Awasi Karhutla, BPBD Balikpapan Siaga 24 Jam
BALIKPAPAN, nomorsatukaltim.com - Musim kemarau di Kaltim, khususnya di Balikpapan dan sekitarnya mulai dirasakan. Curah hujan yang mulai jarang turun pun dirasakan masyarakat. Dalam beberapa hari terakhir, cuaca terik yang dirasakan.
Dengan kondisi terik, Balikpapan pernah dilanda kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di beberapa titik, pada 2019 dan 2020 lalu. Berbekal pengalaman tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Balikpapan telah menyiagakan personelnya selama 24 jam. Kepala BPBD Balikpapan, Suseno mengatakan, pekan lalu dirinya sempat mengikuti telekonferensi dengan Mabes Polri untuk mengantisipasi karhutla di daerah-daerah. Didapati seluruh komponen kebencanaan harus siap siaga. "Mengantisipasinya tidak hanya karhutla aja. Kami harus siaga 24 jam. Cuaca apapun. Karena memang tugas pokok fungsinya adalah harus siap siaga untuk mengantisipasi setiap kejadian bencana yang ada di Balikpapan," ujar Suseno, Senin (1/3/2021). Lanjut Suseno, kewajiban BPBD Balikpapan adalah menyiapkan sarana prasarana, personel, dan juga berkoordinasi dengan instansi lain yang diharapkan dapat saling bahu membahu untuk penanggulangan bencana, termasuk karhutla. "Ya kalau menyangkut akses, namanya karhutla, itu kan kita memanfaatkan jalan yang ada, dan kita selalu memohon bantuan dari relawan yang tersebar di seluruh wilayah kota itu, secepatnya memberikan informasi atau melaporkan kalau melihat kejadian," jelasnya. Disinggung persiapan mengantisipasi jika terjadi karhutla di wilayah Balikpapan, Suseno mengaku pihaknya sudah menyiagakan enam unit pelaksana teknis (UPT), dan di setiap UPT tersebut terdapat dua pos jaga. "Wilayah Balikpapan Utara dengan yang di Barat. Diharapkan adanya informasi itu kita bisa secepatnya merespons jika terdeteksi adanya karhutla," tambahnya. Diakui Suseno, kendala yang dihadapi dalam menjinakkan karhutla ini terbatas oleh alat. Hanya saja ia berharap kepada para personelnya. mampu berinovasi menggunakan alat apa saja yang dapat memadamkan api di hutan. "Alat khusus itu enggak ada. Cuman kan kita memanfaatkan yang ada, seperti penyemprot yang untuk disinfektan itu atau penyemprot untuk hama tanaman itu juga bisa. Bisa juga kalau kepepet sekali kan kita bisa pakai ranting, dipukul-pukul. Pemukul atau penggebuk api juga ada. Dan kita juga siap untuk misalnya tandon air yang portabel, sehingga bisa memperdekat pelayanan yang ada," ujarnya. Meski demikian, sejauh ini berdasarkan koordinasi pihak BPBD dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), belum terlihat adanya hotspot yang bisa disebut sebagai titik karhutla di wilayah Balikpapan dan sekitarnya. "Kalau hotspot yang tahu pasti kan datanya dari BMKG. Tapi kalau dari beberapa bulan ini, alhamdulillah hotspot di Balikpapan masih nihil," tegasnya. Suseno memaparkan, sejumlah penyebab yang menimbulkan karhutla di Balikpapan sepanjang kejadian di 2019 dan 2020 lalu. Pada 2019 lalu, ia menyebut terdapat 20 hotspot. Sementara di 2020 hanya berjumlah 14 hotspot saja. "Ya ada berbagai sebab. Tidak bisa dipukul rata, tapi kita lihat kasus per kasus. Ada kasus yang memang orang membakar, mengolah lahan, ada juga yang membakar sampah, ternyata di dekatnya kerimbunan pohon, ada juga batu bara terbakar sendiri kalau memang cuacanya kering," jelasnya. Ia pun mengimbau masyarakat saat memasuki musim kemarau, untuk tidak dengan mudah membuka lahan dengan membakar. Juga jika ingin membakar sampah sebaiknya ditunggu. "Ya imbauan dalam masa kemarau tentu saja tidak hanya kebakaran tapi juga harus menghemat air. Intinya karena di masa pandemi ini kalau bisa jangan ditambahi lagi hal-hal yang bisa membahayakan kita semua," tutupnya. (bom/zul)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: