Akademisi Unmul: Sinetron Indonesia Bikin Miris
SILVIANA memahami betul. Penyebab sinetron Indonesia belum juga maju karena orientasinya masih keuntungan saja. Tanpa memikirkan kepentingan lain seperti pendidikan.
“Yang dikejar hanya rating, tayang di jam prime time, iklan tinggi masuk. Semakin banyak yang nonton iklan yang masuk semakin banyak. Semakin kaya PH,” ujarnya.
Ambil contoh saja, sinetron yang sedang ramai sekarang, Ikatan Cinta. Dalam satu episode, sedikitnya ada 70-an iklan berbeda yang dibagi menjadi 4 segmen. Dari sisi bisnis, itu jelas menggiurkan. Yang sayangnya, gara-gara itu, produsen sinetron jadi sering abai terhadap dampak cerita yang mereka buat.
“Dampaknya, brain wash di masyarakat. Semua dianggap bisa instan dengan cara ngawini orang kaya. Dandan yang cantik. Efeknya negatif dan menyebabkan budaya konsumtif. Rela mengikat tali perut kelaparan. Demi memperkaya looking. Yang penting tampilannya menarik ala artis sinetron,” tutur Silviana.
“Dampaknya ke anak-anak dan remaja, mereka belajar cinta jauh lebih cepat dari usianya. Kasus pernikahan dini, aborsi, seks bebas, pacaran di bawah umur, luar biasa banyak sekarang. Sebagai orang tua sangat cemas. Makanya saya tidak berani tontonkan itu kepada anak-anak,” lanjut dia.
Di rumah tangganya, sebagai ibu, Silviana selalu menerapkan pendampingan pada buah hatinya. Utamanya soal pemilihan tontonan. Karena menyalahkan pembuat sinetron saja tidak akan cukup membentengi anak dari berbagai dampak buruk. Peran orang tua masih lebih vital di atas apa pun.
“(Pandemi) corona ini saya bersyukur bisa mengontrol anak-anak lebih intens. Menjaga anak-anak. Apa yang mereka tonton,” tuntasnya.
Silviana berharap betul, ada perubahan besar di dunia industri sinetro kelak. Untuk menghadirkan tayangan yang layak tonton. Dengan menghadirkan cerita yang lebih realistis. (krv/ava)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: