BPS: Kaltim Mengalami Deflasi 0,05 Persen di Bulan Juni 2024

BPS: Kaltim Mengalami Deflasi 0,05 Persen di Bulan Juni 2024

BPS Kaltim melaporkan Benau Etam mengalami deflasi pada bulan Juni 2024.-(Foto/Dok.BPS Kaltim)-

Pertama, momen libur sekolah dan cuti bersama Idul Adha. Aktivitas liburan dan cuti bersama yang terjadi pada bulan Juni 2024 meningkatkan permintaan terhadap berbagai barang dan jasa, terutama di sektor pariwisata, transportasi, dan makanan.

Kedua, kenaikan harga emas perhiasan. Kenaikan harga emas perhiasan juga berkontribusi terhadap inflasi tahunan. Emas perhiasan sering kali menjadi pilihan investasi dan hadiah, terutama pada momen-momen penting.

BACA JUGA: Wabup Kukar Rendi Solihin Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Tenggarong

Ketiga, penyesuaian tarif cukai rokok. Kenaikan tarif cukai rokok yang diberlakukan oleh pemerintah menyebabkan harga rokok naik, yang turut mendorong inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau.

Secara rinci, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatat inflasi tahunan tertinggi sebesar 6,54 persen, dengan andil inflasi sebesar 1,90 persen. Kelompok kesehatan juga mencatat inflasi tinggi sebesar 4,90 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,14 persen. 

Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya mengalami inflasi sebesar 4,00 persen, memberikan andil inflasi sebesar 0,25 persen.

Kelompok transportasi mencatat inflasi tahunan sebesar 2,90 persen, memberikan andil inflasi sebesar 0,39 persen. 

Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mencatat inflasi sebesar 0,60 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,10 persen.

BACA JUGA: Pembayaran Parkir Non Tunai di Mal Kota Samarinda Resmi Berlaku

Dampaknya bagi Masyarakat

Perubahan harga barang dan jasa yang tercermin dalam angka inflasi dan deflasi memiliki dampak langsung pada daya beli masyarakat. Deflasi pada bulan Juni 2024 dapat membantu meringankan beban biaya hidup masyarakat dalam jangka pendek, terutama bagi mereka yang penghasilannya tetap. 

Namun, inflasi tahunan yang masih cukup tinggi menunjukkan bahwa secara keseluruhan, harga barang dan jasa terus mengalami kenaikan.

Bagi para pelaku usaha, khususnya di sektor makanan, minuman, dan tembakau, kenaikan harga tahunan dapat mempengaruhi biaya produksi dan harga jual produk mereka. 

Sementara itu, sektor kesehatan dan perawatan pribadi yang juga mengalami kenaikan harga mungkin perlu menyesuaikan strategi bisnis untuk tetap kompetitif.

Dengan memahami dinamika ini, masyarakat dan pelaku usaha diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk mengelola dampak inflasi dan deflasi pada perekonomian masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: