Jasa Hapus Akun Banyak Diminati, Chating Mesum dan Pose Syur Bisa Hilang
Samarinda, nomorsatukaltim.com – Jasa hapus akun kini semakin marak digunakan. Apa yang melatarbelakangi bisnis ini berkembang dan siapa saja pihak yang merasa membutuhkan jasa ini?
Tim Disway Kaltim-Kaltara mencoba menghubungi Iffah Meirizka Utami. Perempuan asal Samarinda yang membuka jasa hapus akun itu. Semua bermula dua tahun lalu, tepatnya Agustus 2020. Jasa hapus akun ini masih asing terdengar. Saat itu. Iffah yang penasaran mulai memberanikan diri menghubungi pihak penghapus akun. Dia membeli materi senilai Rp 200 ribu kepada orang yang dia sebut mentor. Yakni orang yang membimbingnya cara menghapus akun sampai mahir. Kelak, si mentor ini menjadi pembuka jalan baginya mengembangkan bisnisnya secara mandiri. Setelah kita-kira dua pekan menerima materi, dia mulai melebarkan sayap. Memberanikan diri membuka jasa hapus akun sendiri. Iffah meminta izin dulu kepada mentor. Lampu hijau diberikan. Customer-nya kala itu masih orang-orang terdekat. Seperti keluarga dan kerabat. “Eh, ternyata banyak yang mau,” katanya kepada Harian Disway Kaltim-Kaltara-- Disway National Network (DNN). Dia juga sempat tertawa menceritakan saat ibunya mempromosikan jasa hapus akun ke kalangan ibu-ibu komplek. Ternyata responsnya positif. Ada juga ibu-ibu yang minta foto ‘alay’ mereka di media sosial dihapus. Iffah tak menyangka. Ternyata masa lalu para ibu-ibu tersebut juga bisa ‘alay’. Karena pikirnya anak-anak muda saja yang biasanya berpose begitu. Dia lalu mulai mempromosikan jasanya di instagram. Keluar kocek juga untuk sekedar promosi. Customer pun mulai berdatangan. Beberapa pekan kemudian, ia mulai membuka bimbel jasa hapus akun. Kali ini dia yang banting setir menjadi mentor. Dia izin lagi ke mentor sebelumnya. Iffah mendapat izin. Tapi risikonya, dia tidak bisa lagi dibimbing. Artinya, ketika ada kendala dan lainnya, dia tidak boleh menghubungi si mentor. Deal. Maka dimulailah petualangan barunya sebagai mentor. Iffah tak ingat berapa muridnya saat pertama kali. Tapi total hingga saat ini sudah mencapai 600 orang yang dia bimbing. Sistem kerjanya hampir mirip. Si murid membeli materi dengan harga miring: Rp 100 ribu. Dan kelebihannya, dia berani kasih sebanyak 40 materi. “Kalau saya dulu cuma 27 materi atau 27 akun saja,” imbuh pemilik akun instragram @iffahmeirizka itu. Jasa hapus akunnya mencakup semua platform medsos. Seperti facebook, Instagram, twitter, youtube, tiktok, bigo, line hingga mi chat. Tapi yang paling banyak adalah facebook dan Instagram. Alasan utama customer menghubunginya karena ingin menghapus foto-foto yang dianggap alay. Sebab ada yang sudah hijrah dan malu jejak digital masa lalu itu masih terekam. Ada pula yang ingin menghapus tapi lupa password dan email akun. Keuntungan menggunakan jasanya adalah bisa menghapus tanpa butuh semua itu. Kasus lainnya ada yang meminta dihapus foto vulgar di akun medsos. Termasuk chat-chat mesum. Biasanya influencer platform Bigo dan mi chat. “Kan ada itu artis-artis Bigo yang sexy dan lihatkan tubuhnya. Mereka sudah hijrah, tapi ada oknum yang sebarkan video lama itu di youtube untuk naikan subscriber. Itu yang saya bantu hapus”. Kasus lain ada selebgram dari Banjarmasin yang minta dihapus akun medsosnya karena pencemaran nama baik. Rata-rata customer-nya justru dari luar Kaltim. Seperti dari Jawa dan Jabodetabek. Di Kaltim sendiri masih belum melek dengan jasa ini. Saking banyaknya pelanggan, dia sampai harus menggunakan empat handphone dan satu laptop sebagai perangkat kerja. Keuntungan lain dari jasa hapus akun ini cepat di bandingkan jika harus melaporkan ke polisi. Proses birokrasi dan alur koordinasi yang lambat membuat pelapor enggan. Dan memilih jalan ringkas melalui jasanya. “Kalau ke polisi lebih lama belum tentu langsung ditanggapi, karena birokrasinya. Belum urus izin dan ini itu. Kalau ke kami cepat,” sebut perempuan yang juga penggemar Bollywood ini. Meski pun kadang ada pula akun yang tidak bisa dihapus. Biasanya karena fotonya kurang jelas. Karena lebih dominan pemandangan dari pada foto wajah. “Alhamdulillah pemasukan dari sini lumayan. Karena bisa rebahan sambil pegang hape. Daripada rebahan pegang hape enggak menghasilkan,” imbuh perempuan kelahiran Mei 1998 ini. Ketua kampus STMIK WiCiDa Samarinda Nursobah ikut menaggapi. Ia bukan menyorot keberadaan jasa ini. Tapi justru pada penggunanya. Yang dianggap tidak bijak dalam menggunakan medsos. Keberadaan media sosial, katanya, ibarat pasar bebas dunia digital. Semua pihak bisa mengakses. “Makanya saya sarankan semua dosen dan mahasiswa saya untuk aktif buat postingan positif,” katanya. Seperti cara berkomunikasi publik di medsos dan sebagainya. Ini bukan hanya meng-counter postingan negatif, tapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat. Agar bijak dalam bermedsos. (boy/dah)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: