Pelabuhan PPU Tetap Ramai, Warga Masih Nekat Nyebrang
PPU, nomorsatukaltim.com - Langkah pengetatan oleh Pemkab PPU tak menjamin seratus persen tidak ada warga pulang kampung. Seperti situasi di 3 pelabuhan penyeberangan di Penajam sedari 1-5 Mei.
Jelang diberlakukannya pengetatan pintu keluar-masuk, arus di pelabuhan meningkat signifikan. Arus pengguna penyeberangan di tiga pelabuhan, Ferry Penajam, kapal motor dan speedboat. "Dari pengamatan, sejak dua hari lalu bertambah yang keluar-masuk. Kisarannya 50 persen," ucap koordinator relawan posko Satgas COVID-19 Pelabuhan, Aspar. Dari catatan, normalnya yang keluar-masuk per hari sekira 400 orang. Nah, kali ini meningkat sampai 600. Tapi perlu diingat. Aspar menjelaskan jumlah itu bukan semuanya merupakan pelaku perjalanan. Karena mayoritas pengguna layanan penyeberangan merupakan pekerja di PPU dari luar daerah, pun sebaliknya. "Pegawai di pemerintahan saja jumlahnya sudah 200-an. Kalau pelaku perjalanan saja, perkiraan jumlahnya 50-100 saja," tuturnya. Penerapan ini tak serta-merta diterima masyarakat. Ariyanto, ojek pangkalan pelabuhan Penajam berharap pemerintah mempertimbangkan penerapan itu. Mewakili 32 kawan-kawan seprofesinya di sana, kebijakan itu pasti akan semakin menggerus pendapatan mereka. "Ya kasihanlah sama kami. Selama pandemi ini saja, penghasilan kami sudah turun jauh," ucapnya miris. Pada saat normal, itu lebih setahun lalu, mereka sanggup mengantongi sampai Rp 200 ribu per hari. Sekarang, untuk mendapatkan Rp 50 ribu per hari saja perlu menambahkan porsi waktu kerja. "Sekarang, sampai malam mangkal, kalau dapat Rp 50 ribu sudah syukur," tandasnya. Pernyataan Ariyanto ini agak sedikit konyol sebenarnya. Melihat arus hilir-mudik yang tak kunjung surut di sana. Namun ternyata, pertimbangannya ialah selama pandemi melanda, banyak masyarakat yang tak mempergunakan transportasi umum. Ya apalagi kalau bukan karena waswas terpapar virus. "Ya sebenarnya kami ini juga takut COVID-19. Tapi kamu lebih takut kalau anak-istri kami tidak makan di rumah," tegasnya. Meski semua itu tetap diberlakukan, ia tak punya pilihan lain. Mengikuti saja apa yang dimau pemerintah. Mereka hanya berharap saja "Ya, cobalah para petinggi itu datang ke sini. Lihat-lihatlah keadaan kami di sini. Biar mereka tahu juga rasanya," tutup Ariyanto. (rsy/boy)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: