ODHA Butuh Perhatian, Bukan Stigma

ODHA Butuh Perhatian, Bukan Stigma

Hari AIDS Sedunia diperingati setiap 1 Desember. Peringatannya di tengah pandemi, jadi pengingat bahwa penyakit ini masih ada, dan penderitanya atau ODHA perlu perhatian, bukan stigma. nomorsatukaltim.com - Selama ini, Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang ada di Kutai Timur (Kutim) ibarat permukaan gunung es. Masih banyak kasus positif HIV belum terungkap dan terdata dengan baik. Mengingat penyakit tersebut masih dianggap tabu bagi mayoritas masyarakat. Dinas Kesehatan (Diskes) Kutim mencoba untuk mempermudah akses kesehatan masyarakat yang tergolong penderita HIV/AIDS tersebut. Kepala Diskes Kutim, Bahrani Hasanal yakin ODHA yang ada di Kutim jumlahnya lebih besar dari data yang dimiliki. “Penyebabnya karena penyakit memiliki stigma akibat perilaku yang tidak baik,” ucap Bahrani, dikutip dari Harian Disway Kaltim - Disway News Network (DNN). Baca juga: Kasus HIV/AIDS PPU Terus Meningkat 3 Tahun Terakhir Sehingga banyak ODHA justru enggan mengakui telah tertular virus HIV itu. Diskes berharap stigma itu tidak menjadi momok bagi para pengidap. Sehingga bisa mengakses pelayanan kesehatan lebih baik lagi. “Sehingga semakin memudahkan kami untuk mendata warga Kutim yang tertular HIV AID tersebut,” tuturnya. Diketahui jika virus HIV ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Daya tahan penderita pun akan turun drastis jika sedang mengidap virus ini. Sehingga mudah menerima berbagai penyakit yang akhirnya jadi penyebab kematian. “Jadi di beberapa kasus, diketahui seseorang meninggal karena TBC (tuberkulosis). Ternyata saat diperiksa karena sudah mengidap HIV/AIDS,” ungkapnya. Edukasi, bimbingan, hingga sosialisasi tak pernah putus dikampanyekan Diskes. Meminta agar para penderita penyakit tersebut dapat terbuka. Sehingga Diskes pun akan mudah memberikan pelayanan kesehatan yang diperlukan. “Lewat edukasi kami terus meminta agar rutin mengecek kondisi kesehatan,” sebut Bahrani. Diskes bersama Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kutim juga menjalankan sistem jemput bola. Pemeriksaan dengan metode Voluntary Counseling and Testing (VCT) terus dijalankan. Dalam proses ini juga dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. “Khususnya kepada kelompok rawan seperti para PSK (pekerja seks komersial) misalnya,” paparnya. Selain itu, sosialisasi kepada kelompok masyarakat lainnya juga terus diberikan. Karyawan perusahaan dan Ibu Rumah Tangga (IRT) bukan tidak mungkin tertular. Sebab kasus HIV/AIDS pada IRT ini cukup banyak terjadi. “Apalagi pada IRT yang tengah mengandung tentu akan menambah populasi penderita HIV nantinya,” tandasnya. * Tingginya angka penderita HIV/AIDS juga dialami di Kutai Kartanegara (Kukar). Rahmatsyah, Petugas Program HIV/AIDS Dinas Kesehatan (Diskes) Kukar menjelaskan, pada tahun ini, setidaknya tercatat sebanyak 500 orang yang masuk dalam kategori Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jumlah ini meningkat dibanding 2020 yang tercatat sebanyak 300 orang.  Jumlah tersebut, dipastikan oleh Rahmat sedang dalam pengawasan dan menjalani treatment dari Diskes Kukar. Dalam memperingati Hari AIDS sedunia pada 1 Desember, Diskes Kukar bersama Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kukar melakukan screening dan tracking ke Lembaga Pemasyarakatan yang ada di Kukar. Sebanyak 175 warga binaan (WB) di Lapas Kelas IIA Tenggarong, 58 warga binaan perempuan (WBP) Lapas Perempuan Kelas IIA Tenggarong, dan 36 binaan dari Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Samarinda. Dengan total 269 orang yang disasar. "Jadi kita biasanya menyasar Lapas, kita periksa semua," ujar Rahmat saat dikonfirmasi Disway Kaltim, Rabu (1/12/2021). Terkait treatment yang diberikan kepada ODHA, Diskes Kukar pun menjalin kerja sama dengan Mahakam Plus. Sebuah organisasi yang memang konsentrasi dalam penanganan ODHA di Kukar. Mereka bertugas mengkoordinasi dan turut mengawasi ODHA. Bahkan ikut membantu proses pengobatan secara rutin, menjalin kerja sama dengan rumah sakit dan puskesmas. Rahmat berharap masyarakat dapat ikut membantu dalam hal mencegah penularan virus yang dianggap berbahaya ini. Lantaran bakal diidap selamanya. Salah satu upayanya, dengan menghindari adanya seks bebas, atau ke lokalisasi yang memang menjadi salah satu sumber penularan utama. Karena memang sifat penularan virus HIV ini melalui pertukaran cairan tubuh maupun darah. Sementara bagi orang yang sudah dinyatakan sebagai ODHA, untuk tetap bersemangat menjalani kehidupan. Tetap menjalankan treatment yang sudah dijadwalkan. Memastikan kondisi kesehatan tidak menurun drastis. "Diharapkan masyarakat tetap menerima keadaan mereka, dan tidak mengurangi hak mereka di tengah-tengah masyarakat," pungkas Rahmat. BCT/MRF/ZUL

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: