Gandeng Bali, Dorong Potensi Wisata Religi di Kaltim
Kalimantan Timur punya potensi wisata religi yang menarik. Bisa menjadi salah satu ikon dalam pengembangan destinasi wisata ke depannya. Wisata Tirtayatra—sebagai perjalanan suci bagi umat Hindu. Budaya Hindu tertua ada di Kerajaan Mulawarman.
nomorsatukaltim.com - SEKTOR pariwisata kerap diperbincangkan menjadi alternatif dalam menggairahkan ekonomi berkelanjutan. Sri Wahyuni, kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim menceritakan gagasan-gagasan besarnya itu dalam program Good Times Harian Disway Kaltim dan nomorsatukaltim.com, Senin (8/2/2021). Sri bukan orang baru di dunia kepariwisataan. Ia sudah berkarier selama 8 tahun di sektor itu. Terhitung Sejak 2012 ia sudah menjadi kepala Dinas Pariwisata di Pemkab Kutai Kartanegara (Kukar) hingga 2019. Kemudian dilanjutkan untuk menangani wilayah yang lebih luas lagi sebagai kepala Dispar Kalimantan Timur. Ada banyak perkembangan yang diakui Sri mulai dirasakan saat ini. Khususnya wisata digital. Yang dulunya belum masif, sekarang harus dilakukan. Utamanya dalam kondisi pandemi. Ia mengutip perkataan Frans Teguh-- salah satu staf ahli di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf) RI. Yaitu; virtual is reality. "Bagaimana kita menghidupkan pariwisata, menggunakan virtualisasi. Itu diperlukan. Dan perkembangannya juga kita harus lihat untuk diantisipasi," jelasnya. Contohnya seperti sebuah destinasi menjadi viral di sosial media. Dan menjadi incaran para pencinta wisata. Itu disebut dengan digital destination. Semua terjadi karena perkembangan digitalisasi. "Tiba-tiba orang bisa dapat tempat wisata yang di pegunungan, tapi fasilitas pendukung setara berbintang 5. Atau yang di Samboja, pantai Coconut Beach. Itu menawarkan kemping tapi bukan yang biasa, dan kabar itu kita dapat dari sosial media," beber Sri. Bagi Sri, pariwisata Kaltim memiliki potensi tinggi. Sayangnya tak semuanya bisa dipasarkan. Ini karena fasilitas pendukungnya yang belum bisa mengimbangi. Beberapa potensi di Bumi Mulawarman dinilai sangat menjual ialah wisata religi. “Wisata Tirtayatra contohnya,” ujar Sri. Wisata itu rutin dilakukan masyarakat Bali. Lalu dijadikan sebagai budaya yang dinilai memiliki potensi pasar. Wisata itu juga bisa dilakukan di Kaltim. Karena pura tempat ibadah orang Hindu, yang terbesar kedua ada di Bumi Etam. Di Kutai Kartanegara. Orang Bali sendiri pernah bercerita kepada Sri. Dia pernah bertanya kepada seorang pengunjung yang datang ke pura tempat Tirtayatra dilakukan di Bali. Apakah sebelumnya pernah berkunjung ke Kaltim, sebelum menuju Bali?. "Karena budaya Hindu tertua ada di kita, di kerajaan Mulawarman tentunya. Jadi wajar jika hal itu ditanyakan oleh orang Bali tersebut kepada pengunjung," terangnya. Disinggung soal tingkat kunjungan wisata religi Tirtayatra tersebut, Sri mengaku sempat memonitor dari beberapa travel lokal di Bali. Dan angkanya signifikan. Walaupun tidak disebutkan secara rinci, tapi kata Sri, angkanya naik. Sewaktu bertugas di Pemkab Kukar, Sri juga mengamati para wisatawan religi tersebut. Mereka melakukan ibadah di pertengahan Pulau Kumala. Parkir kendaraannya di Museum Mulawarman. Juga di Planetarium. Inilah yang menjadi alasan kuat bagi Sri untuk menambah informasi lebih jelas soal wisata di Kaltim. Dan menaruh pusat informasi wisata Benua Etam itu di Bali.OBJEK WISATA
Tidak bisa dimungkiri, kebutuhan untuk membangun pariwisata Kaltim itu, pertama harus memenuhi infrastruktur memadai. Kemudian konektivitas moda transportasi. Saat ini, ia melihat skalanya masih domestik. Belum internasional. Persoalan lainnya, kata Sri, soal objek wisata. Memang kini atraksi dan destinasi di Kaltim skalanya sudah internasional. Hanya saja, ia melihat pelayanan di lokasi wisata dan sekitarnya yang masih dirasa kurang. Itu di semua sektor. Mulai kuliner hingga wisata baharinya. Misalnya saja, seperti pelayanan resort di lokasi wisata yang belum memadai. "Di tempat lain destinasinya kurang bagus, tapi layanan purnajual sudah service excellent," katanya. Itu yang menjadi fokus Sri sebagai kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kaltim. Mulai melakukan pembenahan destinasi hingga pelayanan. Itu menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama. Tak hanya pemerintah tapi juga masyarakat. Hal lainnya pembenahan di sisi sumber daya manusia (SDM). Menjadi penunjang standar layanan pariwisata. "Tidak ada perbedaan dan perbandingan jika standar layanan terpenuhi. Sebanyak mungkin sertifikasi kompetensi harus dilakukan," tambahnya. Sri mencontohkan seperti destinasi wisata di Maratua. Di mana semua di-packing dengan baik. "Mulai dari service yang tidak berbintang, sampai yang berbintang. Siapa pun yang datang, harus pulang dengan kepuasan," ucapnya. Mengenai investor, Dispar Kaltim sudah melakukan beberapa upaya. Seperti melakukan langkah secara pentahelix. Di mana unsur pemerintah, masyarakat atau komunitas, akademisi, pengusaha dan media bersatu untuk membangun kepariwisataan. Salah satunya seperti penerapan protokol kesehatan (Prokes). Untuk berwisata dengan cara aman dan nyaman. Yakni dengan menerapkan perilaku Cleanliness, Healthy, Safety, Enviroment Sustainability (CHSE). Proses sertifikasinya dilakukan Kementerian Pariwisata melalui Sucofindo. "Ini gratis, tidak dipungut biaya," celetuknya. Mulai tahun lalu, Dispar Kaltim sudah merancang kajian bisnis model. Yang dilakukan di Pulau Kaniungan, Kabupaten Berau. Potensinya tinggi. Konsepnya ekowisata island. Dengan rincian yakni, pembangunan 1 resort, 1 minigolf, serta area camping. Pada kajian tersebut juga dikaji nilai investasi yang diperlukan, lalu potensi keuntungannya. Kemudian juga membentuk forum investasi pariwisata. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Forum itu juga melibatkan gubernur, investor dan Kementerian Pariwisata.WISATA VIRTUAL
Pembatasan kunjungan di masa pandemi sangat berdampak pada sektor pariwisata. Maka munculah wisata virtual yang bisa menjadi peluang. Yang menawarkan paket-paket wisata. Ini bisa menjadi reminder untuk para wisatawan. "Ini jadi alternatif promosi," ujarnya. Wisata virtual juga memiliki potensi ekonomi. Di mana ada beberapa virtual tour yang menerapkan tarif. Dengan cara penayangan serentak, mengakses link dengan tarif tertentu. Harganya beragam. Mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu. Dan tentunya ada batasan waktu. Pengalaman virtual memang tidak sebanding dengan berkunjung langsung. Tapi berdasarkan wisata virtual yang diikutinya, ada juga virtual tour yang menyediakan layanan berinteraksi langsung. Polanya si guide menayangkan secara live dan membuka ruang komunikasi dengan para pelaku wisata di tempat yang dikunjunginya. Untuk di Kaltim, rancangan wisata virtual sudah dilakukan. Akan di-launching di channel Youtube Dispar Kaltim.FOKUS PENGEMBANGAN
Produk destinasi wisata di Kaltim yang menjadi fokus pengembangan Dispar, kata dia, yang berbasis wisata alam dan budaya. Contohnya seperti wisata tiga danau. Yang ada di Kutai Kartanegara. Danau Semayang, Melintang, dan Jempang. Ketiga danau itu masuk dalam program unggulan. Dan akan dijadikan pusat ekonomi baru. Termasuk ekowisata. Lalu, ada pula desa wisata. Pendekatan mulai dilakukan kepada warga di desa-desa yang dinilai memiliki nilai budaya lebih. Kemudian, ada penetapan Karst Sangkulirang untuk warisan geologi. Dimana satu tahun lagi, statusnya akan berubah menjadi geopark—taman bumi. Yang terakhir, MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition). Sri berharap Kaltim bisa menjadi tuan rumah MICE. Tahun ini, dirancang dengan kajian 3 danau. Tapi lokasi pelaksanaan MICE di Samarinda. Realisasinya pada 2022 nanti. (nad/dah)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: