Yusuf Bukan Korban Mutilasi

Yusuf Bukan Korban Mutilasi

Kepolisian dan keluarga Yusuf sama-sama masih menunggu hasil tes DNA. Tapi pihak kepolisian sudah menyatakan klir. Ini bukan kasus penculikan seperti yang banyak beredar di medsos. Kendati keluarga korban masih meragukan dan merasa ada yang janggal.   AHMAD Yusuf Ghozali baru genap berusia empat tahun pada 3 November 2019 lalu. Putra bungsu dari tiga bersaudara ini masih juga belum bisa berbicara. Sifat pemalu yang dimilikinya membuatnya susah bergaul dengan anak sebaya. Kedua orang tua Yusuf, Bambang Sulistyo (37) dan Melisari (30) memutuskan untuk membawa anak bungsu mereka ke Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Bukan karena mereka tidak sanggup mendidik sang buah hati. Hanya saja, mereka ingin Yusuf dapat bergaul dengan anak sebayanya. Tepat 11 November 2019, Yusuf memulai aktivitasnya di PAUD Jannatul Athfall. Awalnya berjalan baik. Seperti biasa, Yusuf tetap menjadi anak yang pemalu. Tapi teliti dan hati-hati. Setiap harinya, Yusuf pergi dan pulang dari PAUD tersebut selalu diantar sang ayah, yang berprofesi sebagai jasa ojek online. Pada hari kesebelas di sekolah, Jumat (22/11/2019), Kepala PAUD Jannatul Athfall Mardiana mengabari Melisari bahwa anaknya (Yusuf) telah hilang. Melisari kaget dan langsung menghubungi suaminya yang tengah bekerja. Saat itu cuaca sedang hujan, usai mendapatkan kabar dari sang istri, Bambang tidak langsung ke PAUD tempat anaknya bersekolah. Ia malah menuju selokan atau aliran air di sekitaran PAUD tersebut. Perlahan-lahan ia mencari, tapi tidak juga menemukan anak tercintanya. “Jam setengah tiga sore saya sudah mau jemput Yusuf. Posisi saya di Jalan Merak. Pukul 15.39 Wita, saya ditelepon istri. Katanya anak saya hilang. Tapi saya tidak langsung ke PAUD. Karena saya dapat informasi dari istri saya, pintu dan pagar PAUD terbuka,” katanya kepada Disway Kaltim, Senin (30/12/2019). Bambang berinisiatif menghubungi rekannya yang merupakan relawan. Ia bersama para relawan kembali menelusuri selokan sampai ke Jalan Juanda. Hingga pukul 02.00 Wita dinihari. Tapi, dia tetap tidak menemukan putra tunggalnya itu. “Karena ini anak kecil, bilang polisi tidak perlu menunggu 1X24 jam. Langsung bisa dilaporkan. Lalu kami melaporkan ke polisi. Laporan tidak resminya pada saat itu juga. Usai pencarian dengan tim relawan. Laporan resminya besok (23/11/2019) pukul 09.00 Wita,” bebernya. Dua pekan kemudian, tepatnya Minggu (8/12/2019), 16 hari setelah hilangnya Yusuf. Seorang warga menemukan jasad balita tanpa kepala di anak sungai RT 30, Jalan Antasari Gang 2, Samarinda. Ika (30) warga yang pertama kali melihat jasad tersebut. Jasad tersebut kemudian dievakuasi ke RSUD A Wahab Syahranie. Saat ditemukan jasad balita sudah tak utuh. Mendengar kabar tersebut dari salah satu teman relawan, Bambang  bersama istrinya langsung menuju RSUD AWS. Ketika, melihat jasad balita tersebut, Bambang yakin bahwa jasad tanpa kepala itu merupakan Yusuf. Walaupun jasad tersebut sudah tidak lengkap, Bambang mengetahui persis ciri-ciri putra tunggalnya ini. Tidak hanya itu, baju, celana, popok dan baju dalam yang dikenakan jasad tersebut, sama persis dengan yang dikenakan Yusuf terakhir sebelum dinyatakan hilang. Yakni kaus warna merah dengan lengan berwarna biru bertuliskan Monas Jakarta. Celana pendeknya berwarna putih dengan motif kuning bulat-bulat bergambar binatang gajah dan singa. “Saya milihat ukuran tubuhnya. Karena tidak ada kepala, saya mengira-ngira saja. Saya kan biasa menggendong dia. Jadi saya pasti tahu. Kalau saya ukur, kira-kira, pas dengan tingginya dia. Dia itu umur empat tahun. Tapi badannya seperti umur tiga tahun,” tegasnya. Tiga hari pasca penemuan jasad tersebut, orang tua Yusuf bersama keluarga melakukan tes Deoxyribonucleic Acid (DNA). Untuk lebih meyakinkan bahwa jasad tersebut benar Yusuf atau tidak. “Kami sih masih menunggu hasil dari tes DNA. Katanya, hasilnya akan keluar dua sampai tiga minggu. Ini sudah minggu ketiga. Harusnya, hasilnya sudah keluar. Kami lakukan tes DNA hanya untuk membuktikan saja. Saya sih berharap itu bukan anak saya,” celetuknya. Bambang tak setuju dengan analisa pihak kepolisian terkait kasus Yusuf yang terbawa arus parit. Pasalnya, beberapa drainase ketika Bambang dan rekannya menyisir tempat itu kondisinya mampet. Dan posisi penemuan jasad jaraknya sekitar 3,8 km dari tempat diduga Yusuf terpeleset dan terbawa arus. Padahal, 500 meter dari lokasi tersebut, drainasenya tersumbat. “Kalau dibilang hanyut, saya sudah telusuri semua. Ada parit yang kesumbat. Lubangnya kecil. Botol mineral gelas saja nyangkut. Apalagi manusia,” tegasnya. “Awal ditemukan jasad itu, kan ditemukan di air. Oleh sebab itu, dugaan polisi terseret arus. Polisi bilang terseret arusnya itu lurus. Memang selokan itu terkoneksi antara Jalan AWS dengan Antasari. Hanya saja, kita kan juga harus melihat dari segi drainasenya. Berfungsi atau tidak,” tambahnya. Bambang meminta agar pihak kepolisian lebih teliti untuk mengusut kasus tersebut. Agar, jangan ada kasus serupa yang menimpa keluarga lain. Pasalnya, ia merasa ada yang janggal dalam kasus hilangnya Yusuf ini. Menurut Bambang anaknya paling anti keluar rumah tidak memakai alas kaki. Dan ternyata sepatunya masih ada. “Saya enggak yakin kalau Yusuf terpeleset. Ia tidak mau kakinya injak pasir. Kalau toh memang benar, hebat PAUD-nya dapat mengubah anak saya dalam satu minggu,” tegasnya. Yusuf Bukan Korban Penculikan Disway Kaltim mencoba menelusuri kasus ini lebih dalam dan mengobrol langsung dengan Kasat Reskrim Polresta Samarinda, Kompol Damus Asa. Ia menerangkan perkembangan kasus Yusuf ini. Menurut Damus, polisi sudah memeriksa para saksi, mulai masyarakat, orang tua korban hingga pihak PAUD. “Totalnya ada 14 orang,” kata Damus, Senin (30/12/2019) di ruang kerjanya. Kini kepolisian masih menunggu hasil DNA dari forensik. Namun Damus meyakini, perkara Yusuf ini sudah jelas. “Hanya tinggal menunggu saja. Kita tidak ingin tergesa-gesa menetapkan seseorang menjadi pelaku yang bertanggungjawab. Baik mengenai kelalaiannya maupun yang lainnya,” ucap Damus. Untuk mengecek hasil DNA, kata Damus, perlu kehati-hatian. Apalagi yang dikirim untuk dites adalah bagian organ jasad balita itu dengan orang tua Yusuf. “Maunya sih secepatnya ada hasil DNA-nya. Mudah-mudahan minggu depan atau minggu ini. Seandainya memang benar itu Yusuf maka tidak kita bongkar kuburannya. Tapi kalau bukan Yusuf, artinya ada korban lain. Jadi Yusuf belum ketemu,” ujar Damus. Sejauh ini, ungkapnya, kasus Yusuf tidak mengarah ke korban penculikan apalagi mutilasi. Menurutnya, kemungkinan penculikannya sangat kecil. Hal itu berdasarkan olah TKP dan rekonstruksi bersama tim gabungan polres, polsek dan para saksi maupun pihak PAUD. Ia berpatokan pada hilangnya Yusuf di PAUD yang hanya berdurasi 2 menit. Berdasarkan keterangan guru yang bertugas waktu itu. Ketika guru tersebut sedang ke kamar mandi untuk buang air kecil, dan sekembalinya ke ruang bermain, Yusuf sudah hilang. “Akses keluar hanya satu, yaitu pintu ke arah kantor dan keluar dari kantor. Kalaupun ada yang mau menculik atau masuk ke dalam PAUD, pasti guru lain yang ada di sana melihat,” kata Damus. Tapi kalau hanyut terbawa banjir, lanjutnya, ada kemungkinan besar. Karena itu dilihat dari fakta di lapangan. Ditambah kondisi waktu hilangnya Yusuf sehabis hujan deras dan air parit di atas rata-rata. Ia menduga ketika guru yang jaga ke kamar mandi, Yusuf juga ikut keluar dan tidak ada yang melihatnya. “Jadi dugaan besar kita Yusuf terseret banjir. Kita juga sudah meminta keterangan RT setempat,” ujar Kasat. Hilangnya Yusuf saat itu langsung membuat masyarakat di Samarinda gempar. Sejumlah relawan dan polisi bersama-sama menyisir alur parit hingga polder air hitam. Tapi sayang, Yusuf tidak berhasil ditemukan. SOSMED Sempat ramai beredar di sosial media (sosmed) adanya lubang dekat septic tank di belakang PAUD dan tersembunyi. Septic tank itu diisukan menjadi tempat Yusuf disembunyikan selama hilang. Menanggapi hal itu, Damus mengatakan tidak ada. “Kami sudah cek langsung di sana (PAUD,Red) tidak ada ditemukan lubang itu. Kalaupun memang ada lubang, pasti anak itu akan menangis dan berteriak apabila dimasukkan ke situ. Bahkan akses untuk melihat ke belakang PAUD itu sama sekali tidak ada,” tegasnya. Akhirnya, banyak asumsi yang berkembang di sosmed yang sifatnya argumentatif. Banyak yang mengatakan A, B, C hingga D dan begini begitu. Tapi ketika kepolisian meminta keterangan, malah tidak mau dan menghilang. “Mereka hanya bilang iya nanti ke sana (Polresta,Red). Bahkan kami tawarin, kami yang datangin. Tapi mereka tidak mau,” singgung Damus. Ada pula yang berdasarkan penerawangan. “Kan susah. Masa kita menduga-duga. Kasus ini loh ada korban, ada nyawa yang hilang dan ada keluarga yang berduka. Kalau ditambah-tambah dengan asumsi, sangat tidak pas. Kita berdasarkan fakta saja,” cetus Kasat. Selama kasus Yusuf viral. Ada juga yang mengaku bisa melihat dan mengetahui keberadaan Yusuf selama hilang. “Kalau soal itu kita lihat dulu dari mana? Kalau saksi menurut undang-undang itu harus jelas. Saksi tersebut harus benar-benar melihat, mendengar dan mengalaminya secara langsung. Tapi ini nggak ada. Hanya saksi yang berandai-andai dan beragumen saja,” ucap Damus, lagi. Kalau pun betul ada yang memiliki kemampuan itu, Damus meminta untuk bekerja sama dengan aparat kepolisian untuk memberikan keterangan. Termasuk seorang ibu yang mengaku sempat melihat Yusuf dijemput seseorang menggunakan sepeda motor. Itu tidak ada. Bahkan ketika dipanggil untuk dimintai keterangan, malah tidak mau datang. HILANGNYA ORGAN TUBUH Sejak ditemukan pada 8 Desember lalu dan dibawa ke RSUD AW Sjahranie Samarinda, jasad tersebut sudah tidak bisa dilihat lagi penyebab kematiannya. Karena sudah membusuk sama sekali. Ditambah dari keterangan dokter forensik pada tubuh jasad itu ditemukan kulit binatang jenis reptil. “Bagian tubuh yang hilang itu karena pembusukan di air. Jasad itu terombang-ambing dan bisa saja bagian tubuhnya terlepas dan dimakan binatang,” terangnya. Kemudian lanjutnya, potongan tubuh pada jasad itu sudah tidak terbentuk sama sekali. Sudah lembek. Kata dokter itu bukan karena potongan, tapi hancur. “Tidak bisa teridentifikasi karena hancur. Mengenai hilangnya organ dalam, bukan karena dibelah. Itu bisa saja dikarenakan meledak saat tenggelam di dalam air akibat pembengkakan,” jelas Damus. Kasus ini masih membuat masyarakat di Kaltim penasaran. Apalagi banyak beredar kabar terjadi penculikan anak di mana-mana. Tapi Damus mengatakan sudah menyampaikan dari awal kalau kasus Yusuf ini tidak ada mengarah ke penculikan atau mutilasi. “Itu karena minim saksi. Tapi kita bisa sampaikan kalau anak ini (jasad balita) memang jelas ditemukan di air. Dari situlah kita memprediksikan Yusuf terseret banjir. Karena dari TKP hingga tempat penemuan itu satu jalur,” tuturnya. Oleh karena itu tegasnya, arah ke mutilasi dalam kasus Yusuf belum ada. Karena pelaku mutilasi tidak mungkin membuang korbannya ke tempat yang ramai penduduk seperti di Anak Sungai Antasari 2. (*) Disdik Samarinda Tutup PAUD Jannathul Athfaal DINAS Pendidikan (Disdik) Kota Samarinda telah menutup secara resmi PAUD Jannathul Athfaal tertanggal 23 Desember 2019. Melalui surat resmi yang ditanda tangani oleh Kepala Disdik Samarinda, Asli Nuryadin. Asli menyampaikan, penutupan PAUD tersebut adalah kesepakatan bersama dari hasil rapat pihak-pihak terkait. Ia pun sudah memanggil Kepala PAUD Jannathul Athfaal, Mardiana, untuk menyampaikan secara langsung. “Itu keputusan berat yang saya ambil. Tapi tidak apa, supaya tidak berkepanjangan, kita close dulu.” Ujarnya, Senin (30/12/2019). Asli menyebut, ada dua alasan yang menjadi pertimbangan kenapa akhirnya PAUD Jannathul Athfaal harus ditutup. Pertama karena terjadi polemik di masyarakat. Beberapa ormas menuntut agar PAUD tersebut ditutup. Kedua, laporan dari pihak kepolisian  yang menyebut salah satu penyebab hilangnya Yusuf adalah kelalaian pihak PAUD. Sehingga Disdik mengeluarkan sanksi administrasi dengan menutup PAUD tersebut. “Artinya ada kelalaian di sana sehingga perlu diberikan sanksi administratif,” sambungnya. Hingga saat ini, hasil investigasi kepolisian tentang penyebab kematian Yusuf belum terungkap. Sehingga masalah ini masih menjadi misteri. Jika nanti penyebab kematian Yusuf sudah terungkap, dan PAUD dinyatakan tidak bersalah, Disdik mempertimbangkan untuk membuka kembali PAUD Jannathul Athfaal. “Nanti kita pertimbangkanlah selanjutnya, saya tidak mau berandai-andai.” Kasus Yusuf ini menjadi evaluasi besar bagi Disdik. Terutama terhadap PAUD lain yang ada di Samarinda. Asli menyebut, ada kurang lebih 470 PAUD di Samarinda. Untuk itu, Disdik membuat surat edaran kepada sekolah-sekolah untuk meningkatkan kewaspadaan akan keamanan siswa. Salah satunya dengan mendata para penjemput siswa di sekolah. Asli pun mengimbau kepada pihak sekolah dan orangtua murid untuk bersama-sama menjaga keamanan dan keselamatan anak-anak. Saat tim Disway Kaltim menghubungi Kepala Sekolah PAUD Jannathul Afthal, Mardiana melalui pesan singkat WhatsApp, awalnya merespons. Namun itupun tidak berlangsung lama. Akhirnya tim Disway Kaltim berupaya mendatangi PAUD yang beralamatkan di Jalan Awang Wahab Syahranie RT 012. Dan tim pun sempat berbincang sebentar. Namun Mardiana lebih memilih bungkam dan tidak ingin berkomentar. "Mungkin di lain waktu saja ya mas," ucapnya sambil sedikit tersenyum, Senin (30/12/2019). (*) Pewarta: Bayu Surya, Michael F Yacob, M Rafii, Khajjar Rohmah. Editor : Devi Alamsyah      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: