Mengikuti Pelayaran Tongkang Batu Bara (5): Tambat Malam, Pesiar ke Muara Siran
Sekali lagi, tugboat Lintas Samudera (Lisa) 53 harus meliuk-liuk melewati Sungai Senyiur. Yang lebarnya berkisar 50-100 meter. Dan variasi sudut kelokan 45-30 derajat. Diiringi arus deras sungai yang tengah banjir saat itu.
Pewarta: Darul Asmawan
Nomorsatukaltim.com - PERJALANAN pulang ini jadi lebih menantang. Lisa 53 harus menarik tongkang berukuran panjang 270 feet atau sekitar 82 meter. Dengan 5.400 ton batu bara yang telah ditimpakan di atasnya.
Lisa 53 lepas tambat dan langsung berlayar pada pukul 08.20 pagi, Rabu (17/2). Hari kelima pelayaran dari Tanjung Batu-Senyiur pulang pergi. Kemudi kapal masih berada di tangan Sandi--sang pandu. Saat kapal meninggalkan dermaga pengisian batu bara Senyiur. Yang padat itu. Membawa batu bara yang akan disuplai untuk kebutuhan bahan baku PLTU Embalut.
Tongkang telah berlayar sekira lima kilometer. Saat kapten Jumardin dan Hafidz tiba dengan speed boat petugas dermaga. Mereka baru saja menyelesaikan semua urusan administrasi di kantor pelabuhan. Dan kembali dengan setumpuk dokumen.
Hafidz dan Jumardin mencocokkan semua dokumen dan menyerahkan salinannya kepada Yaslim. Sebagai bukti baginya. Yaslim memeriksa sesaat, lalu menandatangani berkas-berkas itu.
Bersamaan dengan itu, para awak Lisa 53 tengah sibuk membersihkan seluruh eksterior kapal. Yang menghitam akibat debu batu bara yang menempel saat proses memuat tadi. Mulai dari haluan, geladak, buritan, hingga bagian luar di dek paling atas kapal dipoles hingga kembali mengilap. Begitulah rutinitas mereka, setiap kali berlayar memuat batu bara.
Sementara itu, perubahan terjadi pada posisi KM Citra Belayan 07 dalam pelayaran kembali ini. Kapal milik Sandi itu tidak lagi berada di buritan tongkang dan berperan sebagai assist-- kapal bantu. Melainkan kini berada beberapa kilometer di hadapan haluan. Memandu jalannya tugboat yang menarik tongkang di belakang. Kapal itu bertugas mengamankan kondisi di depan. Memastikan alur pelayaran aman. Dengan selalu memberi informasi apabila ada kapal dari lawan arah.
Begitu pun sebaliknya. Sang kapal pandu yang memberi informasi kepada tongkang dari lawan arah. Bahwa Lisa 53 akan segera melintas. Hingga ia harus meminta kepada tongkang dari hilir tersebut. Untuk mencari tempat aman di pinggir sungai pada saat tongkang bermuatan ini melintas.
Menjelang siang, para awak kapal menyelesaikan pekerjaan membersihkan seluruh bagian kapal. Memasak makanan untuk santap siang. Kemudian masing-masing beristirahat. Melepas lelah. Singgasana ABK itu berupa ruangan di dek paling bawah. Yang posisinya persis di lambung tugboat. Yang berisi delapan ranjang tersusun itu.
Namun, pekerjaan di kapal belum benar-benar selesai. Ada Sandi dan Kapten Jumardin di ruang kendali. Yang masih berjibaku dengan kemudi. Dan terus berkomunikasi dengan kapal pandu di depan. Inilah pertama kalinya Lintas 53 memulai berlayar di tengah terik siang hari, dalam pelayaran ini.
Berita Terkait:
Pupus Harapan Lolos dari Perkampungan
Berlayar menarik tongkang berisi batu bara di tengah arus sungai yang tengah banjir, benar-benar menguji keahlian setiap juru mudi. Diperlukan ketepatan perhitungan dan perkiraan. Terutama pada saat melalui alur sungai yang menikung. Menerawang alur-alur yang dangkal. Dan alur yang cukup dalam. Serta memacu dan mengendorkan power engine ketika berada di pusaran air.
Bila tidak cekatan, atau salah serta lambat menempatkan haluan. Tugboat bisa kewalahan mengendalikan tongkang. "Itu kadang pak, kalau tongkang posisi muat di tikungan begini. Kadang sampai naik ke daratan. Menabrak bantaran sungai.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: