Stadion Palaran dan Politik Anggaran
Pemerintah Provinsi Kaltim seharusnya mengambil langkah cepat. Setidaknya, Stadion Utama Palaran tidak menggerus anggaran belanja pemerintah setiap tahunnya. Terus-menerus. Atau mau dibiarkan begitu saja, agar jadi “istana hantu”. ----- MALAM itu sekitar pertangahan 2018. Waktu menunjukkan pukul 20.00 Wita. Disway Kaltim hendak menuju ke arah Palaran. Seorang kerabat mengabarkan, jalan tembus tercepat bisa melalui Stadion Utama Palaran itu. Lalu, masuk ke permukiman warga yang nantinya tembus ke jalan utama Palaran. Akhirnya diputuskan. Masuk lewat jalur itu, sesuai informasi tadi. Kondisinya gelap gulita. Tak ada kendaraan lain yang menemani melintas di jalur itu. Mulanya jalannya tampak mulus. Sekitar 200 meter dari jalan poros Samarinda – Balikpapan mulai muncul jebakan lubang dengan diameter bervariasi. Sebagian di antaranya masih tergenang air hujan yang tak kunjung surut. Laju kendaraan harus lambat. Apalagi jika tak tahu persis lokasi lubang-lubang itu. Kiri-kanan tak tampak ada rumah. Hanya ada lapak warung pinggir jalan yang saat itu kondisinya tutup. Seram juga. Jaraknya lumayan. Mungkin sekitar 5 hingga 10 menit sampai ke pertigaan jalur permukiman. Sekarang jalur tempat masuk gerbang Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam). Tapi saat itu belum ada tol. Hanya tampak ada pengerjaan jalan di kawasan itu. Sekarang kondisinya lumayan ramai. Pekan lalu, Disway Kaltim melintas jalan tersebut. Kendati kondisi jalannya masih sama, tapi lebih ramai dengan jejeran kendaraan yang hilir mudik melintasi jalur itu. Baik yang keluar maupun yang mau masuk tol Balsam. Tampak mulai ada pekerjaan perbaikan jalan. Yang dilintasi tadi itu, adalah kawasan Stadion Utama Palaran. Cukup luas wilayahnya. Dengan pepohonan yang rindang dan besar. Stadion yang digembar-gemborkan menjadi pusat olahraga saat mulai dibangun tahun 2008 silam. Dipesiapkan untuk menghadapi pekan olahaga nasional (PON) 2008 di Kaltim. Kompleks stadion tersebut memiliki luas 88 hektare dan terdapat 10 gelanggang olahraga. Termasuk stadion utama yang dibangun dengan uang sebesar Rp 800 miliar. Pada masa itu. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Prasarana Olahraga (PPO) yang mengelola kompleks tersebut angkat tangan. Hingga saat ini, pengelola belum punya ide mau dijadikan apa. Padahal stadion yang memiliki kapasitas 67.075 penonton tersebut baru digunakan saat PON 2008 dan Piala Gubernur 2018. "Ya, inilah keadaannya. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelolaan Prasarana Olahraga (PPO) Sayid Husein Sadly, saat ditemui di Gedung Olahraga Akuatik. Dari pintu gerbang, gedung stadion terlihat. Bentuknya megah. Informasinya bertaraf internasional. Jalur utama penonton juga dibagi dua. Kiri dan kanan. Ada pula pintu khusus bagian bawah. Itu untuk pemain yang hendak bertanding. Namun di balik kemegahan dan keluasan stadion tersebut di dalamnya terlihat renta. Apalagi bila diperhatikan secara detail malah bikin waswas. Bayangkan, fondasi bagian kiri dan kanan untuk kursi penonton nyaris ambruk. Dikelilingi lumut. Sampah berserakan. Kaktus dan bakal pohon tumbuh bebas di kursi penonton. "Padahal stadion kita sangat layak untuk turut dipilih dalam Piala Dunia U-20," tegasnya. Kata Sayid, pengelola sudah maksimal menjaga dan memelihara kompleks stadion tersebut. Namun karena lokasinya sangat luas, pengelola pun menyerah. Anggaran yang ditetapkan pemerintah untuk mengelola stadion tersebut tahun sebesar Rp 1,3 miliar. Itu pun untuk mengurus dua stadion, yakni Stadion Utama Palaran dan Stadion Madya Sempaja. Usia bangunan tak bisa ditahan, pun demikian dengan rumputnya. Tak bisa dibendung tumbuh di mana-mana. "Pasti kekurangan dengan anggaran tersebut. Makanya kami berharap diberikan anggaran lebih," tambahnya. Apalagi, selama ini pemeliharaan dilakukan oleh pihak ketiga. Terutama bagian cleaning service. Ongkos pembersihan itu membutuhkan dana Rp 1 miliar khusus perawatan di Stadion Utama Palaran. Belum untuk perawatan lainnya. Berbeda dengan Stadion Madya Sempaja yang luasnya hanya 4 hektare. Lebih kecil biaya perawatannya. Stadion Sempaja juga sudah menghasilkan. Penarikan retribusi parkir setiap tahunnya sebesar Rp 150 juta. Angka itu juga harus dibagi dengan pihak ketiga. Menurut dia, kerusakan yang ada di Stadion Utama Palaran sudah masuk kategori berat yang menuntut untuk segera diperbaiki. Terpisah, Kepala Pengelola Stadion Utama Palaran Hasbar mengatakan, pihaknya sudah mengusulkan untuk audit building (pemeriksaan bangunan) secara menyeluruh pada 2016 lalu. Agar bisa diketahui jumlah kerusakan dan total anggaran yang harus disediakan untuk memugar komplek Stadion Utama Palaran. Namun permintaan itu rupanya tak direspons hingga sekarang. "Tapi kalau dari hasil pemeriksaan total biaya perbaikan itu Rp 160 miliar," tegasnya. Hasbar tak menampik bila perbaikan dan pemugaran kompleks Stadion Utama Palaran diperlukan. Utamanya rumput liar yang tumbuh bebas. Nyaris di semua gelanggang olahraga. Terlebih di dalam stadion. Dia berharap pemerintah harus memerhatikan Stadion Utama Palaran sebab di kompleks ini punya gedung bulu tangkis, gedung serbaguna, lapangan tenis, softball, panjat tebing, kolam renang, dan lain-lain. Jumlahnya itu ada 10 venue. "Semuanya itu perlu perawatan," pungkasnya. BERHARAP DAMPAK TOL Nasib Stadion Utama Palaran makin hari kian memprihatinkan. Padahal sedianya stadion ini bisa difungsikan untuk berbagai macam gelaran internasional. Namun pasca PON Kaltim tahun 2008, Stadion Palaran seolah tak terawat, cenderung terbengkalai. Ketua KONI Kaltim Zuhdi Yahya melalui Kabag Humas KONI Kaltim, Zulkarnain menyebut bahwa kondisi memprihatinkan Stadion Palaran disebabkan posisinya yang tak strategis. Padahal perawatan Stadion Palaran yang notabene berstandar internasional membutuhkan biaya yang besar pula. "Stadion Palaran ini kan skala internasional. Tak banyak provinsi yang punya. Hanya konskwensinya punga stadion besar itu, biaya perawatannya tak sedikit. Diperparah dengan letak Stadion Palaran yang tak strategis. Tidak ada angkutan yang menuju kesana, belum lagi kondisi jalannya rusak. Jadi kalau ada event di sana, pasti sepi," kata Zulkarnain. Kehadiran jalan Tol Balsam diharapkan mampu memberi dampak pada Stadion Palaran. Selama ini Pemprov Kaltim dirasa enggan memberi dana perawatan yang layak karena Stadion Palaran dianggap kurang potensial untuk menggelar event olahraga. "Selama ini kan Stadion Palaran sulit mendapat dana perawatan yang memadai. Mudah-mudahan dengan adanya Tol Balsam ini, Stadion Palaran bisa ramai lagi. Bisa dimanfaatkan lagi. Kalau penggunaannya potensial, mudah-mudahan bisa mendapatkan anggaran yang layak," lanjutnya. Menggelar banyak kegiatan di Stadion Palaran menurut Zulkarnain bisa menjadi stimulan untuk dikucurkannya biaya perawatan. "Menggelar event jelas berdampak. Stadion Palaran bisa digunakan untuk berbagai kegiatan. Tentu dengan beberapa syarat. Dan memang untuk menggunakan stadion itu harus bayar. Ada Perdanya itu. Tapi kalau bisa untuk olahraga daerah diberi harga khusus. Misal tim sepak bola PON bisa mendapat potongan harga yang cukup tinggi," jelas Zulkarnain. Stadion Palaran sejatinya masih 'menjual'. Stadion ini kerap disewa untuk beberapa kegiatan olahraga. Termasuk oleh warga lokal yang ingin melangsungkan pertandingan sepak bola. Hanya saja, dana yang di dapat dari sewa stadion itu tidak serta merta dapat digunakan untuk biaya perawatan akibat proses birokrasi. "Fasilitas pemerintah yang bisa menggunakan pemasukan untuk operasional itu hanya rumah sakit. Jadi pendapatan dari stadion melalui Dispora akan disetorkan ke kas daerah. Nanti kalau mau melakukan perawatan harus meminta melalui pengajuan anggaran, baik APBD murni atau perubahan. Problemnya memang di situ." "Tapi mudah-mudahan situasinya lekas membaik. Kita semua mau Stadion Palaran hidup lagi. Kita tunggulah tahun ini. Stadion Palaran kan dekat dengan pintu Tol Balsam. Semoga berdampak baik," imbuhnya. Sebagai catatan, pasca PON Kaltim, Stadion Palaran sempat digunakan sebagai venue Piala Gubernur Kaltim di 2 edisi, laga Timnas U-19, serta pernah dicalonkan oleh pemerintah saat bidding Piala Dunia. Yunus Nusi: Serahkan Pada Ahlinya PERSOALAN Stadion Palaran yang dibiarkan tak terawat bertahun-tahun, membuat Ketua Asprov PSSI Kaltim, Yunus Nusi, kesal. Pria yang juga anggota Exco PSSI ini menilai Pemprov Kaltim selaku yang berwenang melakukan perawatan, tak memiliki niatan yang serius. Yunus Nusi yang saat dihubungi Disway Kaltim sedang berada di Korea Selatan, meminta agar Pemprov Kaltim menyerahkan Stadion Palaran pada cabang olahraga (Cabor) agar bisa dirawat dengan maksimal. "Serahkan kepada ahlinya saja. Semua vanue di Stadion Palaran sebaiknya diserahkan pada cabor," ujar Yunus melalui pesan singkat. Alasan jarak Stadion Palaran dengan titik keramaian di wilayah Samarinda dan Kukar hingga menimbulkan keengganan Pemprov dalam merawat, bagi Yunus bukanlah alasan yang kuat. Karena bila kewenangannya diberikan pada cabor sebagai tempat latihan dan menggelar pertandingan, jarak bukan lagi persoalan yang pelik. "Atlet dan pelatih, termasuk juga penonton, jika sudah menggelar latihan dan pertandingan, tidak lagi mengenal jarak. Jangan jadikan jarak sebagai alasan," pungkasnya. Berkaca dari penggunaan sebelumnya untuk laga uji coba Timnas U-19 dan Piala Gubernur Kaltim, Stadion Palaran memang tampak sesak oleh puluhan ribu supporter. Hal ini yang menguatkan argumen Yunus bahwa Pemprov cenderung hanya mencari pembenaran untuk tidak melakukan perawatan intensif. Padahal dana pembangunan yang berasal dari kas daerah, bukanlah jumlah sedikit. "Melakukan pemeliharaan itu jangan pakai alasan jarak. Yang penting ada niat untuk melakukan. Harta rakyat juga itu," tutup Yunus Nusi. (*) Editor : Devi Alamsyah Reporter : Michael F Yacob, Ahmad Agus Arifin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: