8 Kecamatan di Kutim Diterjang Banjir, Diduga Akibat Degradasi Hutan
Kutim, nomorsatukaltim.com – Dalam sepekan ini, Kutai Timur (Kutim) diterjang banjir. Terutama untuk 8 kecamatan di daerah pedalaman. Beberapa kalangan menyebut banjir yang terjadi akibat degradasi hutan yang parah di Kutim.
Mulai Kecamatan Muara Ancalong, Muara Bengkal, Telen Muara Wahau, dan Long Mesangat banjir cukup parah. Sementara itu Kecamatan Kongbeng, Batu Ampar, dan Busang juga terdampak dari luapan Sungai Telen tersebut. Luapan sungai ini disebut-sebut akibat volume air yang datang tak dapat lagi ditampung. Ditambah lagi kawasan serapan air yang ada sudah jauh berkurang. Akibat kawasan hutan yang sudah berkurang drastis. Alhasil, banjir besar pun tak dapat dihindari lagi. Akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Kutim, Imanudin menilai bencana banjir tersebut sebenarnya bisa teratasi. Bahkan siklus hujan tahunan pun sebenarnya tidak berpengaruh besar terhadap banjir yang terjadi. “Siklus hujan tahunan sebenarnya hanya sedikit faktor penyebab. Karena bicara banjir banyak faktor penyebabnya,” ucap Iman. Dirinya melihat, faktor utama banjir yang melanda 8 kecamatan di Kutim ini akibat daerah tangkapan air yang hilang. Salah satunya adalah kawasan hutan. Jika daerah-daerah tangkapan air, serapan air dan sistem drainase alam mampu berfungsi dengan baik, banjir tak akan terjadi. “Tetapi sistem itu sudah tidak berjalan baik lagi,” sebutnya. Penyebabnya tak lain karena pembukaan masif lahan. Termasuk kawasan hutan. Baik untuk areal perkebunan dan pertambangan. Parahnya lagi, kondisi itu terjadi di kawasan hulu sungai. Sehingga membuat rusak fungsi alam, terutama yang berkaitan dengan daerah tangkapan hujan. “Sudah tidak ada lagi daerah tangkapan air. Maka volume air di sungai tiba-tiba besar saat hujan deras turun,” paparnya. Dirinya menilai, degradasi hutan di Kutim sudah tergolong parah. Alih fungsi hutan menjadi kebun sawit dan tambang batu bara seperti tak ada rem. Perubahan secara drastis terjadi dalam hitungan tahun saja. “Hal ini bisa dilihat, kecamatan yang diterjang banjir karena ada aktivitas perusahaan perkebunan dan pertambangan. Ini akibat membuka lahan secara asal-asalan,” tuturnya. Banjir yang melanda mengakibatkan akses jalan antar kecamatan dan desa sulit dilalui. Salah satu wilayah yang paling berdampak ialah Kecamatan Muara Ancalong. Hampir seluruh akses jalan antar desa di Muara Ancalong terendam oleh banjir yang terjadi ini. Camat Muara Ancalong, Sabran menuturkan, ada sekitar delapan desa yang terdampak bencana banjir. Aktivitas warga pun sedikit terganggu akibat banjir yang menerjang. “Ya, untuk kondisi sementara, semua jalan utama di Muara Ancalong masih terdampak banjir,” ungkap Sabran. Sebelumnya Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman mengatakan, banjir yang telah merendam ratusan rumah warga beberapa sebagai siklus musiman. Biasa terjadi tiap 10 tahun sekali. Meski dirinya mengakui banjir kali ini memang berdampak lebih besar dari kejadian sebelumnya. “Bertambah parah dengan curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah utara Kaltim sebulan terakhir,” ujar Ardiansyah. Pemkab Kutim coba bertindak cepat dengan mengirimkan bantuan. Begitu juga dengan menyiapkan kebutuhan warga yang terdampak banjir. Mulai menyiapkan posko pengungsian hingga menyiapkan alokasi dana untuk penanggulangan bencana. “Sudah ada alokasi kucuran dananya untuk dilakukan upaya penanggulangan terhadap bencana banjir. Baik saat evakuasi warga maupun pemberian berbagai bantuan seperti sembako,” tandasnya. (bct/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: