Ana, Nina, dan Muaythai

Ana, Nina, dan Muaythai

Muaythai belakangan sangat digandrungi kaum hawa.

Balikpapan, nomorsatukaltim.com – Olahraga dan wanita kini sudah tak bisa dipisahkan lagi. Atau malah di seluruh sendi kehidupan. Yang biasa dilakukan kaum pria, kini wanita juga bisa. Di olahraga, sepak bola sebagai cabor paling populer bisa jadi representatif. Bahwa permainan 11 lawan 11 yang memperebutkan 1 bola itu. Kini juga dilakoni wanita. Tim-tim profesional dunia malah sudah punya tim profesional wanita. Yang mewakili klub di liga sepak bola wanita.

Di sepak bola pada umumnya. Yang dimainkan pria. Perangkat pertandingannya, seperti wasit dan hakim garis. Sudah mulai memberdayakan wanita juga.  Hal yang sama juga terjadi di hampir semua cabang olahraga.

Oke, sudah cukup bahas sepak bolanya. Karena memang hanya untuk jadi pengantar saja. Nomorsatu Kaltim kali ini ingin bercerita tentang Putu Fitri Herlina Wati. Wanita berdarah Bali itu kini tengah sibuk mempersiapkan diri untuk PON XX Papua tahun depan.

Gadis yang disapa Nina itu memang berstatus sebagai atlet cabang muaythai Kaltim. Yang berkat kemampuan luar biasanya, ia masuk ke kontingen Kaltim di multi ajang 4 tahunan di Papua tahun depan.

Sebelum menggeluti muaythai dia hanyalah Mbak-mbak biasa. Seperti dara pada umumnya. Hingga kemudian ia tertarik untuk menggeluti olahraga bela diri muaythai. Nina bilang, tidak ada yang mengajaknya menekuni olahraga asal Thailand itu. Dia sendiri yang ingin.

"Awal ikut muaythai niatnya hanya untuk olahraga. Setelah beberapa bulan ikut, ada rasa ketertarikan untuk mendalami lebih jauh. Sampai akhirnya bisa seperti sekarang," kata Nina.

Tapi niat Nina menjadi atlet muaythai profesional tersandung restu. Orang tuanya tak ingin anak cantiknya menekuni bela diri. Nina bilang, ayah ibunya takut ia bonyok. Kekhawatiran yang lazim sebenarnya. Karena saat ini, wanita seusianya sangat repot untuk tampil cantik. Eh, Nina malah melakukan kegiatan yang berpotensi membuat mukanya babak belur.

Tapi dia tak menyerah. Sampai momentum Nina mendapat restu orang tua akhirnya tiba. "Jadi ada kejuaraan. Ikut aja dulu. Setelah itu laporan. Akhirnya dapat restu. Sampai pas Porprov 2018 dapat emas di kelas 48 kg," katanya sambil tersenyum mengenang kenekatannya kala itu.

Di masa mendatang. Keinginan untuk melangkah lebih jauh tentu ada di benaknya. Untuk berkiprah di ajang Mixed Martial Art (MMA) yang saat ini sangat populer itu. Tapi usianya masih 22 tahun. Masih cukup muda dan jalannya masih panjang. Nina enggan buru-buru menjajaki kariernya. Kini ia memilih fokus dulu di PON. Usai memberi medali emas pada kotanya di ajang Porprov. Ia menargetkan memberi medali emas pula pada Kaltim di multi ajang paling bergengsi di Indonesia itu.

"Rencana pasti ada untuk profesional. Tapi sekarang masih amatir, punya kesempatan di PON dijalani dulu," tambahnya.

Nina sendiri tergabung di klub Beruang Madu Camp. Klub tersebut sudah banyak menghasilkan atlet tarung bebas handal. Seperti RJ Dirgantara dan Andreas yang sudah merasakan ring MMA One Pride. Keduanya sudah masuk kelas profesional.

Nah, Berkat kegigihan Nina salah satu temannya, Nurhasanah pun tertarik. Dia mengaku diajak Nina untuk menekuni bela diri itu. Gadis yang disapa Ana itu pun menyanggupi. Padahal tidak punya basic sebagai olahragawati.

"Enak aja sih. Bela diri juga perlu dimiliki perempuan. Kalau saya ikutnya untuk menjaga diri saja. Buat bekal," katanya.

Nina dan Ana tentu bisa menjadi contoh bagi wnaita lainnya. Untuk tidak sungkan menggeluti bela diri. Tujuannya ya terserah nantinya. Mau diteruskan jadi atlet profesional bisa. Mau dijadikan buat jaga-jaga juga bisa. Lebih dari itu, dengan menekuni  olahraga bela diri. Secara tidak langsung harus menjalani pola hidup sehat. Jadi bisa sekalian diet ye kan? (fdl/ava)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: