Natal 2020; Ibadah, Kreativitas, dan Peran Gereja yang Berbeda

Natal 2020; Ibadah, Kreativitas, dan Peran Gereja yang Berbeda

Di dalam gereja, bangku-bangku tersusun berjarak. Menandakan siapa saja yang duduk berada 1,6 meter dengan sebelahnya.

Pendeta Jemaat (GPIB) Maranatha Balikpapan Pos Pelkes Ekklesia Penajam, Pdt. Anece mengatakan. Ibadah dan perayaan Natal tahun ini sangat berbeda. Dari tahun lalu juga tahun sebelumnya.

Dia menyadari, pagebluk COVID-19 yang melanda dunia termasuk indonesia. Tidak sedikit dampak yang ditimbulkan dari virus ini. Mulai dari masalah kesehatan, ekonomi, hubungan sosial, bahkan kematian.

Oleh karena itu pula gereja mengangkat tema, Menguatkan Tatanan Bergereja Agar Mendatangkan Berkat Masa Depan Bagi Umat dan Masyarakat.

"Inilah yang harus gereja sikapi, yakni berempati. Menolong orang orang yang berkesusahan," ujar dia.

Mengenai ibadah dan perayaan masih banyak di lakukan secara virtual. Karena tak langsung saling bertemu, aktivitas menyapa dengan akrab, bersalaman tidak bisa lagi dirasakan.

Meski begitu, ia bersyukur dalam perayaan kali ini masih bisa digelar dengan tatap muka. Dengan syarat-syarat tadi.

"Pandemi ini benar-benar mengubah sistem kehidupan yang telah dibangun oleh manusia," imbuh dia.

Perayaan misa malam Natal dan perayaan Natal pada Jumat, 25 Desember 2020 kali ini hanya bisa dihadiri sekira 40 jemaat saja di gereja yang terletak di Kelurahan Petung ini. Padahal kapasitas gereja jauh di atas itu.

Gereja juga mempersingkat prosesi. Prosesi itu sejatinya sudah diatur dalam tata ibadah. Yang dibuat oleh Majelis Sinode (pusat) memang lebih singkat atau sederhana. Jadi selama ibadah Natal itu tidak lama. Baik yang secara virtual atau tatap muka.

Tata Ibadah GPIB sendiri terdapat 4 rumpun. Ada Menghadap Tuhan, Pemberitaan Firman, Jawaban Jemaat dan Pengutusan. Setiap rumpun memiliki beberapa poin.

Dalam tata ibadah sederhana ini, ada beberapa poin yang tidak dipakai. Misalnya di rumpun Menghadap Tuhan. Tapi Anece menegaskan, hal itu sama sekali tidak mengurangi makna dari tata ibadah itu sendiri.

"Tapi bukan dipangkas. Biasanya tata ibadah itu digunakan waktu ada ibadah di luar gedung gereja, misalnya ibadah padang. Tapi karena situasi pandemi, tata ibadah sederhana menjadi pilihan," kata dia.

Sekira pukul 11.00 Wita perayaan Natal di gereja usai. Dengan teratur jemaat keluar.  Tetap memperhatikan protokol kesehatan. Jemaat menjaga jarak, tidak berkumpul. Tidak berjabat tangan juga, hanya namaste saja. Setelahnya langsung kembali ke rumah masing-masing.

Ada pun, gereja juga mengimbau. Untuk tidak menggelar open house atau kebiasaan saling berkunjung dulu. Tapi sampai sebatas itu saja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: