Banjir di PPU Surut, Pengungsi Mulai Pulang

Banjir di PPU Surut, Pengungsi Mulai Pulang

PPU, nomorsatukaltim.com - Warga dua desa di Penajam Paser Utara (PPU) akhirnya pulang. Usai mengungsi beberapa hari karena rumah terendam banjir. Setelah pulang, mereka mulai membersihkan rumah masing-masing. Bencana banjir yang dialami warga Desa Sumber Sari dan Desa Gunung Mulia Kecamatan Sepaku ini terjadi sejak Kamis (7/10/2021) lalu. Lebih sepekan, Minggu (17/10/2021), air baru surut sepenuhnya.  Pengungsi banjir warga Desa Sumber Sari, Babulu menjadi yang terbanyak. Berjumlah 223 jiwa dari 72 kepala keluarga (KK). Mereka yang sebelumnya mengungsi ke sejumlah lokasi. Ada yang ke gedung serba guna desa, ada juga yang ke rumah sanak keluarga. Baca juga: Imbas Banjir di Babulu, Penyakit Mulai Mengintai Warga "Banjir sudah surut mulai kemarin, sehingga warga langsung pulang membersihkan rumahnya. Sekarang tersisa tinggal halaman rumah warga yang masih becek," ujar Sekretaris Desa Sumber Sari Arif Suryawan, Senin (18/10/2021) dikutip dari Harian Disway Kaltim - Disway News Network (DNN). Sedangkan bantuan logistik dari sejumlah donatur baik relawan, dinas, maupun dari sejumlah lembaga yang ada di lokasi pengungsian, sebagian besar langsung dibagikan ke warga. Karena masih ada beberapa logistik yang tersisa. Seperti beras, mi instan, air mineral, kecap, dan lainnya. "Semoga bantuan ini bisa membantu meringankan mereka yang dalam beberapa hari ini tidak bisa beraktivitas ke sawah karena sawah juga terendam air," imbuhnya. Kronologinya, peningkatan tinggi muka air sungai di kawasan perbatasan Desa Sumber Sari (Kabupaten PPU) dengan Desa Sebakung Makmur (Kabupaten Paser), kemudian melebar ke area persawahan Desa Gunung Mulia (Kabupaten PPU). "Peningkatan tinggi muka air  terjadi karena adanya luapan air dan kiriman dari banjir yang terjadi di Kecamatan Longkali (Kabupaten Paser) yang terus meningkat, sehingga air kemudian terus naik hingga ke pemukiman warga," kata Arif. Akibat banjir luapan Sungai Telake ini, membuat 1.545 jiwa dari 490 KK menjadi korban. Belum termasuk lima desa lainnya yang ada di wilayah tetangga. Sebagian warga yang kondisi rumahnya terendam cukup dalam kemudian mengungsi. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) PPU Marjani menuturkan hal serupa. Pun personelnya turut membantu warga untuk kembali ke rumah. Terkait penyebab banjir kali ini, ia juga membenarkan bahwa air bah berasal dari daerah tetangga yang lebih dulu tergenang. Utamanya desa-desa yang berada di sekitar Sungai Telake. "Sungai Long Kali ini menjadi penampungan, sebelum air mengalir ke laut," sebutnya. Peranan sungai yang memisahkan dua kabupaten ini menjadi kunci pengendalian banjir. Setidaknya agar banjir ini tak terulang kembali. Untuk diketahui, banjir besar serupa di kawasan ini sempat terjadi 20 tahun silam. Menurut analisa, di samping sungai dangkal karena sedimentasi dan endapan lumpur, daerah tersebut juga berada di wilayah rendah. "Itu sungai primer, merupakan kewenangan Pemprov Kaltim. Namun saya kurang begitu paham, mungkin teman-teman Dinas PUPR (Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang) yang lebih memahaminya," ujarnya  Hal ini sudah dilaporkan ke dinas terkait. Agar dapat menindaklanjuti dengan melakukan program pengendalian banjir. Selain hal teknis. Seperti berkoordinasi lintas sektoral, menyebarluaskan informasi kebencanaan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). S oal penanganan sungai ini, sambungnya, memang perlu ada kajian komprehensif. Untuk mengurai masalah banjir ini satu persatu hingga tuntas.  "Untuk jangka panjang, ketinggian tanggul sungai primer harus bisa mengantarkan air dari hulu ke hilir secara baik. Kalau tidak airnya akan mampir ke daerah sekitar aliran sungai, dan terjadi banjir. Sejalan dengan itu, harus ada pemeliharaan berupa normalisasi. Seperti pembersihan sampah dan tumbuhan liar, dan pengerukan tanah hasil endapan," tutup Marjani (rsy/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: