COVID-19 Rengut Libur Akhir Tahun, Psikolog: Jangan Ada Cemburu Sosial

COVID-19 Rengut Libur Akhir Tahun, Psikolog: Jangan Ada Cemburu Sosial

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Pergantian tahun tinggal menunggu jam saja. Seluruh masyarakat di dunia menantikannya. Bahkan setiap tahun, biasa selalu diadakan perayaan yang besar.

Namun, pada tahun ini sedikit berbeda. Pemerintah menginstruksikan meniadakan perayaan malam tahun baru dalam bentuk apapun di tempat umum. Alasannya, yaitu pandemi COVID-19. Sehingga hal ini menjadi salah satu faktor stres dan depresi banyak pihak. Tidak dipungkiri, karena virus corona yang muncul di Indonesia pada Maret lalu, hingga kini masih terjadi. Media nomorsatukaltim.com pun mencoba menghubungi salah satu psikolog di Samarinda, yaitu Linda Sofia. Menurutnya, masyarakat khususnya di Samarinda sudah cukup beradaptasi dengan kondisi sekarang. Namun, adanya pelarangan tersebut, mampu memicu kembalinya stres pada seseorang. Seperti surat edaran Gubernur Kaltim Nomor 440/7874/064/-II/B. “Untuk masyarakat Samarinda sudah cukup kritis dan rasional dalam pengertian beradaptasi dari COVID-19, bahkan jauh dari kata stres, malah mengabaikan imbauan-imbauan protokol kesehatan (Prokes),” katanya, Kamis (31/12/2020). Perempuan yang akrab dipanggil Linda ini menuturkan, dunia maya bisa memicu terjadinya kecemburuan sosial. Pasalnya, COVID-19 bukan menjadi suatu penghalang untuk seseorang melakukan perjalanan. Karena masyarakat diizinkan untuk bepergian, dengan syarat melakukan tes swab atau rapid test antigen. Namun tak semua orang memiliki kesempatan itu. Salah satu faktor yang menjadi pemicu munculnya rasa kecemburuan itu dari perasaan tidak berharga, banyak kekurangan, atau tidak nyaman dengan diri sendiri. Menurutnya, orang yang tidak bisa mencintai diri sendiri berawal karena tak mengenal dirinya dan potensi yang dimiliki. “Itu kalau secara psikologis berawal dari tidak berharga, tidak pede, tidak nyaman dengan hidupnya, banyak kurangnya. Dan ketika dia melihat medsos (media sosial) orang, sampai hal kecil lainnnya dia merasa di bawah dan sebagainya,” tuturnya. Linda menegaskan, setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Karena ada orang-orang yang tak terganggu dan tetap nyaman ketika berada di rumah saja. Tetapi ada juga orang yang bertolak belakang, yakni merasa tidak bebas saat berada di rumah. “Mungkin jika dikaitkan dengan pandemi, karena tingkat intensitas menggunakan medsos cukup tinggi. Dan perbandingan sosialnya lebih intens juga, sehingga ada kecemasan-kecemasan sosial itu. Social circle-nya sangat terbatas,” ujarnya. Di tempat terpisah, Sekretaris Komisi IV DPRD Kaltim, Salehuddin mengungkapkan, salah satu pemicu kecemburuan sosial adanya acara akhir tahun atau pesta. “Kalau untuk acara atau event tertentu, itu yang tidak boleh. Tetapi kalau di rumah masing-masing menurut saya tidak masalah,” ungkapnya. Politisi dari Partai Golongan Karya (Golkar) ini mengajak masyarakat untuk memahami kondisi pandemi COVID-19, yang hingga sampai saat ini belum menandakan penurunan kasus. “Saya pikir mengapresiasi pak gubernur dengan mengeluarkan surat edaran tersebut, yang melarang kegiatan bersifat mengumpulkan orang dengan jumlah banyak,” bebernya. Sementara itu, anggota DPRD Kaltim Komisi IV, Elly Hartati Rasyid menerangkan, di tengah pandemi COVID-19 yang masih terjadi hingga penghujung akhir 2020, justru masyarakat mendapat sebuah nilai beradaptasi yaitu new normal. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, setiap perayaan akhir tahun mengadakan pesta, kali ini Elly menyarankan untuk tetap berada di rumah saja. “Sudah tidak lagi dilakukan (pesta, Red.) karena kita sudah memasuki masa new normal ini, sekarang kan semua orang sama (menghadapi pandemi),” tambahnya. Politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini menjelaskan, selain memasuki new normal, masyarakat pun kini banyak menggunakan produk-produk lokal. Hal senada pun diungkapkan oleh politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN), Jawad Sirajudin. Ia menambahkan, agar masyarakat dapat merefleksikan diri dalam menyambut 2021. “Marilah kita menghadapi akhir tahun ini dengan penuh rasa syukur, merefleksi apa yang sudah kita lalui di 2020,” tambahnya. Ia optimistis, beberapa target yang belum tersampaikan di 2020, bisa dikejar di 2021 mendatang. “Menurut saya, seluruh masyarakat Kaltim yang belum tercapai harapannya karena pandemi, tahun depan bisa terwujud,” pungkasnya. (tor/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: