Perjalanan Kubar-Mahulu melalui Jalur Darat (4): Bercandaan Soal Listrik, Mulai Cerita sambil Bernyanyi

Perjalanan Kubar-Mahulu melalui Jalur Darat (4): Bercandaan Soal Listrik, Mulai Cerita sambil Bernyanyi

Banyak PR di Mahakam Ulu (Mahulu). Tidak hanya jalan yang belum semua terkoneksi dengan baik, infrastruktur lainnya juga belum memadai. Sebut saja listrik, air dan pembangunan kantor pemerintahan. APBD Rp 1,1 triliun mana cukup!

nomorsatukaltim.com - Setiba di Hotel Marissa di Ujoh Bilang Rabu pukul 16.00 WIta, tim Goodtime Jalan-Jalan langsung istirahat. Perjalanan selama 8 jam yang ditempuh dari Kutai Barat ke Mahakam Ulu (Mahulu) terasa begitu melelahkan. Untung saja, agenda kunjungan silaturahmi ke pemerintah kabupaten Mahulu, masih keesokan harinya. Waktu sore hingga malam bisa digunakan untuk istirahat sambil menikmati lokasi di sekitar hotel. Hotel Marissa letaknya cukup strategis dengan view belakang Sungai Mahakam. Dari balkon belakang hotel itu bisa terlihat panorama alami hulu sungai terbesar di Kalimantan Timur (Kaltim) tersebut. Baca juga: Perjalanan Kubar-Mahulu melalui Jalur Darat (1): Kemunculan PU Swasta hingga Wacana Tol Kubar-IKN Persis di belakang hotel itu pula terdapat dermaga kapal. Jalur transportasi utama dari Kubar-Mahulu via sungai, ya dari belakang hotel itu. Meski memang ada pula dermaga-dermaga kecil di sepanjang sungai untuk turun naik penumpang. Jumlahnya banyak. Hampir setiap desa atau kecamatan ada dermaga kecil. Jika diumpamakan dermaga kapal di belakang Hotel Marissa itu sebagai terminal. Sementara yang kecil-kecil di sepanjang sungai itu, ya ibarat halte pemberhentian kendaraan umum. Itu bisa dipahami karena hingga saat ini transportasi utama masyarakat, ya lewat sungai itu. Mungkin sampai nanti ketika jalur darat bisa teraspal sempurna. Tapi, rasa-rasanya jalur sungai tak akan hilang begitu saja. Selain sudah menjadi kebiasaan warga, juga jarak tempuhnya bisa lebih cepat. Hanya empat jam untuk sampai di Kutai Barat. Ujoh Bilang bisa dibilang ibu kota Kabupaten Mahulu. Kalau di bandingkan dengan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar) atau dengan Barong Tongkok (Kubar), kondisinya masih jauh. Ya, jangan juga di bandingkan dengan Samarinda atau Balikpapan. Kelewat jauh. Mungkin kondisinya hampir sama dengan Kecamatan Sangasanga (Kukar). Jalan di Ujoh Bilang itu masih seperti jalan desa. Tapi ramai seperti pasar. Penduduknya terlihat padat ketimbang desa-desa lainnya. Rumah jabatan Bupati dan Wakilnya juga ada di Ujoh Bilang. Pun kantor pemerintahan tak jauh dari situ. Pengembangan pembangunan Pemkab Mahulu akan dipusatkan di Kecamatan Long Bagun. Ujoh Bilang masuk dalam kecamatan Long Bagun. Sebetulnya dulu, di SK pemekaran wilayah Mahulu tertera ibu kotanya di Batu Bulan. Itu masih kawasan hutan di atas Ujoh Bilang. Namun, setelah resmi dimekarkan, nama ibu kota Mahulu adalah Ujoh Bilang. [embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=OBlimpbvQXE[/embedyt] **** Esok harinya, Kamis (8/4/2021) siang, kami berkunjung ke Pemkab Mahulu. Mengendarai sepeda motor matik sewaan. Sehari Rp 150 ribu per unit kendaraan. Kami sewa dua unit. Tanpa helm. Karena peraturan penegakkan helm di Mahulu sepertinya masih masuk zona toleransi. Kami berangkat siang. Informasinya, Bupati Bonifasius Belawan Geh masih ada rapat RUPS dengan BPD Kaltimtara pada pagi hari. Dan sepertinya, hari itu semua kepala daerah mengikuti rapat dengan BPD Kaltimtara. Pun begitu dengan Wakil Bupati Yohanes Avun. Ada agenda pertemuan. Kedatangan kami juga berbarengan dengan tim dari BPK dan BPKP yang tengah melakukan audit program dan keuangan. Baca juga: Perjalanan Kubar-Mahulu melalui Jalur Darat (2): Hanyeq Gat dan Tower tanpa Sinyal Praktis menjelang sore kami baru bisa bertemu dengan Wabup Avun. Wabup dulunya pernah tinggal di Samarinda. Kemudian menjadi aparat pemerintah di Kutai Barat. Setelah ada pemekaran Pemkab Mahulu, Wabup Avun pindah ke Mahulu. Ia pernah jadi Sekretaris Kabupaten (Sekkab) Mahulu. Kemudian pensiun. Nah, tak lama setelah pensiun itu ia diajak berpasangan oleh Bonifasius. Boni adalah bupati petahana. Pada periode kedua kepemimpinannya itu, ia memilih berpasangan dengan Avun. Akhirnya menang. Reputasi Avun cukup baik di Mahulu. Ia adalah birokrat sejati yang tidak “neko-neko”. Soal jalan darat yang kami lalui itu, disampaikan juga ke Wabup Avun. Menurut Wabup saat ini memang tengah dilakukan perbaikan jalan. Alokasi anggaran dari APBN dan Pemprov Kaltim. Yang dari Mahulu perbaikan jalan tahun ini dilakukan di Long Bagun hingga simpangan Kampung Mamahak Besar (Mambes). Targetnya tahun 2022 sudah diaspal. Perbaikan juga dilakukan dari hilir. Dari Kecamatan Tering, Kutai Barat hingga tapal batas Kubar-Mahulu. Yakni di Kampung Mamahak Teboq, Kecamatan Long Hubung. Sudah masuk wilayah Mahakam Ulu. Tahun ini, alokasi anggarannya Rp 500 miliar. Avun menargetkan bisa rampung semua di tahun 2024. Dengan total anggaran Rp 4,6 triliun. Itu jika kondisinya baik. Tapi kan medannya sulit, bisa saja molor. “Yang penting kan kita punya target,” kata Wabup Avun. Untuk kawasan Mahkam Ulu, sebelumnya sudah ada perbaikan jalan di kawasan Kecamatan Laham. Di tengah perkebunan sawit itu. Dan itu yang dilalui tim Goodtime Jalan-Jalan, sehari sebelumnya. Kata Avun, itu dilakukan dengan anggaran dari Bantuan Keuangan (Bankeu) Pemerintah Pusat. “Kita alokasikan untuk jalan. Sekitar 2 kilometer,” ujarnya. Kenapa lokasi penentuan pembangunan tidak berurutan dari hilir ke hulu atau sebaliknya? “Ya kita lihat mana yang paling parah saja, sehingga bisa dilalui,” imbuhnya. Sebenarnya pekerjaan rumah (PR) Pemkab Mahulu masih banyak. Kini mereka tengah membangun kawasan kantor pemerintahan yang representative. Kemudian juga membangun infrastruktur untuk listrik warga. Karena belum semua desa atau kampung teraliri listrik PLN. Sebagian desa kondisinya ada yang baru teraliri listrik 6 jam saja. Sebagian lagi baru 12 jam—atau malam saja. Belum semua full servis. “Ini makanya kita terus melakukan komunikasi dengan PLN Kaltimtara, agar ada proses percepatan distribusi listrik ke masyarakat,” terangnya. Nah, ketika kita ngobrolin listrik tadi, tiba-tiba blep..listrik di ruangan Wabup Avun mati. “Ya, ini gara-gara diobrolin, PLN langsung mati,” seloroh Avun. Akhirnya matinya listrik saat itu jadi bahan candaan Wabup Avun dan Tim Goodtime Jalan-Jalan. Untung saja segera hidup lagi. Jadi, candaannya tidak berkelanjutan. Topik lain, masih ada persoalan air bersih. Menurut Wabup Avun, pihaknya masih mencoba membangun instalasi air untuk warganya. Terutama akses menuju air bersih. Bukannya debit air Sungai Mahakam cukup melimpah? “Iya, tapi untuk mengolahnya lebih sulit. Sudah pernah kita coba juga.” Baca juga: Perjalanan Kubar-Mahulu melalui Jalur Darat (3): Lintasi Dua Sungai, Berkejaran dengan Hujan Banyaknya PR di Mahulu itu yang membuat pemkab belum bisa terlalu fokus menangani jalan. Kalau pun mau fokus, dana APBD Mahulu yang berkisar RP 1,1 triliun itu tak akan mencukupi. Praktis harus mengandalkan bantuan pemerintah pusat dan provinsi. “Itu tadi yang jalan dicor di areal yang ada sawitnya itu (Kecamatan Laham, Red.), sebetulnya dari dana Bankeu pusat. Kita alokasikan untuk membangun jalan itu,” jelasnya. Setelah lama berbincang, kami pun pamit kembali ke hotel. Karena malam sehabis maghrib ada undangan syukuran di rumah Kapolsek Long Bagun AKP Purwanto di Ujoh Bilang. Ya sekalian silaturahmi. **** Rumah Kapolsek rupanya tak jauh dari hotel tempat kami menginap. Sebelum berangkat, kita menunggu personel polsek yang hendak menjemput. Maksudnya beriringan mengendarai motor. Sebab, kita tidak tahu rumah persisnya Kapolsek. Dari hotel ambil jalan ke kiri, kemudian lurus terus. Ya sekitar 1 kilometer jaraknya. Bersama tim dari polsek dan TNI kami pun menyantap hidangan gulai kambing. Kami tak bisa lama. Malam itu berencana untuk menikmati malam di sebuah kafe. Ketika kami masuk ke Mahulu, kebetulan melintasi kafe tersebut di Long Bagun. Sebelah kiri jalan. Jaraknya sekitar 30 menit dari Ujoh Bilang, tempat kami menginap. Kafe berlantai dua itu sepertinya terlihat seru. Bangunannya sedikit mentereng. Karena enggak ada bandingannya. Kiri kanannya masih berupa lahan terbentang. Kami merasa harus mampir di kafe tersebut, sambil melihat perkembangan hiburan malam di Mahulu. Namanya Kafe Mulai Cerita. Kami tiba sekitar pukul 20.00 WIta. Ada beberapa personel Polres Kubar yang sudah menunggu. Pun ada teman-teman wartawan yang tengah bernyanyi-nyanyi. Wow, asyik sekali, karaokean di tempat terbuka. Semakin malam ceritanya kian seru. Apalagi setelah Carolus Tuah, mantan ketua Pokja 30, juga ikut nimbrung. Tuah memang putra daereh Mahulu. Paham betul seluk-beluk daerah itu. Termasuk memiliki kedekatan dengan para pemangku kebijakan di Mahulu. Waktu menunjukkan pukul 02.00 malam. Obrolan masih saja hangat. Kafe pun sebetulnya sudah tutup. Kami akhirnya membubarkan diri secara sadar. Setelah itu yang seru. Pulangnya bikin sport jantung. Separuh jalanan lebih menuju hotel tak ada lampu penerangan jalan. Gelap gulita. Kita sudah pernah dengar cerita, babi hutan besar yang melintang di jalanan. Dan macam-macam ceritanya. Apalagi kan kita orang baru. “Agak merinding juga bang di jalan tadi,” kata Bayu, ketika tiba di hotel. **** Sabtu (10/4/2021) pukul 08.00 Wita kami siap-siap kembali menuju Kutai Barat. Kali ini, perjalanan ditempuh melalui Sungai Mahkam menuju hilir. Rasanya untuk kembali melalui jalur darat sudah terasa berat. Sambil menunggu beberapa penumpang lain, kami mulai bertolak pukul 09.00 Wita. Ongkosnya berkisar Rp 300 ribu per orang.  Dari dermaga di belakang hotel itu, jarak yang ditempuh hanya 4 jam perjalanan saja. Itu pun sudah pakai singgah-singgah di berbagai dermaga kecil. Plus istirahat sekitar 30 menit di desa Datah Bilang, Kecamatan Long Hubung. Pertengahan antara Mahakam Ulu dengan pelabuhan Tering di Kutai Barat. Saat itu kami pakai jalur regular. Kalau charter kapal sendiri ongkosnya berkisar Rp 3 juta – Rp 3,5 juta. Namun, kelebihannya jarak tempuh bisa lebih cepat. Atau bisa leluasa singgah di mana saja. Termasuk jika ingin mengeksplorasi batu dinding di pinggiran Sungai Mahakam itu. Tiba di Tering pukul 13.00 Wita. Kami lanjut mengambil kendaraan yang dititipkan sebelumnya di Barong Tongkok, kemudian langsung menuju Samarinda. Dari Kubar mulai jalan pukul 14.30 Wita. Dan sampai di Samarinda hampir pukul 24.00 Wita. Jika ditotal perjalanan Kubar – Samarinda berkisar 9 jam waktu tempuh. Kalau dihitung dari Mahulu jadinya 13 jam waktu tempuh. Jadi pulang pergi (PP), kami berhasil membukukan 29 jam waktu tempuh Kubar-Mahulu. Ini bukan record tercepat tentunya. Dan tidak perlu dicatatkan di Muri. Dan bisa jadi bukan yang terlama pula. Lalu kenapa harus dibukukan? Ya sebagai catatan jika di kemudian hari, misalnya dua atau empat tahun lagi melintasi jalan yang sama. Apakah nanti lamanya perjalanan akan semakin singkat atau malah sama saja? (*/habis) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: