Gereja At Thohir

Gereja At Thohir

Ayahnya laksamana TNI-AL bintang tiga. Campuran Makassar-Jawa. Sudah almarhum. “Pernah menjabat Pangkowilhan,” ujar Avat.

Tahun 1982, Avat ke Los Angeles. Ia melanjutkan kuliah sampai mendapat associate of arts degree (AA) dari Pasadena City College. Bachelor of science degree (BS) dari California State University, Los Angeles. Dan master of business administration degree (MBA) dari West Coast University.baca juga :  Rapid Test

Di AS, ia bekerja, antara lain, di UCLA Health System. Di bagian keuangan.

Begitu lama Avat menetap di Amerika. Ia pun kini sudah sepenuhnya menjadi warga negara Amerika. Demikian juga istrinya yang dari Jakarta. Dan dua anaknya.

Sebelum menjadi ketua Masjid At Thohir, Avat sudah lama aktif di berbagai kegiatan masyarakat. Karena itu, ia berhubungan baik dengan tokoh Tionghoa asal Indonesia di Los Angeles. Ia bersahabat dengan drg Irawan, putra pejuang kemerdekaan, yang menerbitkan media cetak Indonesia Media. Juga, berteman dengan youtuber asal Biak di sana: Butce. Keduanya juga sudah menjadi warga negara Amerika. Sekarang Avat menjadi ketua Indonesia Muslim Foundation (Imfo). Organisasi itu sudah terdaftar di US Federal dan California State. Avat juga menjabat ketua Indonesian Diaspora Network of Southern California (IDN SoCal).

Tidak sulit mencari gereja yang dijual di Amerika. Umumnya gereja lama. Di California saja pernah diiklankan 82 gereja yang dijual. Lihatlah harga di iklan itu.

Apalagi di wilayah yang banyak ditinggalkan imigran generasi pertama. Misalnya, di Buffalo, di utara New York. Dekat air terjun Niagara. Di situ ada dua yang sudah berubah menjadi masjid. Lalu, satu lagi menjadi wihara Buddha.

Imigran yang datang ke wilayah itu umumnya dari Norwegia dan sekitarnya. Itu tahun 1800-an. Mereka membangun perkampungan sekaligus rumah ibadah.baca juga :  Prof Elvis Warsono

Sejak 1970-an kian banyak yang meninggalkan Buffalo. Keturunan imigran itu pindah ke daerah yang ekonominya lebih berkembang.

Harga properti di situ pun turun. Imigran dari Asia datang. Dengan berbagai agama mereka.

Mengalir pula ke daerah itu penduduk kulit hitam dari wilayah selatan. Yang punya gereja sendiri –atau pilih tidak ke gereja yang sudah ada.

Di Amerika kelembagaan pemilik aset gereja juga sangat privat. Amerika sangat melindungi wilayah privat. Termasuk pun kalau pemilik gereja itu mau menjualnya.

Tentu banyak juga yang karena orang modern di Amerika tidak rajin lagi ke gereja.

Kekhawatiran menjadi seperti itulah sebagian sinode di Indonesia mulai mengurus kepemilikan aset gereja menjadi aset sinode. Agar tidak lagi menjadi aset pribadi.

Di lingkungan NU, aset lembaga pendidikan juga banyak dimiliki pribadi kiai NU. Bukan dimiliki NU. Tapi, sulit membayangkan ada kiai NU yang menjual aset untuk mal atau gereja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: