Banjir Samarinda Tak Bikin Investor Melipir

Banjir Samarinda Tak Bikin Investor Melipir

Makin ke sini, kerentanan Samarinda terhadap banjir semakin tinggi. Dari yang mulanya banjir itu adalah keniscayaan, menjadi; harus banjir kalau turun hujan. Namun sesemrawut apa pun rupa Samarinda ketika banjir. Kota ini tetap lah seksi di mata investor. Para pemilik modal tak akan takut pada potensi bencana yang kerap terjadi. Mengapa bisa begitu?

OLEH: AHMAD AGUS ARIFIN

KOTA Samarinda adalah sesuatu yang rumit. Kota ini tak ditata dengan indah, namun tetap menyenangkan untuk ditinggali. Kota ini berada di bawah permukaan air, yang membuat banjir tak bisa dihindari. Tapi tahu kah? Samarinda masih terlalu memikat dalam hal investasi.

Hal ini diungkapkan oleh Yusan Triananda. Sosok pengusaha di bidang perhotelan, perdagangan, dan pendidikan ini melihat bahwa Kota Tepian dari sudut pandang dunia usaha, masih terlalu menawan. Bahkan dengan status langganan banjirnya, Samarinda tetap memiliki prospek ekonomi yang baik.

“(Banjir) ndak terlalu (mempengaruhi tingkat investasi), karena itu sudah jadi bagian dari Samarinda,” ucap Yusan belum lama ini.

Setidaknya ada dua sebab mengapa Samarinda masih menjadi tempat yang bagus untuk mengembangkan usaha. Pertama, memiliki populasi yang padat. Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Samarinda bertajuk Kota Samarinda dalam Angka yang diterbitkan tahun 2021. Jumlah penduduk Samarinda sebanyak 827.994 jiwa hingga tahun 2020. Dengan tingkat pertumbuhan lebih dari 9 ribu jiwa tiap tahunnya.

Itu data di atas kertas. Nyatanya, banyak penduduk yang tidak ber-KTP Samarinda. Mereka kebanyakan merupakan mahasiswa yang berkuliah di berbagai kampus ternama di Kota Tepian. Sebut saja Universitas Mulawarman, Universitas Widya Gama, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, IAIN Samarinda, Polnes, dan lainnya. Serta kaum urban yang banyak masuk setiap musim arus balik Idulfitri yang mengadu nasib di Samarinda. Bisa dipastikan, populasi di Samarinda melebihi angka 1 juta jiwa.

Dalam hukum permintaan dan penawaran, semakin tinggi populasi, makin tinggi pula permintaan. Atas dasar itu, Samarinda sangat menarik di bidang investasi. Belum lagi gaya hidup masyarakat yang perlahan meninggi, dibarengi dengan membaiknya sarana penunjang.

“Bicara peluang bisnis, Samarinda itu tidak hanya ‘Samarinda’ saja. Tapi juga mencakup Tenggarong (Kukar), Bontang, dan Sangatta (Kutim),” jelas Yusan, merujuk pada jumlah permintaan barang dan jasa di Samarinda juga didapat dari beberapa kabupaten/kota tetangga.

“Apalagi sejak ada bandara (APT Pranoto), sebagian besar beralih ke sini,” timpalnya.

samarinda

Kedua, adalah faktor geografis. Samarinda yang terdiri dari 10 kecamatan ini memiliki luas 783 kilometer persegi. 279 kilometer persegi lebih luas ketimbang kota tetangga, Balikpapan. Yang status pintu masuk Kaltimnya mulai tergerus sejak adanya Bandara APT Pranoto.

Dari luasan tersebut, pembangunan di Samarinda cenderung masih tersentra di tengah kota saja. Sesuatu yang bisa dipahami karena selain untuk mendekati area padat populasi. Karena di masa silam, Samarinda belum memiliki bandara.

Dengan adanya bandara sekaligus tol (Balsam), menurut Yusan, para investor bisa membidik area-area yang belum ramai saat ini.

“Area kotanya itu luas. Kaya Citraland kan ini dulu hutan. Sekarang sudah maju.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: