Bambang dan Harapannya untuk Biliar Kaltim

Bambang dan Harapannya untuk Biliar Kaltim

Samarinda, nomorsatukaltim.com – Dunia biliar Kaltim tentu tidak asing dengan nama Bambang Saputra. Pria kelahiran Denpasar, Bali itu. Telah mengoleksi  banyak medali di lemari rumahnya. Dari hasilnya  menyundul bola biliar, baik dari kejuaraan lokal sampai internasional.

Ia berangkat dari seorang caddy, alias asisten. Setiap hari ia menyusunkan bola kepada orang yang hendak bermain biliar. Usai menyusunkan bola, ia menepi dan memperhatikan orang bermain. Dan kembali menyusun bola ketika set baru akan dimulai lagi.

Seperti itu setiap hari. Sesekali saat sedang senggang. Ia mengambil stik dan mulai bermain sendiri. Belajar mengarahkan bola ke lubang. Berbekal pengetahuan otodidak. Dari hasil mengamati permainan orang saat bekerja.

Saat itu, ia masih menginjak masa awal remaja. Seusia anak Sekolah Mengangah Pertama (SMP). Tapi ia tidak sekolah karena beberapa hal. Makanya ia putuskan untuk bekerja. Tinggal di Bali yang merupakan kawasan wisata dan penuh hiburan. Keputusannya bekerja di rumah biliar tentu tidak aneh kala itu.

Dengan telaten, Bambang terus mengais rezeki dari rumah biliar. Sembari belajar. Memasuki usia 17 tahun. Saat rekan seusianya lulus SMA. Bambang juga dinyatakan lulus. Dari pendidikan kehidupan di rumah biliar tempat ia bekerja. Ia mulai fasih bermain biliar. Dan mulai menarik minat orang.

Ia mulai sering disponsori rumah biliar tempat ia mencari makan. Bertanding dari satu kejuaraan ke kejuaraan lain. Hasilnya sangat memuaskan. Dari menang di beberapa event lokal. Bambang lalu menuju kancah internasional.

Biliard International Championship di Myanmar tahun 2003. Adalah debutnya bermain di ajang dunia. Untuk kawasan Asia lebih tepatnya. Dari situ, Bambang terus diperhitungkan. Ia lalu ikut Asian Open 2005 di Australia. Juga World Championship di Taipe, China pada tahun yang sama. Dan seterusnya ia rutin bertarung di ajang internasional lainnya. Di PON 2004 ia mengharumkan nama Bali. Lewat toregab dua medali perak. Lalu mewakili Indonesia di SEA Games 2005. Bambang mempersembahkan dua medali perunggu untuk kontingen Tanah Air.

Setahun berselang, Bambang merasa kehidupannya di Bali telah usai. Ia ingin mencari tantangan di daerah lain. Lalu memutuskan hijrah ke Kaltim. ke Kabupaten Bulungan. Di PON 2008, saat Kaltim menjadi tuan rumah. Bambang masuk skuat Kaltim. Sayang ia tak begitu beruntung. Karena hanya meraih juara ketiga alias medali perunggu. Ia kalah dari pebiliar terbaik dari provinsi lain.

Sebelumnya, kepindahannya ke Kaltim tentu membawa konsekuensi lain. Ia tak lagi begitu intens bermain biliar. Seperti yang ia lakukan di Bali. Ditambah proses transfernya ke Kaltim terganjal beberapa persoalan. Membuat ia sempat kehilangan fokus. Tapi karena tekatnya sudah kadung bulat. Ya, ia teruskan mencari prestasi sekaligus kehidupan di meja biliar. Hingga sekarang.

“Saya sudah memilih pindah ke Kaltim waktu itu, jadi tidak mungkin saya balik kes ana (Bali). Meski masih suka kepikiran sih awalnya. Kemudian saya yakinkan bahwa saya memang harus di sini,” ungkapnya datar belum lama ini.

Di Kaltim, Bambang harus memulai karier dan hidupnya dari mula lagi. Ia bermain di satu rumah biliar ke rumah biliar lain. Dari satu kota, ke kota lainnya di Kaltim. Dari turnamen-turnamen lokal hingga regional itulah. Bambang menyambung hidupnya. Uangnya ia gunakan untuk berdikari di Bumi Etam.

Prestasi terbaik di level daerah adalah sapu bersih medali emas Porprov Kutim, 2018 lalu untuk Kutai Timur. Tahun depan, ia akan membawa nama Kaltim di PON 2021. Di kelas snoker.

Kelas snoker ini bisa dibilang kelas yang sangat rumit. Karena dalam permainannya diharuskan menyundul 3 bola sekaligus (3 poin). Di atas meja yang lebih besar dari ukuran normal. Tapi bolanya lebih kecil dari bola biliar lazimnya.

Karena itu peminatnya sedikit sekali. Apalagi di Kaltim. Samarinda khususnya. Makanya Bambang berharap pada pemangku kepentingan. Dalam hal ini Pengprov Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI) Kaltim dan Pengkot POBSI Samarinda. untuk rajin menggelar pelatihan kelas snoker pada atlet lokal. Dan dilakukan pembinaan berjenjang dan berkelanjutan.

Bambang sendiri kini sudah tak muda lagi. Pada 28 Desember nanti, usianya sudah 43 tahun. PON Papua adalah PON terakhir baginya. Karenanya, tekat meraih medali emas sangat ia tanamkan di benaknya. Pokoknya harus emas di PON terakhir. Titik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: