Paradigma Baru Pendidikan???

Paradigma Baru Pendidikan???

Oleh: Kritoforus Gustian, S.S, S.Pd*

nomorsatukaltim.com - “Never Quit” adalah sebuah buku hasil karya siswa di mana saya mengajar saat ini. Sebuah buku berisi tentang bagaimana disposisi batin siswa dalam menjalani proses belajar mengajar di tengah pandemi COVID-19.

Kisah-kisah menarik dan inspiratif mereka menggarisbawahi bahwa apapun situasi yang dihadapi jangan pernah menyerah, teruslah berjuang dan berubah sesuai dengan rencana masing-masing. Karena pada hakikatnya hidup terus berubah, tak pernah peduli apakah kita siap atau tidak. Kisah inspiratif mereka membawa saya ke refleksi akan pendidikan yang sekarang kita hadapi. Ada tiga makna penting terkait pendidikan pada masa pandemi COVID-19 saat ini: 1. Pendidikan merupakan sebuah proses bukan hasil. Berbagai keterbatasan pembelajaran jarak jauh yang terjadi di hampir merata di seluruh Indonesia pada umumnya karena akses internet yang kurang stabil. Hal ini mengakibatkan proses pembelajaran kurang berjalan secara maksimal. Bagaimana metode penilaian yang dilakukan? Ini adalah sebuah pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab karena kondisi yang terbatas tersebut akurasi penilaian dipertanyakan. Apakah jawaban yang diberikan oleh siswa benar-benar dari diri mereka sendiri atau dari yang lain, misalnya dari teman ataupun dari internet. Beberapa usaha untuk meminimalisir hal ini yaitu dengan memberikan pertanyaan analisis dimana siswa dilatih daya nalarnya bukan hafalan dari buku paket. Hal ini sedikit memberikan gambaran bagaimana proses berpikir siswa terhadap sebuah fenomena atau kasus yang disajikan. Yang ditekankan di sini adalah proses berpikir seorang anak. Bukan soal benar atau tidaknya sehingga rubrik penilaian juga berbeda dari hanya penekanan pada hasil serta pengetahuan belaka ke proses analisis seorang siswa. Jika kita bertanya pada diri kita sendiri, apakah mata pelajaran yang telah kita dapatkan waktu sekolah masih ingat hingga saat ini? Mungkin pada umumnya kita menjawab tidak ingat atau mungkin hanya sedikit saja. Berangkat dari situasi keterbatasan ini, saya menemukan inti dari pendidikan itu sendiri merupakan proses berpikir bukanlah pada nilai yang didapat dan diukur dengan angka. Potret Pembelajaran Jarak Jauh 2. Pendidikan adalah sebuah kolaborasi. Sadar atau tidak, selama masa pandemi ini peran keluarga sangat besar dalam proses pendidikan. Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya bahwa orangtua dilibatkan dalam proses pendidikan seorang anak. Contoh konkretnya, memastikan apakah anaknya belajar atau tidak di rumah sementara jam aktif sekolah, atau misalnya ketika ada tugas yang memaksa orangtua mengarahkan anaknya agar paham materi yang diberikan. Sejenak saya merenung, benar juga apa yang disampaikan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara bahwa  setiap orang adalah guru dan setiap rumah adalah sekolah. Ini menggambarkan dengan sangat jelas apa yang terjadi sekarang ini. Orangtua harus bisa jadi guru buat anak-anaknya walau dalam kondisi terbatas, dan rumah sebagai tempat belajar aktif seorang anak. Saya menyadari bahwa sesungguhnya keluarga adalah sekolah utama  bagi seorang  anak. Kolaborasi yang baik antara pihak sekolah dan orangtua sangat penting yang menentukan berhasil tidaknya seorang anak dalam proses pendidikan. Pendampingan Orangtua 3. Pendidikan menggerakkan perubahan pada semua insan pendidikan. Semua stakeholder pendidikan secara kreatif dan inovatif bagaimana memastikan proses pembelajaran berjalan walau dalam kondisi terbatas. Yang sebelumnya tidak melek dengan teknologi, baik siswa maupun guru terpaksa menggunakannya, begitu pula dengan pendekatan-pendekatan baru dalam pembelajaran berubah. Sebelumnya guru adalah sumber belajar. Namun dengan perkembangan yang baru, guru bukan satu-satunya sumber belajar siswa melainkan sebagai fasilitator bagaimana memastikan siswa bisa belajar dengan mengakses berbagai sumber yang bisa dilaksanakan dalam hitungan detik. Dari ketiga hal di atas muncul suatu permenungan saya. Apakah ini merupakan paradigma baru dalam pendidikan dan akan menjadi  gambaran pendidikan ke depan? Sebuah refleksi bahwa pendidikan sesungguhnya adalah sebuah perubahan itu sendiri yang tak akan pernah berhenti selagi manusia ada di atas muka bumi ini. (*/Kepala SMA Katolik Santo Fransiskus Assisi Samarinda)                        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: