Gelombang Panas Berpotensi Ancam Pertanian

Gelombang Panas Berpotensi Ancam Pertanian

Nomorsatukaltim.com – Gelombang panas yang mulai terjadi di pelbagai negara di dunia, selama sepekan belakangan turut mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia. Saat ini Indonesia telah diprediksi mengalami cuaca panas tidak biasa melalui fenomena El Nino. Salah satu dampak cuaca panas yang dirasakan langsung masyarakat, khususnya petani, berkurangnya suplai air dan ancaman kekeringan. Padahal, sumber air yang memadai dan didukung infrastruktur yang baik sangat menentukan produksi pertanian. Peneliti Center for Indonesian Policy Studies, Mukhammad Faisol Amir, mengatakan ketersediaan air sangat penting untuk hasil pertanian dan memastikan keamanan pasokan makanan. Minum dan sanitasi, pertanian, perikanan, tanaman, dan peternakan, pengolahan makanan, dan penyiapan makanan semuanya bergantung pada air. “Karena itu air harus memiliki kualitas dan kuantitas yang cukup," jelas Faisol, dikutip Selasa (2/5/2023). Hal ini dapat meningkatkan risiko menurunnya produktivitas pertanian sehingga mengancam ketahanan pangan dan kelangsungan sektor pertanian. Bahkan sejumlah hasil studi menyebut, dampak perubahan iklim pada sektor pertanian yang tidak melakukan adaptasi akan meningkatkan kebutuhan air hingga 40%. "Meski Indonesia memiliki potensi sumber daya air terbarukan yang luar biasa, pasokan dan permintaan air seringkali tidak seimbang," ujarnya. Untuk itu, ia mengingatkan, Indonesia perlu proaktif mengambil pendekatan-pendekatan yang tepat sasaran dalam produksi pangan. Contohnya adalah manajemen penggunaan air dan sistem pertanian yang inovatif yang merupakan dua cara paling penting untuk mengatasi tantangan kelangkaan air. Selain itu, menerapkan peraturan yang fokus menjaga dan melestarikan sumber daya air sebagai salah satu cara mencapai tujuan ini. Metode irigasi yang efektif juga dapat diterapkan untuk menghemat limbah dan meningkatkan hasil pertanian. Faisol juga menjelaskan, sistem pertanian Indonesia sudah harus mulai bertransformasi menjadi resilien dan adaptif dalam menyikapi perubahan iklim. "Banyak best practice sistem pertanian di daerah-daerah di Indonesia yang bisa diadaptasi daerah lain. Mulai tata kelola irigasi berskema pembayaran jasa lingkungan, hingga penggunaan benih yang lebih tahan di lahan kering," jelasnya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto sebelumnya mengingatkan, kegiatan sektor pertanian bergantung dari kondisi cuaca. Untuk itu para petani perlu mewasdai ancaman tersebut, terutama saat memasuki musim kemarau panjang yang menyebabkan El Nino. “Kita harus berhati-hati, kekeringan akan lebih panjang atau el nino,” tutur Airlangga dalam acara Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Jawa 2023, pada Kamis (6/4/2023). Ia mengatakan, kondisi gelombang panas menjadi tantangan lantaran komponen harga pangan bergejolak menjadi salah satu penyebab inflasi terbesar. Karenanya, perlu ada kerja sama antardaerah. Ia meminta agar daerah juga mengatur transportasi dan mengatur subsidi transportasi dari daerah penghasil ke daerah konsumen. “Jadi tidak semuanya harus menunggu dari pusat, tetapi juga kerja sama antardaerah itu menjadi penting,” ujar Airlangga. Selain mewaspadai ancaman El Nino, Pemerintah juga terus berupaya menjaga stabilisasi harga pangan. Salah satunya, lanjut Airlangga, dengan melakukan digitalisasi pertanian. Perluasan inovasi teknologi dan digitalisasi pertanian juga dilakukan pemerintah melalui perluasan adopsi teknologi internet of things, seperti smart irrigation dan smart farming. (*/ Dfc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: