Siasat Nadiem Bertahan di Kabinet Jokowi-Ma’ruf
Jakarta, nomorsatukaltim.com - Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2021, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) bertanya kepada Mendikbudristek Nadiem Makarim mengenai terobosan dalam mendorong pendidikan Indonesia.
“Jadi, sudah ada terobosan?” tanya Jokowi tiba-tiba saat mendengar paparan Nadiem dalam diskusi yang disiarkan YouTube Kemendikbud RI, Minggu (2/5). Nadiem pun dengan lugas menjawab segala hal kebijakan yang dirintisnya sejak diangkat menjadi Mendikbud pada 2019. Kemudian dilantik lagi jadi Mendikbudristek sejak Rabu (28/4). Sebelumnya Nadiem memang telah dipercaya untuk memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak 2019—yang kini ditambah nomenklatur baru riset dan teknologi imbas dileburnya Kemenristek. Selama ini, kinerja dia memimpin Kemendikbud kerap dikritisi. Sehingga mendorongnya masuk dalam keranjang opini sebagai salah satu menteri yang bakal di-reshuffle. Termasuk pula ketika Kemenristek dilebur ke Kemendikbud. Tapi, lagi-lagi Nadiem selamat. Sehingga dia yang bukan berasal dari parpol maupun ormas itu kembali dilantik Jokowi menjadi menteri memimpin Kemendikbudristek. Sejumlah kalangan menilai kiprah Nadiem yang tetap bertahan di kursi kabinet itu tak lepas dari permainan politik. Salah satunya, ketika santer isu reshuffle karena peleburan Kemenristekdibud, Nadiem diketahui sempat mendatangi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri. Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyebut, pertemuan dengan Mega itu bisa dilihat sebagai upaya Nadiem untuk mempertahankan posisinya di pemerintahan. “Sudah sowan ke PDIP. (Bertemu) Mega itu kan bagian dari mempertahankan posisi itu,” nilai Ujang baru-baru ini. Dugaan lainnya, bisa jadi Nadiem pernah memberikan sumbangsih kepada Jokowi di masa Pemilihan Presiden 2019 lalu. Sebab, menteri dari kalangan profesional yang tak punya sumbangsih dalam kemenangan di Pilpres akan mudah untuk diganti. “Dan Nadiem ini walaupun banyak kontroversi kerjanya juga tidak bagus, banyak kritik dari masyarakat, tapi tetap dipertahankan. Bisa jadi hal-hal itu yang membuat dia aman,” tuturnya. Ujang menerangkan, ada dua konteks berbeda dalam sebuah proses reshuffle kabinet. Pertama, konteks politik yang sifatnya subjektif. Dan kedua, konteks penilaian kinerja yang sifatnya objektif. “Mempertahankan Nadiem ini bagian dari proses politik. Itu sangat subjektif dari presiden sendiri,” ucap Ujang. Di balik seluruh praduga ini, Nadiem harus bisa membuktikan kepada publik bahwa dirinya memang layak mengemban jabatan memimpin Kemendikbudristek. “Lakukan terobosan-terobosan yang bisa membawa lompatan di bidang pendidikan dan di riset. Kalau biasa-biasa saja, itu juga akan menjadi bulan-bulanan publik ke depan,” ujar Ujang. Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno juga berpendapat, bertahannya Nadiem di kursi kabinet tak bisa dilepaskan dari faktor politik. Apalagi belakangan ini PDIP selaku partai penguasa juga tampak membela kinerja Nadiem sebagai menteri di tengah kritikan dari berbagai pihak. “Posisi aman Nadiem tak lepas dari 'suaka politik' ke ketum PDIP. Setelah itu kan banyak elite PDIP yang bela kinerja Nadiem. Karena kalau melihat kinerja, tentu jauh dari ekspektasi,” kata Adi. Dia tidak mau menduga-duga terkait alasan apa hingga akhirnya partai politik mulai memberikan dukungan kepada mantan bos Gojek tersebut. Di sisi lain, apakah ada transaksional politik di balik semua ini, Adi enggan menduganya terlalu jauh. Menurut dia, alasan yang paling bisa diterima saat ini mungkin karena Nadiem mewakili wajah milenial di kabinet Jokowi. “Politik representasi ini sepertinya dinilai penting di periode kedua Kabinet Kerja,” tutur Adi. Adi menyampaikan, ke depan Nadiem mesti bisa membuktikan dirinya pantas dan bisa bekerja dengan baik dalam tugasnya sebagai Mendikbudristek. (cnn/qn) Sumber: 'Jimat' Nadiem Bertahan di Kabinet Jokowi-Ma'ruf AminCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: