Ini 9 Senjata Biologis Paling Mematikan di Dunia

Ini 9 Senjata Biologis Paling Mematikan di Dunia

Senjata biologis seperti anthrax, botulism, dan variola telah dipelajari sebagai senjata, direkayasa, dan dalam beberapa kasus bahkan digunakan untuk menimbulkan pengaruh yang menghancurkan.

BERIKUT ini situs militer yang berbasis di Inggris Army Technology mencantumkan daftar senjata biologis paling mematikan di dunia. Pertama, bacillus anthracis (anthrax). Bakteri bacillus anthracis penyebab penyakit antraks merupakan salah satu agen paling mematikan untuk digunakan sebagai senjata biologis. Antraks diklasifikasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) sebagai agen Kategori A, yang menimbulkan risiko signifikan terhadap keamanan nasional. Spora antraks gram positif berbentuk batang ditemukan secara alami di dalam tanah, dapat diproduksi di laboratorium, dan bertahan lama di lingkungan. Antraks telah digunakan sebagai senjata biologis selama sekitar satu abad dengan dicampur lewat bubuk, semprotan, makanan, dan air. Spora yang tidak terlihat, menular, tidak berbau, dan tidak berasa membuat antraks menjadi senjata biologis yang fleksibel. Surat yang berisi bubuk spora antraks sengaja dikirim melalui sistem pos AS pada 2001 dan mempengaruhi 22 orang, lima di antaranya meninggal. Kedua, toksin botulinum. Botulinum relatif mudah diproduksi serta memiliki potensi dan tingkat mematikan yang ekstrem. Botulinum dapat didistribusikan melalui aerosol atau dengan kontaminasi air dan persediaan makanan. Satu gram toksin Botulinum dapat membunuh lebih dari satu juta orang jika terhirup. Sebuah kelompok perang biologis Jepang diketahui telah menginfeksi tahanan perang dengan racun C botulinum selama pendudukan Manchuria di China. Botulisme adalah penyakit kelumpuhan otot yang serius yang disebabkan oleh racun saraf yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium botulinum. Bakteri itu ditemukan secara alami di tanah hutan, sedimen dasar danau dan sungai, serta saluran usus beberapa ikan dan hewan. Keempat bentuk botulisme—yang ditularkan melalui makanan, bayi, luka, dan hewan—menyebabkan penyakit melalui jalur umum yang menyebabkan kelemahan otot, kesulitan berbicara dan menelan, serta penglihatan ganda dan kabur. Ketiga, variola major (cacar). Virus variola mayor menyebabkan cacar (smallpox), penyakit yang sangat menular dan menginfeksi yang tidak dapat disembuhkan dan hanya dapat dicegah dengan vaksinasi. Cacar diyakini telah digunakan sebagai senjata biologis melawan penduduk asli Amerika dan sekali lagi selama Perang Revolusi Amerika. Pemerintah Uni Soviet memulai program pada 1980 untuk mengembangkan virus cacar dalam jumlah besar yang disimpan dalam tangki berpendingin untuk digunakan sebagai agen senjata biologis. Ancaman penggunaan cacar sebagai senjata biologis menurun ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan program imunisasi global yang sukses melawan cacar pada 1967. Keempat, francisella tularensis (tularemia/demam kelinci). Infeksi yang ekstrem, kemudahan penyebaran, serta kemampuan menyebabkan penyakit dan kematian membuat bakteri francisella tularensis menjadi senjata biologis yang berbahaya. Orang yang terkena francisella tularensis mengalami gejala termasuk ulkus kulit, demam, batuk, muntah, dan diare. Kenneth Alibek, mantan ilmuwan yang terlibat dalam program senjata biologis Uni Soviet, mengungkapkan penggunaan tularensis oleh Tentara Merah Soviet melawan pasukan Jerman dalam pertempuran Stalingrad selama Perang Dunia II. Bakteri yang diklasifikasikan sebagai agen Kategori A itu telah dipelajari oleh unit penelitian perang kuman Jepang dan beberapa kekuatan militer negara-negara Barat untuk keperluan militer. Kelima, virus ebola. Virus ebola (EVD) adalah penyakit mematikan yang disebabkan oleh infeksi salah satu bentuk virus ebola. Ebola pertama kali ditemukan pada 1976 di Republik Demokratik Kongo dan ditularkan ke manusia dari hewan liar dan menyebabkan tingkat kematian kasus rata-rata 50 persen. Ebola sebagai senjata biologis merupakan ancaman besar bagi manusia karena tingkat fatalitas kasusnya yang tinggi. Ebola diduga diproduksi sebagai senjata biologis oleh Uni Soviet di bawah rencana lima tahun yang dilaksanakan antara 1986-1990. Tetapi bukti bahwa senjata itu benar-benar pernah digunakan masih belum ditemukan. Keenam, yersinia pestis (wabah). Bakteri yersinia pestis, organisme Kategori A menurut CDC merupakan penyebab wabah pneumonia dan dapat dibuat di laboratorium dalam jumlah banyak untuk digunakan sebagai senjata biologis. Wabah pneumonia menyebar dari orang ke orang dan menyebabkan gejala seperti demam, lemas, dan pneumonia pada tahap awal. Jika tidak ditangani sejak dini, wabah itu dapat menyebabkan gagal napas, syok, dan kematian. Wabah pneumonia sengaja digunakan sebagai senjata sejak abad ke-14. Tentara Jepang menjatuhkan kutu yang terinfeksi wabah di daerah berpenduduk di China dan Manchuria dalam Perang Dunia II. Sementara itu, para ilmuwan Uni Soviet berhasil menghasilkan sejumlah besar organisme wabah yang kebal antibiotik yang cocok untuk senjata selama 1980-an. Ketujuh, virus marburg. Demam berdarah marburg (Marburg HF) disebabkan oleh virus marburg dari famili filovirus, yang juga termasuk virus ebola. Virus Marburg juga merupakan agen perang biologis Kategori A yang diidentifikasi oleh sistem klasifikasi CDC dan dibawa di tubuh kelelawar buah Afrika. Virusnya dapat diisolasi dan diproduksi sebagai senjata biologis. Uni Soviet melakukan eksperimen dengan virus marburg dalam bentuk aerosol untuk mengubahnya menjadi senjata biologis operasional strategis. Para ilmuwan Soviet dilaporkan lebih memilih marburg daripada coxiella burnetii (demam Q) karena marburg memiliki tingkat kematian kasus yang tinggi hingga 90 persen. Kedelapan, bunyavirus. Army Technology mencatatkeluarga virus bunyaviridae mencakup tiga virus: nairovirus, phlebovirus, dan hantavirus. Demam berdarah Korea yang disebabkan oleh hantavirus pecah selama Perang Korea. Saat itu diperkirakan tiga ribu tentara AS dan Korea terinfeksi penyakit tersebut. Namun, bukti penggunaan langsungnya sebagai senjata biologis masih belum ditemukan. Bunyavirus menyebabkan infeksi pada manusia seperti Hanta Pulmonary Syndrome (HPS), demam rift valley, dan demam berdarah Krimea-Kongo. Infeksinya ditularkan oleh artropoda dan hewan pengerat, serta terkadang dapat menginfeksi manusia juga. Virus hanta penyebab HPS menyebabkan tingkat kematian hingga 50 persen. Kesembilan, aflatoksin. Aflatoksin, sejumlah metabolit berbahaya yang terkait secara struktural yang dikembangkan oleh strain jamur tertentu, menyebabkan kematian sel atau organ, penyakit hati sirosis yang mengakibatkan gagal hati dan kanker. Komisi Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSCOM) pada 1995 menemukan produksi aflatoksin dan beragam pengerahan amunisi yang berbeda di Irak, yang dihancurkan setelah Perang Teluk. “Metabolitnya memiliki toksisitas yang sangat rendah. Sehingga diperlukan dalam jumlah besar untuk disebarkan di medan perang untuk menghasilkan dampak yang mematikan,” catat Army Technology. (mmt/qn) Sumber: 9 Senjata Biologis Paling Mematikan di Dunia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: