Ardiansyah Sulaiman, Tukang Sapu yang Kini Jadi Bupati

Ardiansyah Sulaiman, Tukang Sapu yang Kini Jadi Bupati

“Jadi sebenarnya mengalir saja. Menjadi anggota dewan di Tenggarong juga saya jalani apa adanya,” paparnya.

Reformasi itu juga membuka keran otonomi daerah. Sehingga banyak wilayah yang memekarkan diri. Termasuk Kabupaten Kutai, dipecah menjadi Kutai Kartanegara, Kutai Barat dan Kutim sendiri. Pada 28 Oktober 1999 Kutim berdiri. Karena mewakili warga Sangatta di pemilu, maka Ardiansyah diminta untuk menjadi anggota DPRD Kutim. Bahkan pada tahun 2000 ia langsung dipercaya menjadi ketua Komisi C DPRD Kutim.

Selanjutnya, karier politik suami Siti Robiah ini semakin moncer di Kutim. Banyak warga yang semakin mengenal dirinya sebagai tokoh. Partai Keadilan yang berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pun dibangun semakin kuat. Tahun 2004 ia didapuk menjadi sekretaris PKS Kutim. Pemilu tahun itu menjadi agenda besar PKS. Hasilnya, partai berbasis dakwah itu berhasil merebut kursi wakil ketua DPRD yang diduduki Ardiansyah.

“Hingga sekarang saya tetap di PKS. Saya merasa satu visi dengan partai ini,” ujarnya.

Langkah baru kembali dicoba Ardiansyah. Dirinya mencoba masuk wilayah ekskutif. Tawaran menjadi wakil bupati Kutim bersama Isran Noor diambilnya kala Pilkada 2010. Kemudian bebannya bertambah. Awal tahun 2015, Isran Noor mengundurkan diri jadi bupati Kutim. Otomatis Ardiansyah menjadi pelaksana tugas (Plt) pada Maret  2015. Sampai akhirnya ditetapkan jadi bupati definitive pada bulan Juni. Sayang saat maju di pilkada bersama Alfian Aswad tahun 2015, ia harus mengakui kemenangan Ismunandar dan Kasmidi Bulang.

 *

BANYAK DORONGAN DARI MASYARAKAT

Pada Pilkada 2020, Ardiansyah masih mencoba peruntungan menjadi bupati. Kali ini ia berpasangan dengan Kasmidi Bulang. Hasilnya, suara terbanyak berhasil diraup dari tiga kontestan yang bertarung. Bukan rasa penasaran atau menebus kekalahan periode sebelumnya yang jadi motivasi. Dorongan masyarakat yang jadi pemantik utamanya.

Pernah menjabat sebagai wakil bupati membuat dirinya akrab dengan tokoh masyarakat. Komunikasi pun tak pernah putus meski dirinya tak lagi memiliki jabatan. Para tokoh masyarakat ini yang terus meminta agar dirinya kembali maju menjadi bupati Kutim.

“Saat itu saya hanya jawab, kalau ada kesempatan saya akan maju,” katanya.

Akhirnya semuanya terjawab. Gabungan partai politik bersedia mengusung dirinya bersama Kasmidi. Selain PKS, ada Partai Demokrat dan Berkarya yang sejalan dengannya untuk membangun Kutim. Termasuk jatuhnya pilihan kepada Kasmidi sebagai wakil bupati juga atas keinginan partai. Tetapi ia melihat ada kesamaan antara dirinya dengan Kasmidi dalam visi membangun Kutim.

“Pengalaman. Sama-sama pernah duduk di legislatif dan eksekutif. Jadi saat jadi nanti tidak lagi menyesuaikan diri, tidak lagi belajar satu tahun. Tidak kesana kemari, tapi langsung gas,” jelasnya.

*

SULITNYA MEMBANGUN KUTIM

Meskipun memiliki kesamaan visi, bukan berarti membangun Kutim semudah membalik telapak tangan. Tantangan selalu ada dan perlu banyak koordinasi yang dilakukan. Baik dengan pemerintah pusat dan berbagai kementerian serta pemerintah provinsi. Ardiansyah menilai, sinergitas jadi hal utama dalam membangun Kutim. Mengingat luas Kutim yang sama dengan Provinsi Jateng dan Yogyakarta.

Urusan infrastruktur dasar saja di Kutim masih belum menyentuh seluruh kecamatan. Terutama akses jalan yang masih jauh dari kata baik. Bahkan Ardiansyah mengakui, periode yang ada tidak dapat memenuhi target peningkatan akses jalan tersebut.

“Bisa tembus 60 persen saja itu sudah bagus,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: