Banjir Samarinda Tak Bikin Investor Melipir
“Arah investasi ke depan kan ke arah Sungai Siring (bandara), dan ke arah Samarinda Seberang dekat tol,” paparnya.
Menelisik pernyataan Yusan soal arah investasi ini. Masih dalam laporan BPS Samarinda, area-area pinggiran memiliki persentase yang cukup tinggi dari total luasan kota. Palaran, Samarinda Seberang, dan Loa Janan Ilir misalnya, memiliki persentase sebesar 36,2 persen dari seluruh wilayah Samarinda.
Area Sambutan memiliki luas wilayah sebesar 14,06 persen. Serta Samarinda Utara yang makin jadi primadona sejak adanya bandara, memiliki luasan sebesar 31,97 persen. Artinya, selama ini pusat perekomian baru terfokus di 17,77 persen wilayah Samarinda saja.
Menjadi masuk akal jika Samarinda disebut masih memiliki prospek besar di bidang investasi. Karena selain letaknya yang strategis. Di mana perekonomian di kota ini turut menopang sebagian besar wilayah Kukar, Bontang, Kutim. Bahkan tidak menutup kemungkinan pengaruhnya sampai ke Berau, Kubar, dan Mahulu.
“Jadi banjir ini, yang ada di tengah-tengah (kawasan kota), ya sudah ndak apa-apa. Selain itu, kan, kawasan yang langganan banjir ini, walau di perkotaan, sudah padat juga. Jadi investasi yang baru, akan lari ke kota satelit sekitar. Insyaallah Samarinda akan begitu,” sebut Yusan.
Sebagai gambaran bahwa luasan Kota Samarinda banyak yang belum tersentuh adalah keberadaan Jalan Ring Road. Sebagai informasi, Samarinda memiliki dua Jalan Ring Road. Yakni Jalan H.M Ardans (Ring Road I) dan Jalan Nusyirwan Ismail (Ring Road II). Kedua ruas ini, masih tergolong sepi. Berbeda dengan Ring Road-nya Balikpapan yang sudah padat.
Hal ini disebabkan oleh, belum melebarnya arah investasi ke tepi kota. “Kita bicara Samarinda hanya yang di tengah-tengah, sementara Samarinda itu, kan luas. Prospeknya masih besar,” simpul Yusan soal potensi investasi di Samarinda.
*
Menjadi hal berbeda jika pembicaraan diarahkan ke dampak banjir pada investasi yang kadung menjamur di kawasan perkotaan. Kata Yusan, jangankan banjir 2 sampai 3 hari. Genangan berdurasi 4-5 jam saja sudah menyebabkan kerugian bagi wirausaha.
“Kalau investasi belum terlalu berdampak. Kalau ke bisnis, iya, lah. Bayangkan kalau terendam dua sampai tiga hari itu.”
Dalam hal; menjaga iklim investasi di pusat kota ini. Yusan menyebut Pemkot Samarinda punya peranan penting. Agar yang sudah ada, tidak terpengaruh eksistensinya akibat banjir. Perlu adanya solusi jangka pendek, menengah, dan panjang.
Untuk kawasan langganan banjir, Yusan bilang pemkot bisa membantu dalam beberapa hal. Salah satunya subsidi asuransi bangunan.
“Daerah yang dilewati air 4 sampai 5 jam itu perlu dikasih kompensasi. Kalau saya boleh saran, sih, asuransi. Jadi biayanya setangah ditanggung pemerintah, setengah pengusaha. “
“Soalnya kalau bicara menanggulangi banjir, lebih susah. Apalagi ketika Mahakam pasang, curah hujan tinggi. Pun kalau dikompensasi dengan daerah resapan, sudah kadung habis (dipakai pembangunan),” katanya.
Relokasi alias memindahkan konsentrasi pusat ekonomi ke pinggiran kota disebut Yusan adalah pilihan yang menarik. Dan sangat mungkin dilakukan walau mekanismenya rumit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: