Sektor UMKM Balikpapan Punya Banyak Potensi Ekspor, tapi Minim Eksekusi

Sektor UMKM Balikpapan Punya Banyak Potensi Ekspor, tapi Minim Eksekusi

Balikpapan, nomorsatukaltim.com - Pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Balikpapan kian menjamur sejak pandemi COVID-19. Banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat masyarakat beralih menjadi pelaku usaha.

Kepala Dinas Koperasi, UMKM, dan Perindustrian (DKUMKMP) Balikpapan Adwar Skenda Putra menyebut, saat ini tercatat ada sekira 27 ribu UMKM formal. UMKM formal adalah UMKM yang memiliki nomor induk berusaha (NIB) dan izin usaha mikro dan kecil (IUMK). “UMKM masih didominasi kuliner sebesar 52 persen,” katanya saat ditemui di ruangan kerjanya, kemarin. Menilik pertumbuhan yang cukup pesat, UMKM berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekspor. Hal ini pula yang terus diupayakan oleh DKUMKMP. “Kalau kita berharap dari produk lokal, itu sangat kecil. Karena kita masih menunggu pemulihan ekonomi. Itu kalau kita bicara tentang pasar lokal,” jelasnya. Saat ini, diungkapkannya, sebenarnya peluang ekspor sangat banyak. Namun hal itu belum dilirik oleh UMKM di Kota Minyak. Salah satu produk ekspor yang sedang naik daun adalah arang. “Arang, besar (peluangnya). Arang untuk dupa dan semacamnya ke Bangladesh, India, Arab Saudi. Bahan arang itu banyak di sini tapi belum ditangkap. Sekarang yang ekspor itu Banjar (Banjarmasin, red), tapi itu orang Balikpapan,” ungkap pria yang akrab disapa Edo ini. Arang berkualitas ekspor itu terbuat dari kayu galam. Bahan baku ini lebih banyak terdapat di Balikpapan. Peluang ekspor kedua adalah nata de coco. Balikpapan merupakan wilayah pesisir yang memiliki banyak tumbuhan kelapa. “Itu juga peluang besar, tapi UMKM kita belum mendorong ke sana. Harus difasilitasi pemerintah. Kalau ada investor masuk, ambil itu saja,” ungkap Edo. Begitupun dengan lidi kelapa sawit. Permintaan lidi juga cukup besar. Utamanya untuk negara-negara di Asia Selatan, seperti India dan Bangladesh. UBAH CARA PANDANG Saat ini, lanjutnya, komoditas yang sudah diekspor adalah kepiting bakau. Namun, pihaknya berharap tidak hanya komoditas itu saja. Ada perluasan komoditas yang bisa meningkatkan perekonomian. “UMKM saat ini cara berpikirnya masih lokal. Kalau berpikir demikian, oke. Untuk beberapa produk emang jatuhnya lokal, tapi lokal itu untuk branding. Itu jadi oleh-olehnya Balikpapan,” terangnya. Bagi UMKM yang ingin melakukan ekspor, hal pertama yang harus dilakukan adalah memiliki sertifikat yang menjadi persyaratan ekspor. Kemudian, kemasan dan produknya sesuai kebutuhan ekspor. “Kalau saat pameran kita tidak menampilkan produk yang dibutuhkan ekspor, ya kita hanya jalan-jalan doang,” jelasnya. Untuk tantangan, Edo menjelaskan, tidak hanya pola pikir UMKM yang masih lokal. Yang cara berpikirnya hanya untuk jualan. Ekspor tidak bisa dilakukan kalau cara berpikirnya belum diperluas. “Cara pandangnya harus gede. Produksinya tidak bisa hanya PIRT. Itu hanya untuk rumahan, pengentasan kemiskinan saja,” katanya. Selain itu, jumlah permintaan ekspor cenderung besar. Dirinya mencontohkan, permintaan kayu galam yang paling sedikit dua kontainer. Ada pula permintaan amplang yang mencapai satu kontainer. “Sebenarnya bisa, pengusaha amplang kan banyak. Tinggal mana yang cocok. Hal ini sebenarnya bisa dibagi,” tegasnya. Oleh karena itu, tahun depan, DKUMKMP berencana untuk menggelar sejumlah pelatihan yang mengarah ke ekspor. Sementara untuk tahun ini, pihaknya akan menggiatkan sosialisasi dan penjajakan bahan baku yang bisa dilakukan ekspor. “Jangan sampai nanti orangnya (pelaku usaha) sudah siap, kami sudah fasilitasi, bahan bakunya jadi masalah,” tandasnya. UMKM memang terbukti bisa bertahan dalam krisis ekonomi. Begitupun saat pandemi COVID-19 melanda Indonesia. UMKM tampil sebagai penggerak roda perekonomian. Sebab pandemi tidak terlalu berdampak terhadap permintaan barang dan jasa yang dihasilkan UMKM. Hal ini mengingat barang dan jasa yang dihasilkan merupakan kebutuhan masyarakat. Sektor ini telah memberikan kontribusi terhadap produk domestik bruto Indonesia sebesar 61,07 persen. UMKM mampu menyerap tenaga kerja, yakni 97 persen dari total pekerja. (put/eny) https://www.youtube.com/watch?v=3TzB-gpm4xQ

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: