Penuh, Opsi Tambah Hotel

Penuh, Opsi Tambah Hotel

KASUS COVID-19 di Kabupaten Berau terus melonjak. Hal ini membuat RSUD Abdul Rivai, Rumah Sakit Darurat COVID-19 dan tempat isolasi lainnya penuh. Sehingga pemerintah pun terpaksa melakukan sistem antrean bagi pasien yang terpapar COVID-19, yang membutuhkan perawatan.

Plt Bupati Berau Agus Tantomo menyadari, lonjakan kasus COVID-19 terus bertambah setiap harinya yang membuat fasilitas yang disediakan untuk merawat pasien COVID-19 penuh. Untuk itu, dirinya berencana menambah fasilitas tempat isolasi pasien terpapar COVID, dengan menyewa hotel di Kabupaten Berau. “Ini salah satu opsi. Kami akan bernegosiasi dengan beberapa hotel. Kalau memang memungkinkan menambah hotel, mungkin lebih utama opsi itu,” ujar Agus. Ia menyebutkan, hotel lebih dipilih karena memiliki ruang yang banyak. Selain itu, fasilitas hotel juga terbilang cukup untuk pasien yang sedang menjalani isolasi. Hanya, meskipun ada rencana menambah hotel untuk menampung pasien dengan gejala ringan dan tanpa gejala, manajemen hotel belum tentu setuju. Sebab, sekalipun pemilik dan manajemennya mau menyewakan hotel untuk isolasi bagi penderita COVID-19, jika ada penolakan dari pegawainya karena takut tertular, itu juga tidak bisa dilakukan. Meskipun kemudian, manajemen dan pegawai bersedia menyewakan, bisa dipastikan hotel itu akan sepi tamu yang datang, karena takut satu hotel dengan pasien COVID-19. "Nah ini kendala ketika ingin menyewa hotel untuk isolasi pasien COVID-19," jelasnya. Jadi jalan satu-satunya jika ingin menambah hotel untuk isolasi, yakni dengan menyewa hotel secara keseluruhan tidak berdasarkan kamar. “Jadi manajemen dan pegawainya yang siap, maka kita kontrak satu hotelnya. Mereka tidak perlu lagi membuka kamar untuk tamu lainnya,” pungkasnya. Jangan Buat Pemerintah Mubazir Ketua Komisi I DPRD Berau, Feri Kombong menilai kinerja RSUD dr Abdul Rivai dan Dinas Kesehatan terkesan mubazir. Hal itu dikarenakan, tidak adanya dukungan masyarakat terhadap usaha yang dilakukan pemerintah saat ini. “Bingung harus ngomong apa lagi, yang dibutuhkan sekarang tindakan nyata dari semua pihak. Kalau cuma Dinkes dan RSUD yang kerja maka persoalan ini tak akan berakhir. Jangan buat kinerja mereka sia-sia,” tegasnya kepada Disway Berau, Senin (4/1). Feri menyebut, selama belum ada kesadaran masyarakat, maka trennya akan begini terus. Dikatakannya, regulasi sudah ada, tapi penerapannya masih sangat jauh dari yang diharapkan. “Harus bersinergi semua, baik itu masyarakat secara individu maupun secara organisasi. Baik itu organisasi agama, sosial dll,” katanya. Ditegaskannya, ini bukan jalan buntu yang tidak memiliki jalan keluar. Masih banyak alternatif yang bisa digunakan untuk menanggulangi lonjakan COVID-19 di Berau. “Kalau ini jalan buntu, berarti kita mentok dan tidak bisa keluar,” ungkapnya. Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi mengatakan, lonjakan pasien COVID-19 masih berlangsung. Senin (4/1), sebanyak 27 orang. Penambahan itu berasal dari beberapa klaster. Mulai dari klaster Nakes, perusahaan dan sumber tidak diketahui. “Hari ini juga ada yang sembuh, sebanyak 28 pasien,” ungkapnya. Dikatakannya, memang membutuhkan kesadaran masyarkat untuk memutus rantai penyebaran COVID-19. “Memang harus ada dukungan dari masyarakat. Dukungannya itu sangat sederhana, hanya dengan melakukan penerapan protokol kesehatan,” sebutnya. Peran masyarakat dalam penanganan COVID-19 sangat penting. Di mana, saat ini semua masyarakat berperan sebagai objek dari ancaman virus. “Jadi, kami mohon agar tidak anggap remeh persoalan ini. Kami berkeras untuk kebaikan masyarakat, bukan demi keuntungan pribadi,” tegasnya. Direktur RSUD dr Abdul Rivai, Nurmin Baso mengatakan, update data ruang isolasi ada 11 tempat tidur. Setiap pasien yang dinyatakan terkonfirmasi COVID-19, akan menjalani pemeriksaan di IGD COVID-19 RSUD dr Abdul Rivai. “Nanti dokter yang menentukan dirawat di RSUD dr Abdul Rivai atau di RS Darurat Cantika,” katanya. Nurmin menyebut, masyarakat atau pasien terkonfirmasi COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri, itu sangat berbahaya. Pasalnya, jika pengawasan lalai, mereka bisa saja keluar dari isolasi. “Pasien itu harus benar-benar diawasi, karena bisa menularkan,” tegasnya. *ZZA/*FST/APP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: