Mengapa Tikus Sering Digunakan Sebagai Obyek Percobaan Farmasi?

Mengapa Tikus Sering Digunakan Sebagai Obyek Percobaan Farmasi?

Tikus berperan penting dalam obyek penelitian biomedis dan farmakologi.-(Foto/AI Freepik)-

BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM - Dalam dunia penelitian ilmiah, tikus telah lama dikenal sebagai salah satu hewan percobaan yang paling sering digunakan. 

Dari laboratorium biomedis hingga studi farmakologi, tikus memainkan peran penting dalam membantu ilmuwan memahami penyakit, mengembangkan obat baru, dan menguji hipotesis ilmiah. 

Namun, mengapa tikus menjadi pilihan utama dalam penelitian ini? Apa yang membuat mereka begitu istimewa dibandingkan dengan hewan percobaan lainnya?

Sejak abad ke-19, tikus telah menjadi model standar dalam penelitian ilmiah. Dengan lebih dari 95 persen kesamaan genetik dengan manusia, tikus memberikan gambaran yang akurat tentang bagaimana suatu penyakit atau pengobatan mungkin bekerja pada manusia. 

Selain itu, kemampuan tikus untuk bereproduksi dengan cepat dan dalam jumlah besar menjadikannya subjek yang sangat efisien dan ekonomis untuk penelitian jangka panjang.

BACA JUGA: Penyuluh Pertanian di Mahulu Alami Banyak Kendala untuk Kembangkan Sektor Pertanian

Tikus memiliki siklus reproduksi yang cepat dengan masa kehamilan rata-rata sekitar 21 hari. Seekor tikus betina dapat melahirkan hingga 10-12 anak dalam satu kali kelahiran dan bisa hamil lagi hanya beberapa hari setelah melahirkan. 

Dalam setahun, seekor tikus betina bisa melahirkan sekitar 5-10 kali, menghasilkan lebih dari 100 anak tikus. 

Tingkat fertilitas yang tinggi ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan populasi besar dalam waktu singkat, yang sangat berguna dalam studi yang membutuhkan sampel besar untuk validitas statistik.

Menurut data dari National Institutes of Health (NIH), tikus laboratorium dapat memulai reproduksi pada usia 6-8 minggu dan memiliki masa produktif selama sekitar satu tahun. 

Dalam kondisi optimal, satu pasangan tikus dapat menghasilkan hingga 2.000 keturunan dalam satu tahun. 

Rasio ini menunjukkan betapa efisiennya tikus sebagai model penelitian, memungkinkan generasi penelitian yang cepat dan terus menerus.

BACA JUGA: OJK Kaltim Diminta Terapkan Sistem Meritokrasi untuk Perbankan

Kesamaan Biologis dengan Manusia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: