Sultan Aji Muhammad Idris: Pahlawan Pertama dari Kaltim
KUTAI KARTANEGARA, nomorsatukaltim.com – Sultan Aji Muhammad Idris: Pahlawan Pertama dari Kaltim Pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan pertama dari Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura itu bersama tiga tokoh lainnya, yakni Aji Usmar Ismail, Raden Arya Wangsa Kara dan Tombolotutu. Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md selaku Ketua Dewan Gelar dan Tanda Kehormatan (DGTK) mengatakan, penganugerahan secara resmi kepada keluarga almarhum akan dilaksanakan di Istana Bogor, pada Hari Pahlawan 10 November 2021. Mahfud Md menyatakan, keputusan empat tokoh tersebut sudah ditetapkan melalui Keputusan Presiden nomor 109/TK/2021 tentang Penganugerahan Pahlawan Nasional. Mahfud menjelaskan mereka adalah sosok yang menginspirasi untuk membangun, berdaulat serta ikut memperjuangkan dan memajukan Indonesia. Dia pun mengakui terdapat ratusan nama yang diajukan kepada pemerintah. Tetapi kali ini pemerintah lebih mengutamakan pemerataan pahlawan kedaerahan sebab itu, kali ini memilih 4 pahlawan dari 4 daerah. "Karena ini yang diajukan ratusan dan semuanya baik-baik. Tetapi ini yang menonjol, maka pemerintah kali ini mengutamakan selain ketokohan tapi yang lebih diutamakan adalah pemerataan kedaerahan," tandas Mahfud. Pengajuan Sultan Aji Muhammad Idris sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah daerah berlangsung hampir 10 tahun. Usulan itu mencuat melalui seminar pada 2011 di Makassar, Sulawesi Selatan. Pemerintah berulang kali melakukan seminar dan penggalian sejarah, hingga penyusunan biografi. Terakhir, penelusuran silsilah keturunannya yang berasal dari Wajo, Sulawesi Selatan. Tahun lalu. Pemprov Kaltim dan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura berhasil menyusun biografi pemimpin ke-14 Kutai Kartanegara Ing Martadipura tersebut. Termasuk foto, keberadaan lokasi meninggal dunia, pendapat dari tokoh masyarakat, ahli warisnya, hingga bentuk perjuangannya untuk Indonesia. "Semua data yang dibutuhkan lengkap, hingga sudah bisa ditetapkan jadi pahlawan nasional. Memang panjang upaya kita selama ini," ujar Kabid Pemberdayaan Sosial, Dinas Sosial (Dinsos) Kaltim, Juraidi, pada Disway Kaltim, baru-baru ini. Selain itu, juga perlu ada penamaan fasilitas publik. Seperti nama jalan maupun bangunan. Salah satunya penamaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Samarinda, menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda. Menjadi penambahan syarat yang terpenuhi dalam mengajukan permohonan pahlawan nasional. Sementara untuk penamaan fasilitas jalan umum belum bisa terlaksana, meski sudah mengimbau Pemkab Kukar dan Pemkot Samarinda. "Tapi yang terpenting, pemprov kita sebagai eksekutif, serta pihak legislatif kita sangat semangat sekali memperjuangkan beliau menjadi pahlawan nasional," lanjut Juraidi. Setelah semua persyaratan terpenuhi, Dinsos Kaltim pun sudah menyerahkan semuanya kepada Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Juraidi mengatakan, sertifikat penetapan pahlawan nasional, bakal diserahkan kepada ahli waris didampingi Pemprov Kaltim dan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Sultan Aji Muhammad Arifin. Di mana di dalamnya tertulis nama, sebagai pahlawan apa. Sebagai bentuk legalitas nyata dari pemerintah pusat. Dengan penetapan Sultan Aji Muhammad Idris sebagai pahlawan nasional pertama dari Kaltim, bakal diperkenalkan dan disosialisasikan kepada masyarakat secara luas. Baik itu setelah penetapan maupun sebelum penetapan. Sebagai bentuk kebanggaan bahwa ada pahlawan nasional pertama kali Kaltim. Seperti memasang spanduk ataupun banner besar, bagi masing-masing pemkab dan pemkot yang ada di Kaltim. Bahkan ada rencana untuk dibuatkan pendidikan dan pelatihan (Diklat), ataupun sejarah singkat untuk disebarkan kepada sekolah-sekolah. Hingga pembuatan buku yang nantinya untuk diajarkan didalam sekolah. "Harapannya masuk ke kurikulum, dan ada pembelajaran sejarahnya," kata Juraidi kepada Disway News Network. Sementara itu, Sekretaris Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Awang Yacoub Luthman. Pun tidak berhenti mengucapkan syukur dan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat. Dalam halnya membantu proses pengajuan Sultan Aji Muhammad Idris sebagai pahlawan nasional. "Dukungan masyarakat cukup kuat, bukan cuma Kesultanan saja yang mengajukan, tapi semua pihak yang ada di Kaltim," ujar pria yang akrab disapa AYL tersebut. Diketahui, Sultan Aji Muhammad Idris yang lahir di Pemarangan Jembayan pada tahun 1697, berjuang melawan dominasi Perusahaan Hindia Timur Belanda atau Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), di Sulawesi Selatan (Sulsel). Sultan Aji Muhammad Idris menikahi cucu La Maddukelleng pada 1732. Peristiwa itu merupakan momentum penyatuan visi politik dan ekonomi kedua kerajaan saat itu. Salah satunya sektor ekonomi dua kerajaan tersebut. Ia gugur dalam pertempuran bersama Sultan Wajo, La Maddukelleng untuk merebut benteng Ford Rotterdam di Makassar. Penetapan Sultan Aji Muhammad Idris sebagai pahlawan nasional, bukan yang terakhir. Pemprov Kaltim pun terus mengajukan nama-nama lainnya. Salah satunya Abdoel Moeis Hassan. Tokoh pejuang asal Samarinda, sebagai pemimpin perjuangan diplomasi politik untuk kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Kaltim pada masa 1945–1949 silam. Sekaligus Gubernur Kaltim yang ke-2. Dimana berkas pengajuannya sebagai calon pahlawan nasional (CPN) sudah ada. Tinggal melengkapi kekurangannya saja. *MRF/YOS
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: