PTM di PPU Mulai Normal, Sekolah Sulit Kontrol Prokes

PTM di PPU Mulai Normal, Sekolah Sulit Kontrol Prokes

Pembelajaran tatap muka (PTM) di beberapa sekolah di Penajam Paser Utara (PPU) sudah tidak terbatas lagi. Namun, sekolah masih kesulitan dalam menerapkan protokol kesehatan (prokes) yang ideal. nomorsatukaltim.com - Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) PPU, Alimuddin mengatakan, sebagian sekolah telah menerapkan PTM 100 persen sejak awal November. Khususnya lembaga pendidikan yang ada di bawah kewenangannya, jenjang SD dan SMP. "Karena melihat situasi di wilayahnya cukup ideal, sebagian sekolah sudah menerapkan PTM 100 persen," katanya, Rabu (24/11/2021) dikutip dari Harian Disway Kaltim - Disway News Network (DNN). Penerapan PTM sudah diberlakukan sejak pertengahan Agustus 2021, tapi masih terbatas. Pada awal pelaksanaan, peserta didik yang melakukan pembelajaran di sekolah dibatasi hanya 50 persen. Lalu waktu pembelajaran di sekolah ditetapkan maksimal dua jam. Baca juga: Rahmad Izin SMA Balikpapan PTM Duluan Namun saat ini, sebagian sekolah tadi sudah menerapkan pembelajaran normal dengan kapasitas 100 persen peserta didik. Waktu belajar pun ditambah sampai pukul 11.00 hingga 13.00 Wita. "Pelan-pelan mulai berjalan normal, karena sedang menuju normal, perbaikan dan pelayanan pendidikan yang sedang berjalan," jelasnya. Kebijakan menerapkan PTM menuju pembelajaran normal ini perlu dilakukan segera. Bertujuan untuk menekan hilangnya pengetahuan dan keterampilan murid lantaran lamanya belajar secara daring. Dengan catatan, protokol kesehatan (prokes) pencegahan COVID-19 tetap wajib dijalankan. Sekolah juga wajib berkoordinasi dengan satgas COVID-19 di masing-masing wilayah. Agar mereka terus melakukan pengawasan dan monitoring. "Kewaspadaan terhadap meningkatnya kasus tetap menjadi perhatian utama. Apalagi ada isu gelombang ketiga yang harus menjadi perhatian bagi sekolah agar selalu memperketat protokol kesehatan," beber Alimuddin. Hal yang diwanti-wanti belum terjadi. Yaitu munculnya klaster sekolah. Walaupun begitu, Dinas Kesehatan (Diskes) PPU tetap mengingatkan para pelajar agar disiplin. "Kami harapkan semua murid harus disiplin menjalankan protokol kesehatan dalam belajar tatap muka," ujar Kepala Diskes PPU, dr Jense Grace Makisurat. Sebenarnya dia kurang sepakat PTM berlangsung normal. Dia mengatakan COVID-19 masih menjadi ancaman siapa saja. Tapi orang tua siswa sudah menginginkan anaknya belajar secara tatap muka di sekolah. Pun, karena mereka tak efektif belajarnya saat ini. "Dilema pastinya, tapi sebenarnya tidak sebanding dengan risiko yang bisa terjadi. Dikhawatirkan terjadi klaster sekolah," ucap Grace. Prokes, kata dia, kunci utama menangkal penularan. Sehingga para pelajar dan guru, serta perangkat sekolah lainnya wajib selalu menerapkan. Peserta didik, guru, dan perangkat sekolah lainnya juga harus mengikuti vaksinasi COVID-19 untuk mempercepat kekebalan komunal. * Salah satu sekolah yang telah menerapkan PTM secara penuh ialah SMPN 1 PPU. Sebelumnya PTM dijalankan dengan membatasi jumlah peserta. Ada 50 persen yang dibagi dalam sif 1 dan 2. "Nah tapi sekarang sudah satu sif dari pagi sampai jam 12. Hanya dari segi jam belajar saja kita masih kurang belum full. Biasanya full sampai jam setengah 4, tapi ini hanya sampai jam 12. Tapi siswanya sudah masuk semua," ujar Kepala SMPN 1 PPU, Budi Lestarianto. Budi mengaku terus melakukan koordinasi bersama dengan Tim satgas COVID-19 Kelurahan. Dalam memonitoring perkembangan kasus di wilayahnya. "Untuk PTM ini kami juga selalu koordinasi dahulu terutama dengan satgas kelurahan," ucapnya. Jadi, penerapan ini juga bergantung dari hasil evaluasi mereka. Jika belum diberikan izin, penerapan juga akan kembali dilakukan pembatasan. "Kita siap jalankan, tapi kalau tidak kita mundur," ujarnya. Meski demikian, hingga saat ini pihaknya mengaku masih mengalami kendala terlebih terhadap penerapan prokes bagi siswa-siswi. Masker dan mencuci tangan, masih bisa. Tapi kalau soal jaga jarak, itu yang tersulit. "Namanya anak-anak, kita harus terus dan terus mengingatkan. Meskipun masih ada satu dua anak, kadang-kadang ada yang lepas masker dan sebagainya," ujarnya. Lebih sulit lagi, kontrol saat masa pulang sekolah. Siswa-siswi kerap berkumpul untuk menunggu kendaraan jemputan pulang. Lalu juga muncul pedagang kaki lima, menambahkan kesulitan. "Apalagi kalau sudah pulang. Kita sulit mengontrol. Kendala utama sulit untuk mengontrol anak-anak yang beli jajanan, pernah kami usir juga pedagang, tapi mereka juga sedang usaha. Ini kelemahan kita," kata Budi. Meski demikian, pihaknya terus berupaya mengingat siswa-siswi. Utamanya saat pembelajaran di sekolah. RSY/ZUL

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: