Motif Politis Kehadiran Jokowi dan Prabowo di Pernikahan Atta-Aurel
Jakarta, nomorsatukaltim.com - Kehadiran Presiden Jokowi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dalam pernikahan pasangan selebritas Atta Halilintar-Aurel Hermansyah dinilai mencerminkan ketidakpekaan dan inkonsistensi pemimpin dalam kondisi pandemi. Motif politik pun dianggap tak lepas dari kasus ini.
Diketahui, dua mantan kompetitor di Pilpres 2019 ini sama-sama hadir sebagai saksi nikah Atta-Aurel. Sekaligus kondangan di Ballroom Hotel Raffles, Kuningan Jakarta Selatan, Sabtu (3/4) lalu. Pernikahan keduanya diklaim lolos standar protokol kesehatan. Jumlah orang yang hadir saat akad nikah maksimal 30 orang dengan jam operasional pukul 06.00-17.00 WIB dan saat resepsi pernikahan maksimal 25 persen dari kapasitas gedung. Namun tetap saja keputusan itu memicu polemik. Banyak orang yang mempertanyakan urgensi Jokowi dan Prabowo selaku pejabat tinggi negara untuk datang ke pernikahan Atta-Aurel. Selain itu, akun Twitter resmi Kementerian Sekretariat Negara RI mengunggah foto pernikahan tersebut. Warganet pun membanjiri unggahan itu sambil mempertanyakan urgensinya terkait urusan kenegaraan. Akun Youtube Sekretaris Presiden juga mengunggah video momen kehadiran Jokowi di pernikahan tersebut. Epidemiolog dari Universitas Indonesia Hermawan Saputra menyebut Jokowi dan Prabowo tidak bijak dan tak peka. Meski pernikahan Atta-Aurel itu dianggap menerapkan protokol dengan ketat. Baginya, kehadiran kedua tokoh itu bisa memicu warga berlomba-lomba untuk menggelar pesta. “Seyogyanya dihindari walaupun protokolnya ketat atau apa pun. Karena itu bisa menjadi bahan oleh orang lain yang akan menyelenggarakan pesta dengan alasan protokol ketat. Orang akan berlomba-lomba,” ucap dia, Senin (5/4). Menurut dia, keberpihakan kedua pejabat negara terhadap penanganan pandemi juga harus dipertanyakan. Terlebih, kedaruratan kesehatan belum selesai. Pada Minggu (4/4), jumlah penambahan positif harian masih 6.731 kasus, dengan penambahan kasus sembuh 9.663 kasus. Sementara itu, kasus kematian mencapai 427 kasus. Per Senin (5/4) lalu, laju penambahan kasus menurun jadi 3.712 orang, dengan kasus harian bertambah 146 jiwa. “Tidak hanya berkaitan dengan evaluasi protokol tapi pada affirmative policy. Jadi pada keberpihakan untuk menghindari potensi-potensi,” lanjut Hermawan. Ia kemudian membandingkan urgensi Jokowi menghadiri pernikahan Atta-Aurel dengan kegiatan kenegaraan. Menurutnya, di masa pandemi, menghadiri pernikahan bukanlah sesuatu yang mendesak. Kegiatan kenegaraan seperti rapat dan sidang saja dilakukan secara daring. Selain itu, kehadiran Jokowi memperlihatkan ketidakkonsistenan pemerintah dalam mengatasi pandemi. Kampanye hindari kerumunan dan jaga jarak sosial seakan menjadi jargon saja. “Seperti halnya pemerintah tidak mengizinkan car free day dulu, aktivitas jogging dan olahraga. Sama halnya pernikahan,” ucap dia. “Disayangkan aja. Karena tidak konsisten dengan komitmen yang ada,” imbuhnya. MOTIF ELEKTORAL Pengamat Politik Ujang Komarudin melihat kedatangan Jokowi dan Prabowo ke pernikahan Atta-Aurel bukan sekadar kondangan. Melainkan ada motif politik. Terlebih, hal itu diunggah oleh akun Twitter resmi Sekretariat Negara. Ia memperkirakan keputusan kedatangan dua tokoh itu untuk hadir di acara itu sudah melalui kajian yang matang dan perdebatan yang panjang di Istana. “Mungkin ingin mendulang popularitas juga. Tapi kurang pas saja pernikahan dipublis. Bagaimanapun itu memperlihatkan seolah-olah negara hadir untuk Atta dan Aurel,” ucap Ujang. Ia menyebut Jokowi dan Prabowo mengambil kesempatan kondangan itu sebagai upaya untuk mengambil suara milenial. Terutama bagi Prabowo yang diprediksi masih mempunyai hasrat untuk mencalonkan diri sebagai presiden di Pemilu 2024. “Pak Prabowo punya keinginan untuk dekat dengan Atta. Agar apa? Suatu saat nanti akan menjadi bagian komunikasi politik dengan kaum milenial,” ucap Ujang. Diketahui, Atta merupakan influencer muda yang memiliki banyak pengikut di media sosial. Ketika Atta mengeluarkan pernyataan dan berperilaku tertentu, kata Ujang, itu akan diikuti para milenial. Untuk Jokowi, keuntungan yang dapat diambil dari hasil kondangan ke 'dua Youtuber' Indonesia bisa dilihat dari jangka pendek dan panjang. Dalam jangka pendek, Ujang menjelaskan, Jokowi sebagai presiden akan lebih mudah mengambil suara milenial dalam setiap kebijakan yang dikeluarkannya. Atta bisa dibilang 'alat' penyalur informasi sekaligus pelekat simpati kepada kaum milenial. “Dalam konteks tertentu, ketika Jokowi punya kebijakan, setidaknya tidak di-bully oleh kaum milenial,” ucap Ujang. Berbeda dengan Prabowo, dalam jangka panjang, Jokowi tidak bisa mencalonkan diri sebagai presiden di Pemilu 2024. Namun, suara milenial tetap penting untuk trah politiknya. Beberapa kerabat Jokowi aktif dalam politik. Anak pertamanya, Gibran Rakabuming Raka, dan menantunya, Bobby Nasution, terjun ke dunia politik dan langsung menjadi Wali Kota Solo dan Wali Kota Medan. “Dalam zaman pencitraan saat ini, kaum milenial dibutuhkan dan dicari oleh politisi,” ujarnya. Sejauh ini Istana belum memberikan keterangan terkait kehadiran Jokowi sekaligus menjadi saksi pernikahan Atta dan Aurel tersebut. Sementara itu, Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengatakan, hubungan Prabowo dengan keluarga Anang Hermansyah selama ini cukup baik. Karena itu, Prabowo mau menjadi saksi pernikahan. Anang pernah menjadi anggota DPR pada 2014-2019 yang diusung Partai Amanat Nasional. “Hubungan Pak Prabowo dengan keluarga Anang cukup baik,” kata Dasco. (cnn/qn) Sumber: Tak Peka dan Politis Jokowi-Prabowo di Pernikahan Atta-AurelCek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: