Duta YouTuber
Saya ingin tahu: apakah gambaran neraka di Kristen juga sama dengan neraka di Islam.
Saya pernah menghadiri khotbahnya Philip Mantofa. Yakni saat saya menghadiri perayaan Natal gereja Mawar Sharon Surabaya. Muda. Langsing. Tinggi. Ganteng. Dengan pakaiannya yang berselera tinggi.
Ternyata nerakanya orang Kristen sangat mirip dengan nerakanya orang Islam. Ada wanita cantik yang disiksa berat. Termasuk sampai kemaluannya mengeluarkan cacing-cacing yang menjijikkan. Ada pula laki-laki yang lidahnya ditarik dan dipotong-potong –karena saat di dunia sering berbohong.
Saya juga ingat bacaan novel saya. Yang ditulis Dan Brown. Yang menceritakan seniman Italia, Dante-lah, orang pertama yang menggambarkan neraka secara detail.
Kitab suci tidak ada yang menceritakan neraka dengan deskripsi yang begitu detail. Dante-lah yang pertama menuliskannya. Lalu menjadi anggapan umum begitulah neraka.
Sejak ada penggambaran neraka yang begitu detail jumlah orang yang ke gereja naik 20 persen. Zaman itu. Tahun 1300-an itu.
Saya belum bertanya ke teman saya di Mawar Sharon: apakah jumlah pengunjung gerejanya juga meningkat setelah khotbah Mantofa itu beredar luas.
Posisi Butce yang di Los Angeles membuat ia bisa bertemu banyak orang terkenal. Yakni mereka yang berkunjung ke Los Angeles. Seperti pendeta Hanna dan Philip Mantofa. Atau juga ketika ustad Felix Siaw ke sana.
Apalagi Butce juga membuka rumahnya untuk jadi tempat mampir. Termasuk bisa bermalam di rumahnya itu. Beberapa penyanyi Jakarta juga pernah bermalam di rumah Butce.
Butce sendiri ketika di Surabaya, ikut gereja karismatis Bethany. Bahkan pendiri Bethany, Abraham Alex, juga tinggal di rumahnya saat ke Los Angeles. Dan adik perempuannya memang dikawini Aswin, anak ke-2 Alex.
Butce menghabiskan SD sampai SMA di sekolah negeri di Biak. Di Surabaya Butce kuliah di ITS. Jusuran teknik lingkungan. Lulus tahun 1994. Lalu bekerja di perusahaan swasta, sangat sebentar.
Setelah itu ia mampir ke perusahaan ikan di Jakarta milik Handoko, teman ibunya. Handoko inilah yang menawari Butce ke Amerika. Untuk menjadi pedagang ikan. Dan coral. Dari Indonesia. Handoko yang memasoknya.
Sang ibu membekali Butce 1000 dolar. Harus cukup. Yang 600 dolar dipakai Butce untuk menyewa gudang kecil di Los Angeles. Selama dua tahun. Di gudang itu pula, awalnya, ia tidur.
Itu 24 tahun yang lalu.
Butce pun kini jadi tokoh masyarakat Indonesia di Los Angeles. Ia jadi pengurus inti diaspora Indonesia. Yang setiap dua tahun berkongres di Jakarta.
“Mengurus ikan itu sulit,” ujar Butce.
Akhirnya ia lebih fokus berdagang coral. Waktu Ibu Susi Pudjiastuti menjadi menteri perikanan dan kelautan, Butce pusing. Tidak bisa mendapatkan coral dari Indonesia.
Padahal coral Indonesia dikenal sangat beragam. Laut tropis Indonesia membuat kekayaan bawah lautnya juga penuh variasi.
Kini Butce kembali lega. Coral Indonesia sudah diizinkan kembali diekspor. Tapi, kata Butce, coral yang dikirim kepadanya itu 70 persen hasil budidaya.
Para nelayan ternyata tidak hanya menangkap benur lobster.
Sekarang ini, di Amerika bisnis coral lagi baik. Itu akibat pandemi. Banyak orang hanya di rumah. Mereka menjadi punya waktu membersihkan akuarium. Lalu mempercantiknya. Dengan coral baru.
Sang ibu kini masih di Indonesia. Di Biak, Papua. Menjadi tokoh wanita di sana. Sang ibu membangun vihara. Ia pimpinan Buddha di Biak.
Sedang suaminyi, almarhum, mendirikan Gereja di Biak. Menjadi tokoh Kristen di sana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: