Petani Kaltim Punya Kesempatan Emas, Saatnya Menanam Porang

Petani Kaltim Punya Kesempatan Emas, Saatnya Menanam Porang

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Kisah sukses pertanian porang terus menjalar kemana-mana. Tanaman jenis umbi-umbian ini memang menggiurkan. Apalagi pasarnya juga mencapai ekspor. Nah, bagaimana geliatnya di Kaltim? Berapa sih modal yang dibutuhkan?

Petani-petani di Kaltim terus mengembangkan budi daya komoditas pertanian satu ini. Itu karena potensi dari porang ini sangat menjanjikan. Perhimpunan Petani Porang Kalimantan Timur (P3KT) Wilayah Balikpapan mencatat, luas lahan tanam porang di Kaltim yang tergabung dalam koperasi mencapai 200 hektare. Dewan Pakar P3KT Wilayah Balikpapan Temang Dwi Harto Putro menjelaskan, lahan tanam porang akan terus diperluas. Karena itu, P3KT berupaya merintis untuk memperluas area tanam. "Caranya dengan banyak melibatkan petani untuk bertani porang organik dengan baik dan benar," jelas Temang pada pertemuan kepada petani porang di Balikpapan, Rabu, 19 Mei lalu. Menurut Temang, dengan memperluas area tanam akan memberikan kepercayaan kepada investor untuk membangun pabrik. “Idealnya (luas tanam) minimal 400 hektare tanaman aktif untuk membangun pabrik (agar ketersediaan bahan baku terjaga),” ucap Temang yang juga masuk dalam dewan pakar P3KT Balikpapan. Ia mengatakan, kesempatan emas untuk memperluas area tanam porang ini harus segera dimanfaatkan. Apalagi pemerintah sangat mendukung komoditas pertanian yang memiliki nilai tambah untuk ekspor. “Semboyan P3KT Beli Bibit di Kaltim Tanam di Kaltim Olah di Kaltim Ekspor dari Kaltim. Majulah Petani Porang Jayalah Indonesia, ” tukasnya. Temang sendiri mulai melirik porang sejak Agustus 2020. Ketertarikannya menanam porang, selain karena bisnis kulinernya terkena dampak pandemi, juga karena porang sangat menjanjikan. Ia menyebut, modal yang dibutuhkan memang tergolong tinggi. Itu karena biaya bibit dan perawatan untuk pupuk cukup besar dalam satu hektare lahan dengan masa panen dua tahun. “Satu hektare membutuhkan sekitar Rp 157 juta, tapi potensinya sangat menjanjikan,” ujarnya. Sedangkan metode penanaman dengan sistem tanam tumpang sari membutuhkan 15 ribu bibit untuk satu hektare lahan. Kemudian, sebanyak 40 ribu tanaman apabila menggunakan metode penanaman tanpa tumpang sari. Adapun, alasan Temang menanam porang adalah karena perawatan yang dianggap tidak membutuhkan waktu panjang. Inilah yang melatarbelakangi Temang merintis lahan terbuka seluas 7 hektare di Salok Api Darat dan 6 hektare di Lamaru Balikpapan untuk ditanami porang terhitung sejak Juni 2020 lalu. “Tanaman ini tidak rewel, 1 hektare (produksi) bisa 80 ton. Kalau harganya anggap saja Rp 10 ribu per kg, berarti 80 ton dapat Rp 800 juta, per 2 tahun. Ongkos produksi sekitar Rp 150 jutaan,” bebernya. Temang menambahkan, harga jual pun cukup tinggi. Di mana permintaan tinggi namun bahan baku terbatas. "Harga porang yang diolah menjadi chip siap ekspor lebih mahal lagi dibanding harga porang segar," tutupnya. (fey/eny)

Bangun Pabrik, Disiapkan untuk Ekspor

Tanaman yang terlihat hanya umbi dan kurang menarik ini ternyata menyimpan banyak manfaat. Selain sebagai bahan makanan yang baik untuk menjaga berat badan dan penampilan. Ternyata umbi porang ini juga bisa digunakan di industri pertambangan. Yaitu sebagai pengikat partikel di batu bara, bahan perekat, industri kosmetik sebagai penghalus kulit dan masih banyak lagi sehingga diminati di luar negeri. Dengan pelbagai manfaat tersebut, Kepala Karantina Pertanian Balikpapan Ridwan Alaydrus terus mendorong pengembangan porang di Kalimantan Timur. Komoditas baru ini akan terus disosialisasikan ke masyarakat agar tertarik menanam porang. “Porang ini masih proses awal, dan produksinya baru mulai,” katanya, Minggu (23/5) kemarin. Untuk mempersiapkan komoditas ini diekspor, maka perlu produksi yang besar. Bukan hanya produksi yang besar, tetapi juga dibutuhkan pabrik. “Kalau bicara ekspor, khususnya porang di Kaltim masih belum siap. Di samping jumlahnya belum memenuhi, pabriknya juga belum ada,” bebernya. Apalagi permintaan akan porang ke luar negeri cukup besar potensinya. “Kini petani dalam proses memperluas area tanam agar nantinya ada investor yang tertarik untuk membangun pabrik khususnya untuk porang,” ujarnya. Subkor Pengawasan dan Penindakan Balai Karantina Pertanian Balikpapan Endy Octa Widoyono mengatakan, pengembangan tanaman porang memang menjadi salah satu program yang saat ini dikembangkan Kementerian Pertanian karena potensi besar ekspor. "Kami tentunya memfasilitasi pengembangan tanaman ini dan menginformasikan ke petani, jika porang juga bisa diekspor hingga ke luar negeri," tukasnya. Adapun negara tujuan ekspor tanaman porang seperti China, Vietnam dan Thailand. Pemerintah daerah, katanya, harus membantu memfasilitasi karena ini produk unggulan yang bisa dikembangkan. "Sementara di Kaltim petani porang sudah proaktif sendiri mengembangkan dengan kemandirian, pemerintah daerah lah yang memfasilitasi karena prospek ke depan sangat bagus," tutur Octa. Dia menyebut tahun ini permintaan ekspor porang cukup banyak. Hanya saja, untuk di Kaltim masih dalam tahap pengembangan. Yang berada di tiga daerah; Kabupaten Kutai Kartanegara, Penajam Paser Utara dan Balikpapan. Sementara yang baru bisa menembus ekspor yakni Banjarmasin dengan volume hingga 10 ton. "Proses pengembangannya sederhana dan bisa dilakukan masyarakat yang punya lahan," katanya. (fey/eny)

Dewan Beri Perhatian

Lebih dari 200 hektare lahan di Kaltim telah ditanami porang yang punya nilai lebih untuk diekspor. Bahkan, petani berupaya terus memperluas area tanam. Melihat perkembangan dan antusiasnya petani, DPRD Balikpapan menyambut positif dan mendukung pelatihan-pelatihan yang digelar Perhimpunan Petani Porang Kaltim (P3KT) Wilayah Balikpapan. Wakil Ketua DPRD Balikpapan Sabaruddin Panrecalle mengatakan, tanaman porang ini merupakan tanaman yang tidak asing. Di mana sejak lima tahun terakhir porang mulai banyak dibudidayakan. “Berdasarkan informasi dari petani, ternyata tanaman porang ini memiliki daya jual yang sangat bagus dan cocok dikembangkan di Kaltim,” kata Sabaruddin Panrecalle, saat diskusi mengenai budi daya porang bersama Perhimpunan Petani Porang Kaltim (P3KT) Wilayah Balikpapan, baru-baru ini. Masa panen pun hanya membutuhkan waktu antara 7 hingga 8 bulan. Serta memiliki manfaat yang besar. Mulai dari diolah menjadi campuran beras, campuran lem, hingga kosmetik. “Selama ini masa tanam antara setahun sampai 2 tahun, ternyata tadi bisa per 7 sampai 8 bulan. Karena ada teknologi rekayasa pertanian yang bisa digunakan,” bebernya. Dalam diskusi tersebut, pihaknya juga mengingatkan kepada komunitas porang agar petani tidak mudah ‘latah’ mengikuti perkembangan zaman. “Dulu di Balikpapan ada yang namanya budi daya pepaya mini dan buah naga, tapi setelah panen yang melimpah malah pembelinya yang tidak ada, akhirnya terbuang dan yang dirugikan para petani,” tandas pria yang juga dewan penasihat P3KT DPW Balikpapan. Meski begitu, Sabaruddin mengatakan pemerintah melalui Organisasi Perangkat Daerah (OPD) akan tetap mendukung. Bukan hanya dalam hal pelatihan. Tetapi juga dalam pemasarannya. “Tapi juga membantu bagaimana memasarkan hasil pertanian sehingga perekonomian para petani bisa meningkat,” harap Sabaruddin. (fey/eny)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: