Setelah 7 Tahun, Gerhana Matahari Hibrida Muncul Kembali di Balikpapan
Nomorsatukaltim.com – Setelah tujuh tahun berlalu, gerhana matahari hibrida (GMH) atau gerhana sebagian, akan muncul kembali di Kalimantan Timur. Salah satunya dapat dilihat masayarkat Balikpapan, tepat tanggal 20 April mendatang. Fenomena gerhana matahari total (GMT) sempat terlihat di Balikpapan pada 9 September 2016 lalu, namun GHM berbeda dengan GMT. Kemunculan GMH akan menghiasi langit Balikpapan di suasana penghujung Ramadhan 1444 Hijriah, menyambut Hari Raya Idul Fitri. Kepala Stasiun Geofisika BMKG Balikpapan, Rasmid, menjelaskan fenomena GMH terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. "Di lokasi tertentu terjadi peristiwa piringan bulan yang dapat dilihat dari bumi dengan kondisi lebih kecil dari pada piringan matahari," jelasnya, Rabu, (19/4/2023). Ia mengingatkan agar masyarakat tidak melihat langsung gerhana dengan mata telanjang. Untuk mengamatinya harus menggunakan alat. Dijelaskan Rasmid, gerhana matahari sebagian dianggap seagai fenomena gabungan antara gerhana matahari total dan cincin, namun dapat terlihat berbeda di lokasi yang berbeda pula. Saat fenomena puncak gerhana di suatu tempat tertentu, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di sekeliling sisinya. "Jadi GMH itu fenomena gabungan, ada yang gelap total dan cincin serta sebagian tetapi di tempat yang berbeda," jelasnya. Di Balikpapan akan terlihat fenomena GMH dengan kondisi matahari akan tertutup 60% oleh bayangan bulan. Pada fasenya, fenomena itu akan berlangsung selama tiga jam. "Waktu awal terjadinya di 09.45 WITA, dan puncaknya di jam 11.15 wita, kemudian akan berakhir di jam 11.45 wilayah Balikpapan," tuturnya. Fenomena GMH juga menjadi kajian khusus Badan Riset dan Inovasi Nasional aka BRIN. Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Emanuel Sungging mengatakan, GMH adalah fenomena astronomi yang cukup langka. Sehingga membuka peluang untuk kegiatan kolaborasi riset lintas disiplin ilmu. Pihak BRIN akan melakukan pengamatan di Biak Numfor. Mereka akan melakukan riset terkait korona matahari, dampak gerhana pada ionosfer, dan perubahan kecerlangan. Gerhana matahari hibrida terjadi saat matahari, bulan, dan bumi tepat segaris. DI lokasi tertentu, masyarakat bisa mengamati gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin. Posisi pengamatan menjadi penentu, apakah seseorang bisa melihat fenomena gerhana matahari total atau gerhana matahari cincin saja. GMH juga menjadi perhatian khusus Kementerian Agama. Dalam rilisnya, Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Kamaruddin Amin mengatakan, fenomena GMH paling awal terjadi di Jawa Barat pada pukul 09.26 WIB. Lalu di akhir terjadi di Papua pada pukul 15.30 WIT. ’’Kemenag mengajak umat Muslim melaksanakan salat Gerhana Matahari atau salat Kusuf,’’ ujarnya, Selasa (18/4). Ia berujar, masyarakat yang akan menjalankan shalat Gerhana Matahari harus sesuai tuntutan syariah. Pihaknya juga mengajak masyarakat agar memperbanyak takbir, dzikir, dan istighfar. Sebab gerhana matahari salah satu fenomena alam yang menandakan kekuasaan Allah. (*) Reporter: Muhammad Taufik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: