Warga Gang Mufakat Layangkan Protes, Minta Pemkot Tutup D’club89

Warga Gang Mufakat Layangkan Protes, Minta Pemkot Tutup D’club89

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Tinggal berdampingan dengan klub malam membuat warga Gang Mufakat, Jalan MT Haryono gerah. Warga tidak tahan lagi dengan aktivitas pub yang saban malam bikin bising.

Protes pun dilayangkan. Dengan mengirim surat kepada Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi, 26 Maret lalu. Warga meminta D’Club89, pub yang dekat sekali dengan permukiman mereka ditutup. Apalagi di sekitar kawasan Gedung Kembar itu, berdiri Masjid Darussalam. Jarak masjid dan pub itu hanya selemparan batu. Tak lebih dari 100 meter. Secara kasat mata, tempat hiburan malam (THM) itu tampak lebih tinggi dari Masjid Darussalam yang sedang direnovasi menjadi bangunan dua lantai. Belakangan, masyarakat sekitar semakin resah dengan aktivitas THM itu. Di saat malam tiba, masyarakat yang mewakili kaum urban memecah keheningan dan mencari kesenangan di klub tersebut. Sementara warga sekitar merasa terganggu. Keresahan itu akhirnya dituangkan dalam surat yang mengatasnamakan Forum Musyawarah Warga Gang Mufakat dan Sekitarnya. Warga membuat pernyataan sikap atas keberadaan D’club89. Dan menuntut pemkot mengambil tindakan tegas. Dengan segera menutup dan menghentikan segala aktivitas THM itu. Forum tersebut yakin mereka punya dasar kuat untuk mengajukan tuntutan. Dalam surat tertulis bahwa alasan pertama perlu ada tindakan tegas. Yakni aktivitas klub malam D’club89 jaraknya sangat dekat dan bahkan berdampingan dengan permukiman dan rumah ibadah. Warga juga meyakini aktivitas klub malam yang cenderung berkumpul dan berkerumun sangat menyalahi aturan protokol kesehatan di masa pandemi COVID-19. Surat itu ditandatangani lima ketua RT. Yakni RT 1,2,3,4 dan 5. Juga ditandatangani ketua DKM Masjid Darussalam. Dengan lampiran ratusan tanda tangan warga yang mendukung pernyataan sikap tersebut. "Kan enggak etis kalau ada diskotik persis di dekat masjid," ujar Kholik, warga RT 3, saat ditemui, Rabu (7/4). Kholik menyebut aktivitas D’club89 sangat meresahkan terutama saat dini hari. Di saat aktivitas clubbing menjelang berakhir. Tak jarang para pengunjung membuat keributan. "Namanya juga orang mabuk. Jadi tidak terkontrol," ucapnya. Beberapa pemuda lainnya yang sama seperti Kholik, mengaku merasakan dampak sosial yang ditimbulkan dari aktivitas THM di sekitar pemukiman mereka. Sementara para orang tua khawatir anak-anaknya terpengaruh dampak negatif dari aktivitas hiburan malam tersebut. "Kita di sini (keputusannya) sudah bulat, sih. Enggak mungkin kan kita (remaja masjid) menerima kompensasi dari diskotik. Sudah enggak ada toleransi. Jadi ikut kata orang tua, tutup saja," ujar Kholik. Ketua RT 04 Gang Mufakat, Susilo Harsono membenarkan keberadaan THM itu meresahkan warga sekitar. Suara dentuman musik di tengah malam mengganggu waktu istirahat warga. Susilo mengaku sebagai warga yang paling terdampak. Sebab rumahnya persis berada di bagian belakang bangunan THM. Yang hanya disekat tembok dan jalan selebar sekitar dua meter. "Walaupun sudah mereka deram tapi pada saat keluar (pintu dibuka) suaranya tetap terdengar sangat keras," katanya, dihubungi melalui sambungan telepon, kemarin. Sejauh ini, ia menyebut komunikasi antara pengelola THM dengannya juga kurang berjalan baik. "Kami juga selaku ketua RT enggak pernah punya niat mau minta apa. Yang jelas saya mengutamankan warga," terangnya. Begitu juga hubungan antara pengelola THM dengan pengurus Masjid Darussalam, dinilai kurang harmonis. Padahal sejauh pengamatannya, masjid tersebut sudah lebih dulu berdiri. Sehingga ada persepsi lain yang timbul di benak warga tentang kehadiran THM di sekitar permukiman padat penduduk itu. "Waktu berdirinya THM saya enggak dimintai pendapat. Walaupun saat itu saya juga belum menjadi ketua RT. Saya tidak dimintai pendapat atau tanda tangan. Kok bisa berdiri saya juga kurang tahu," ujarnya. Awak media ini juga berusaha mengonfirmasi ketua RT lainnya. Kawasan RT 05 Gang Mufakat II berada cukup jauh dari klub malam tersebut. Yang masuk dalam wilayah RT 04. Namun demikian, ketua RT 05 atas nama Danu, juga ikut membubuhkan tanda tangan atas penyataan sikap warga sekitar. Disway Kaltim coba menghubungi pengelola D’club89 untuk meminta konfirmasi. Namun sampai berita ini diterbitkan tidak ada jawaban. (ryn/eny)

“Ada Apa Ini Sebenarnya”

Penilaian berbeda disampaikan Ketua RT 03 Gang Mufakat, Yusran. Ia menyebut, sejak awal rencana pembangunan, seluruh warga Gang Mufakat tidak ada yang setuju. "Bahkan kita tanda tangan semua waktu itu. Tapi namanya kita warga biasa, ya mungkin kurang didengar," katanya. Ia sendiri mengaku lupa kapan mulai berdiri dan beroperasinya hiburan malam tersebut. Namun ia menegaskan, bahwa sejak awal warga sudah menolak. Terutama jamaah Masjid Darussalam sangat menentang pembangunan THM. "Terus sekarang kenapa warga baru mulai (menyatakan sikap lagi)? Saya sendiri juga tidak tahu ada apa ini sebenarnya," katanya. Yusran mengaku hampir setiap malam ikut ronda bersama warga lainnya. Biasanya, mereka berjaga di poskamling tepat di depan Masjid Darussalam. Menurut Yusran, pengelola D’club89 sudah berupaya meredam suara musik bising dari dalam bangunan. Sehingga yang meresahkan warga sebenarnya bukanlah suara musik. Tapi aktivitas pengunjung yang biasanya baru keluar gedung sekitar pukul 03.00 Wita sampai pukul 04.00 Wita, dini hari. Keresahan warga meningkat selama beberapa tahun terakhir. Karena keberadaan diskotik ikut mengundang datangnya anak-anak jalanan. Yang memanfaatkan keberadaan pengunjung dengan mengamen di tengah malam. Di saat warga seharusnya bisa tidur dengan tenang dan nyenyak. "Apa lagi sekarang hampir tiap minggu ada (keributan). Entah perempuan dengan perempuan, laki-laki dengan perempuan. Ya namanya juga mabuk," katanya. Yusran kini gamang. Ia bingung dengan keadaan. Karena di satu sisi ia menghormati kebijakan pemangku kepentingan yang sudah meluluskan perizinan operasional dan pembangunan THM. Di sisi lain, hati kecilnya mendukung aspirasi warganya sendiri. "Tapi saya sudah pesankan kepada warga, ini masalahnya mungkin terkait lahan. Jangan sampai warga yang dikambinghitamkan," imbuhnya. (ryn/eny)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: