap masyarakat tidak panik dengan informasi virus corona. "Jangan percaya dengan berita media sosial yang tidak jelas sumbernya," kata Syahril.
Dia menegaskan, apabila manusia memiliki daya tahan tubuh bagus disertai perilaku hidup sehat, maka semua penyakit tidak akan masuk. Penyebaran virus corona tipe baru atau novel coronavirus (2019-nCov) terus bertambah ke-14 negara dengan jumlah yang melonjak hampir dua kali lipat dibanding hari sebelumnya sebanyak 2.798 menjadi 4.593 kasus positif, sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Berdasarkan laporan resmi WHO terkait perkembangan situasi virus corona per tanggal 28 Januari 2020 yang dikutip di Jakarta, Rabu, sebanyak 4.537 kasus positif virus corona terjadi di Tiongkok dengan 976 di antaranya dalam kondisi kritis.
BELUM MASUK INDONESIA
Virus corona yang berasal dari Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, dipastikan belum masuk ke Indonesia. Kendati demikian, kesiapsiagaan dan kewaspadaan perlu dilakukan sebagai langkah antisipasi. Berdasarkan data penelusuran Disway Kaltim, virus tersebut memang merebak ke berbagai negara di luar Tiongkok. Namun persentasenya masih kecil. Jumlah pasien yang meninggal akibat virus tersebut juga terdata belum ada yang di luar Tiongkok.
Masih lebih menakutkan virus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang setiap tahunnya memakan korban. Setidaknya di Indonesia. Apalagi saat ini musim penghujan. Biasanya diiringi dengan angka kesakitan akibat gigitan nyamuk
aedes aegypti yang meningkat. “Siklus kehidupan nyamuk penyebab DBD ini cuma tujuh hari. Sejak menjadi telur hingga menjadi nyamuk,” ucap Kabid Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kukar Imam Pranawa Utama, beberapa waktu lalu.
Menurut penelitian John Hopkins CSSE yang dikutip dari gisandata.maps.arcgis.com, mulai 20-27 Januari 2020 jumlah penderita suspect corona sudah 7.783 di dunia. Terbanyak di Tiongkok dengan jumlah 7.678. Jumlah korban meninggal dunia 170 kasus. Semua korban meninggal terjadi di beberapa daerah di Tiongkok. Sedangkan penderita yang pulih mencapai 133 kasus.
Mengutip catatan Dahlan Iskan, pembina Disway Kaltim, pemerintah Tiongkok tak tinggal diam dalam menangani wabah virus tersebut. Indikasinya penderita yang sembuh juga terus meningkat. Dalam tulisannya, Dahlan mendeskripsikan seperti lomba lari. “Hari-hari ke depan kita seperti menanti hasil lomba lari: mana yang lebih cepat. Pertambahan yang meninggal atau kemenangan yang sembuh”.
Mengutip koran harian setempat, dari seluruh korban yang ada hanya 0,6 persen yang di bawah umur 15 tahun. Menurut Harian Rakyat itu yang terjangkit umumnya orang yang memang punya riwayat sakit yang terkait pernapasan. “Kian hari juga kian jelas: bagaimana proses penularannya. Penelitian terhadap pasien terus dilakukan”.
Menurut Dahlan, proses penularan utamanya terjadi lewat dua cara: pertama, terkena cairan yang berasal dari organ pernapasan. Cairan itu memercik dan menempel ke orang lain. Kedua, bersentuhan dengan anggota badan/pakaian penderita.
Contoh yang pertama adalah: dari bersin atau batuk. Ketika bersin atau batuk itu ada percikan cairan yang mengenai orang lain. Asal percikan dari batuk atau bersin itu pasti dari rongga pernapasan. Contoh yang kedua adalah kalau kita salaman atau cipika-cipiki dengan penderita. Atau bersenggolan. Atau kontak badan seperti apa pun.
“Artinya, virus itu tidak berterbangan ke sana ke mari lalu hinggap ke orang lain. Karena itu kasus terbanyak yang tertular adalah anggota keluarga penderita sendiri,” jelas Dahlan dalam catatannya itu. (*)
Pewarta : Andrie Aprianto, Fery Setiawan, Arjuna Mawardi
Editor : Devi Alamsyah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: