Hari Terakhir Pencarian Nelayan PPU yang Hilang Nihil, Operasi Dihentikan

Hari Terakhir Pencarian Nelayan PPU yang Hilang Nihil, Operasi Dihentikan

PPU, nomorsatukaltim.com - Mau tak mau, upaya pencarian terhadap Mahmud (59), seorang nelayan PPU dihentikan, Selasa (15/12/2020) petang.

Pencarian dihentikan karena sudah batas maksimal sesuai prosedur. Hingga hari terakhir itu, hasilnya masih nihil. Tim gabungan pencarian atas korban kecelakaan air di Laut Batu Bara, Muara Telake, Longkali, Paser itu hanya berhasil menemukan kapal korban. Pada masa pencarian perpanjangan ke dua. "Sesuai prosedur. Pencarian maksimal adalah 7 hari. 3 hari pertama, diperpanjang menjadi 5 hari dan diperpanjang lagi terakhir menjadi 7 hari," jelas Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggungan Bencana Daerah Penajam Paser Utara (BPBD PPU) Nurlaila, Rabu (16/12/2020). Hal itu sudah dia jelaskan pula pada pihak keluarga. Berat memang dia mengungkapkannya. Tapi sudah menjadi tugas kemanusiaannya untuk menyampaikan. Ya mereka harus merelakan. Soal pencarian sendiri, sebenarnya tim tidak menemui kendala berat. Bahkan cuaca sangat mendukung dalam melakukan pencarian. Begitu juga para personel yang mencari. Sudah lebih dari cukup. Tim yang action di lapangan selain dari BPBD PPU ada BPBD Paser, Basarnas Balikpapan, TNI AL, serta Satpolair Polres PPU dan Paser. Juga para relawan dan pihak keluarga. Yang terbagi dari 3 posko keberangkatan. Sesumpu, Saloloang, dan Muara Telake. Setidaknya ada 3 unit perahu BPBD PPU diturunkan. Basarnas dan Satpolair ada 3 unit perahu karet. Sedangkan relawan dan pihak keluarga ada 3 unit. Titik pencarian sendiri ada 9. Dilakukan dengan pola pararel sweep search. Yang pertama di lokasi kejadian. Lalu bergeser ke pesisir laut Tanjung Jumlai dan Saloloang hingga ke Rig PHKT. Lalu pesisir laut Nipah-Nipah dan Api-Api. Bergeser lagi ke pesisir laut Sepinggan, Manggar, Melawai dan perairan lain di Teluk Balikpapan. Mengulas kembali kejadian sat kejadian Rabu (9/12/2020) dini hari lalu. Mahmud sebanarnya tak sendirian. Ia bersama dengan Saming (49), mertuanya. Yang berhasil selamat. Sekira pukul 02.00 WITA, keduanya memutuskan untuk istirahat. Jangkar ditambatkan. Tapi ternyata, tak sadar mereka berada di jalur transportasi air kapal-kapal perusahaan. "Tapi kemungkinan, karena kondisi tengah malam, tidak punya peralatan yang memadai. Posisinya juga sedang istirahat, tiba-tiba tertabrak," jelas Laila menjabarkan keterangan Saming. Tapi masih tidak tahu pasti. Jika dilihat dari kondisi perahu, tidak ada kerusakan berarti. Hanya ada beberapa papan lepas. Jadi tidak bisa juga dipastikan apa yang menabraknya mereka. Itu juga tak bisa dipastikan lagi. Apa langsung tertabrak, atau hanya tersenggol. "Yang jelas kapal besar. Tapi ia tak melihat secara pasti apa yang menabrak mereka. Apa itu tug boat, ponton, atau tanker," urai dia. Padahal, perahu mereka sudah dilengkapi lampu. Tapi bisa saja, lanjut Laila, kapasitas lampu itu memang kecil dan akhirnya tak terlihat oleh nahkoda. Diketahui, perairan itu memang merupakan jalur distribusi hasil sumber daya alam ke laut lepas. Tapi karena keterangan yang kurang terang tadi, kapal penabrak nyaris tak bisa diindentifikasi. (rsy/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: