SMAN 1 Muara Ancalong Gelar Festival Konservasi, Bangun Semangat Lestarikan Lingkungan

SMAN 1 Muara Ancalong Gelar Festival Konservasi, Bangun Semangat Lestarikan Lingkungan

Kutim, nomorsatukaltim.com– Program kerja sama antara Konsorsium Yayasan Konservasi Khatulistiwa Indonesia (Yasiwa)-Yayasan Ulin dengan sekolah-sekolah di pedalaman Kabupaten Kutai Timur (Kutim) untuk membangun semangat melestarikan lingkungan terus bergulir.

Kamis (20/7/23) mereka mengadakan Festival Konservasi Selebrasi P5 Kurikulum Merdeka di Gedung PNPM Desa Kelinjau Ulu, Kecamatan Muara Ancalong. Setelah beberapa kegiatan yang digelar sebelumnya.

Kegiatan itu masih dalam program P5 atau Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Festival kali ini melibatkan SMAN 1 Muara Ancalong.

Ini ajang untuk mendukung pengelolaan lahan basah Mesangat Suwi yang telah menjadi perhatian sampai tingkat nasional maupun dunia.

Mengusung tema “Berkelanjutan Pemanfaatan Gulma Air Menjadi Kompos Serta Inisiatif Dengan Menyajikan Eco Print”.

Humaidi, mewakili Camat Muara Ancalong, menyebut kiprah Konsorsium Yasiwa dan Yayasan Ulin sudah tidak diragukan. Kerja sama dengan SMAN 1 Muara Ancalong dalam Festival Konservasi ini bisa menghasilkan karya nyata.

Ia berharap, kegiatan ini dapat menginisiasi kerja sama para pihak di tingkat tapak untuk berkontribusi pada pengelolaan lahan basah.

“Siswa-siswi SMAN 1 Muara Ancalong telah dapat menghasilkan pupuk dan kompos,” kata Humaidi, bangga.

Karena telah terlihat karya nyata dan hasil yang bermanfaat tersebut, Humaidi mengaku bakal memberikan dukungan terkait kelanjutan program dimaksud.

Pun begitu dengan Suriansyah, mewakili Kepala Desa Kelinjau Ulu. Ia berterima kasih kepada Konsorsium Yasiwa dan Yayasan Ulin yang mempercayakan P5 Kurikulum Merdeka dengan Festival Konservasi.

Sementara itu, Rusna—mewakili Kepala SMAN 1 Muara Ancalong, mengapresiasi dukungan dari Konsorsium Yasiwa dan Yayasan Ulin yang telah mendampingi para siswa untuk melakukan inovasi ramah lingkungan.

“Tumbuhan yang selama ini dianggap tidak berguna, seperti enceng gondok (bahasa daerah mampoi) dan kiyambang atau salvinia molesta (bahasa daerah rumput PKI), ternyata dapat memiliki manfaat di tangan siswa-siswi kami,” jelasnya.

Pupuk kompos telah diaplikasikan pada tanaman jeruk purut yang diserang ulat dan daun layu. Hasilnya sungguh positif. Tanaman mengalami kemajuan sehat setelah dua minggu.

Dia berharap, setelah kegiatan itu akan ada kolaborasi lainnya yang berkorelasi pada pelestarian lingkungan alam secara umum.

Ketua Yayasan Ulin, Suimah menjelaskan, kegiatan ini merupakan rangkaian dari pelaksanaan P5 untuk mengapresiasi peserta didik dan tim guru yang dikemas dalam Festival Konservasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: