Manisnya Potensi Cokelat Kaltim

Manisnya Potensi Cokelat Kaltim

SIAPA yang tak suka cokelat? Produk olahan dari biji kakao ini sangat disukai oleh banyak orang, karena rasanya yang memikat. Berbagai macam produk cokelat pun bertebaran di seluruh dunia. Sebut saja, Silverqueen, Cadbury, Toblerone, Ferrero Rocher, Hershey’s, dan merek cokelat populer lainnya.

Kalimantan Timur sebagai salah satu daerah penghasil biji kakao di Indonesia pun tak ketinggalan. Kini, Kaltim memiliki produk cokelat sendiri. Berupa cokelat batang premium dengan merek Berau Cocoa. Yang diproduksi oleh pabrik pengolahan biji kakao milik PT. Berau Coal di Kabupaten Berau. Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kabupaten Berau, Sumaryono mengatakan, pabrik Berau Cocoa merupakan salah satu bentuk program pemberdayaan masyarakat PT. Berau Coal melalui Corporate Social Responbility (CSR) mereka di bidang Agribisnis Kakao. "Mengingat potensi kakao Berau ini kan besar. Jadi diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat dan perusahaan. Terutama mempersiapkan berakhirnya pasca tambang," ujar Sumaryono kepada media ini. Pabrik Berau Cocoa didirikan sejak tahun 2017. Dan diresmikan menteri ESDM pada tahun 2019.       Melalui Yayasan Dharma Bhakti Berau Coal. Dengan demikian, Berau Coal menjadi perusahaan pertambangan pertama yang fokus pada pengembangan kakao sebagai Agribisnis unggulan. Yang mengolah dan memproduksi cokelat lokal dari petani Kabupaten Berau. Pabrik Berau Cocoa menjadi pusat pengolahan biji kakao basah menjadi biji kakao kering. Serta produk olahan cokelat yang siap dikonsumsi. Selain itu, Pabrik Berau Cocoa juga direncanakan untuk menyediakan bahan baku cokelat kepada UMKM di Kabupaten Berau. Untuk mendorong produksi home industri olahan cokelat lokal di Bumi Batiwakkal. "Sehingga tercipta program perkebunan kakao berkelanjutan dari hulu sampai hilir. Serta menyerap tenaga kerja dari masyarakat Kabupaten Berau," ujar Sumaryono. Disbun Berau juga membangun pola kerja sama dengan Pabrik Berau Cocoa. Di antaranya trading dan plantation. Trading, yakni kegiatan membeli biji kakao secara langsung pada petani kakao di Kampung Pendampingan PT Berau Coal meliputi Kampung Suaran, Tumbit Dayak, Tumbit Melayu, Long Lanuk, Batu Rajang, Labanan Makarti, Gunung Tabur dan Tubaan. Sistem pengolahan dan pemasaran kakao dari petani di Kabupaten Berau, sampai saat ini diolah dan dijual dalam bentuk biji kering. Kisaran harga antara Rp 19 ribu hingga Rp 24 ribu per kilogram. Sementara plantation berupa program rehabilitasi kebun kakao masyarakat. Sekaligus perluasan kebun kakao di Kabupaten Berau demi tercapainya kualitas dan kuantitas yang diinginkan. Saat ini, Berau Cocoa telah meluncurkan  produk cokelat premium dengan lima varian rasa. Di antaranya Cocoa Dark Chocolate, Cocoa Dark Milk Chocolate, Salt & Cocoa Nibs Dark Chocolate, Hazelnut Dark Chocolate dan Almond Milk Chocolate. Produk bisa dibeli dengan pemesanan secara online melalui Instagram resmi Berau Cocoa. Hilirisasi komoditas kakao di Berau ini diapresiasi Ujang Rachmad. Kepala Kepala Dinas Perkebunan Kaltim ini menyebut, dengan adanya produk hilir. Dapat membantu pengembangan, pengolahan dan pemasaran komoditas unggulan tanaman perkebunan ini. Serta membantu petani kakao dalam akses pasar. "Biji kakao berasal dari kebun di Berau dan Kutai Timur. Selanjutnya akan digarap skema bisnis yang sama untuk komoditas lada," ungkap Ujang saat mengunjungi pabrik Berau Cocoa pekan lalu. Ujang juga menjelaskan, Kakao merupakan salah satu dari lima komoditas perkebunan unggulan non sawit. Di samping lada, karet, kelapa, dan aren. Yang terus dikembangkan di Kaltim. Sektor perkebunan memang didorong untuk melepas ketergantungan ekonomi Kaltim pada sektor pertambangan dan migas. Sehingga upaya pengembangan sektor ini terus dilakukan. Baik dari sisi hulu maupun hilirnya. Pihaknya bahkan telah memproyeksikan master plan kawasan perkebunan berbasis korporasi. Di mana masing-masing komoditas nantinya diharapkan memiliki pabrik pengolahan masing-masing. Agar komoditas perkebunan dapat diolah menjadi produk industri yang siap jual dan berdaya saing. "Perkembangan budi daya kakao yang tersebar di beberapa kecamatan ini pun menjadi perhatian pemerintah agar terus bertahan," tegasnya. Ujang berharap, pabrik Berau Cocoa tidak hanya menerima kakao swadaya dari masyarakat Berau saja. Tetapi juga kakao dari daerah penghasil lain. Seperti Kutai Timur, Kutai Barat, Kutai Kartanegara dan Mahakam Ulu. Krv/app

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: