Setahun Lebih, Pelanggan PDAM Balikpapan ini Tak Menikmati Air Bersih
Ilustrasi layanan air bersih-(Disway/ Adhi)-
BALIKPAPAN, NOMORSATUKALTIM – Soal pelayanan air bersih PDAM Balikpapan, Woro Sumarsono mungkin satu dari sekian banyak pelanggan yang tidak beruntung. Warga yang tinggal di RT 14, Jln Asrama Bukit, Kelurahan Baru Ilir, Balikpapan Barat ini mengaku tak merasakan pelayanan air bersih. Bahkan, dalam kurun waktu tahunan.
"Di rumah saya air tidak mengalir lebih dari satu tahun," ungkap Woro Sumarsono, Minggu (31/12/2023)
Krisis air bersih di Balikpapan selalu menjadi masalah klasik yang terus berulang di kota ini. Dalam catatan media ini, kasus serupa pernah terjadi sejak tahun 2014. Di era Direktur PDAM Balikpapan yang dipimpin Soufan. Sama pula di bulan Desember, sembilan tahun lalu.
Saat ini Sumarsono masih belum mendapat pelayanan air bersih seperti yang diimpikannya.
"Kalau dapat ya dapat, saya punya meteran PDAM, tapi selama ini ngalirnya gak menentu. Tidak setiap hari mengalir. Kalau mengalir pun, di jam 2 pagi sampai jam 4, itu sudah maksimal. Setelah itu, ya mati lagi," bebernya.
Ketika ditanya penyebabnya, ia tak mengetahui. Sumarsono menduga salah satunya soal instalasi. Sebab ia tinggal di Asrama Bukit. Adapun di bagian atas rumah tetangga mengalirnya terbilang lancar.
"Tapi di rumah saya tidak mengalir lebih dari setahun. Lapor ke PDAM pasti saya lakukan, karena teman saya ada yang bekerja di PDAM. Saya paham betul PDAM seperti apa, bahkan saya mengenal semua Dewas-dewas di PDAM," katanya.
Ia merasa malu untuk menagih pelayanan PDAM.
"Masa sudah sekian bulan tidak mengalir, jawabannya‘baik pak petugas kami akan mengontrol', tapi kenyataannya tidak ada," ungkap Sumarsono.
Dari pengakuannya, bertahun-tahun, bahkan di setiap musim penghujan, air yang mengalir di rumahnya hanya seminggu 3 kali. Sedangkan saat kemarau, ia sama sekali tak menikmati air bersih.
"Kalau kemarau bukan cuma 6 bulan, saya tahunan tidak mengalir. Saya kalau air tidak mengalir sampai setahunan sudah mengalami 2 kali, kalau yang hari-hari biasa saya anggap biasa. Kebetulan saya punya tandon besar, jadi kalau tidak mengalir ya saya beli air," katanya.
Ia mengakui untuk mendapat air bersih harus mengeluarkan kocek yang lebih. Untung saja, ia membuka usaha di Straat II. Jadi urusan beli air tidak bepengaruh bagi perekonomiannya.
Namun Sumarsono kecewa karena meski air tidak mengalir harus tetap membayar biaya abonemen. Tidak besar, hanya kisaran Rp 20 ribu. Tapi itu sama saja membayar untuk hal yang tak dirasakan manfaatnya.
"Yang jelas gak lancar lah, bahkan hampir tidak pernah mengalir di siang hari. Selama saya tinggal, sampai sekarang air tidak mengalir di siang hari. Ngalirnya paling cepat jam 1 tengah malam," ujarnya.
Menurutnya keluhan krisis air bersih telah beberapa kali dilaporkan ke PDAM.
Saat Sumarsono masih punya teman sebagai Dewan Pengawas di PDAM, responnya cepat. Tetapi ketika Dewas berganti, ia enggan melaporkannya karena respon yang sangat lambat.
"Kalau sekarang saya sudah malas mau lapor, yang penting saya tetap bayar terus setiap bulannya. Di lingkungan saya, banyak yang merasakan seperti saya, bahkan satu RT 14, Jalan Asrama Bukit, Kelurahan Baru Ilir," bebernya.
Ia juga mencontohkan rekannya di Sidodadi, banyak juga yang mengalami hal serupa.
"Sampean tau sendiri karakter orang Balikpapan, apalagi perantauan seperti saya. Seandainya mati air, kita beli, kalau mati listrik kita beli genset. Kita mau mengadu ke Perusda setempat, misalkan PDAM atau PLN. Itu tidak akan pernah ada solusinya," ungkapnya.
Beberapa hari sebelumnya, tepatnya Jumat, 29 Desember 2023 lalu, saat pertemuan dengan awak media, Wali Kota Rahmad Mas’ud mengakui kendala air bersih kerap menjadi permasalahan dan keluhan dari masyarakat.
"Kekurangan air semua itu menjadi masukan agar kita bisa lebih baik lagi agar berbenah.Kita kerja lebih baik lagi. Insyaallah akan kami buktikan," ungkapnya.
Lebih lanjut, disampaikannya, persoalan air di Balikpapan, terutama pasca dampak El Nino enam bulan terakhir. Membuat posisi air di waduk di Manggar menurun dan kritis.
Rahmad menyebut level air Waduk Manggar berasa di batas 7 meter dan tidak boleh lagi didistribusikan. Normalnya, kata Rahmad Mas'ud harus berada di level 10 meter.
"Beberapa bulan terakhir ini di bawah 7 meter, hanya kisaran 6,6 sampai dengan 6,8 meter. Itu sebenarnya tidak boleh lagi dibagi. Jadi saat ini inisiatif saja agar air bisa dibagi . Jadi kalau ada yang tidak kebagian sampai 2 Minggu atau 1 bulan, memang kondisinya begitu," tandas Rahmad Mas'ud.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: