Pasar Tumpah Marak Justru setelah Revitalisasi Pasar

Pasar Tumpah Marak Justru setelah Revitalisasi Pasar

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Terkait dengan maraknya pasar tumpah di Samarinda, menurut Direktur Pusat Studi Perkotaan Planosentris, Farid Nurrahman, itu sudah dimulai sejak tahun 2000.

Menurut pengamatan Farid, pasar tumpah muncul justru setelah dilakukan revitalisasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda. Namun setelah itu tidak ada kontrol berkesinambungan dari pemkot. “Ini ketidaktegasan kebijakan yang dikeluarkan. Jadi memang perlu ada sisi controlling yang perlu diperkuat. Kebijakan kalau cuman dibuat saja, agak susah kalau tidak dikontrol,” kata pengamat tata kota itu ketika dikonfirmasi nomorsatu Kaltim- Disway National Network (DNN), Selasa (18/1/2022) Selain dari ketidaktegasan pemerintah, ada juga faktor lain yang membuat pasar tumpah ini merajelala. Ia menduga ada penguasa lokal atau preman di setiap pasar yang menyokong  para pedagang untuk berjualan dan mengabaikan aturan. Farid juga menganggap, perencanaan pembuatan pasar yang tidak sesuai dengan kebutuhan, juga menjadi pemicu kemunculan pasar tumpah. Akhirnya banyak pedagang yang memilih berjualan di pinggir jalan dan membuat masalah baru lagi, seperti macet dan semrawut. Berita Terkait: 3.000 Lapak Pasar di Samarinda Kosong Pasar Tumpah Buat Resah, Bikin Macet Jalanan Pemerintah, kata Farid, seharusnya memiliki desain yang sesuai kebutuhan pedagang. Baik dari sisi aksesbilitas maupun mobilitas pengunjung. Bahkan hingga jenis barang dagangan. “Terkadang perencanaan kurang matang atau eksekusi kurang. Yang terjadi (pasar tumpah) dampak dari masalah-masalah yang sebelumnya,” tegas Farid. Satu sisi, ia mengapresiasi upaya Pemkot Samarinda yang telah menertibkan pasar tumpah di beberapa tempat. Contohnya, Pasar Segiri. Namun, itu hanyalah sebagai solusi jangka pendek. Farid meminta agar Pemkot Samarinda mempunyai solusi jangka menengah dan jangka panjang. “Kebijakaan penataannya diperkuat lagi dan sesuai dengan keadaan tiap pasar. Bisa dengan kebijakan jam-jaman untuk pasar tumpah. Dibolehkan jam sekian-sekian. Kalau dilarang sepenuhnya, masyarakat pasti langsung kontra,” pinta Farid. Paling utama adalah pemerintah harus berdiskusi terdahulu dengan para pedagang untuk mencari jalan tengahnya. Sebelum mengeluarkan kebijakan untuk penyelesaian pasar tumpah ini. Seperti diberitakan sebelumnya, fenomena pasar tumpah memberikan dampak yang luar biasa. Dari kemacetan lalu lintas dan potensi lenyapnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda. Yang paling parah dapat membunuh pasar utama. Data yang dihimpun oleh Dinas Perdagangan (Disdag) Samarinda, beberapa bulan terakhir ini ada 3.000 lapak kosong di 12 pasar se-Samarinda. Sebaliknya justru pasar tumpah yang makin menjamur. (dsh/dah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: