Mereka yang Ketiban Rezeki dari Melonjaknya Nilai Tanah

Mereka yang Ketiban Rezeki dari Melonjaknya Nilai Tanah

Kondisi jalan penghubung Desa Semoi 2-Desa Argo Mulyo (Semoi 1), Kecamatan Sepaku, PPU. (Ariyansah/Disway Kaltim) ===========•   Harga Jual Tinggi, Yakin Sepaku Jadi Daerah Inti Harga tanah di Kecamatan Sepaku melonjak drastis. Pemindahan ibu kota negara ke Penajam Paser Utara (PPU) dan Kutai Kartanegara (Kukar), jadi penyebabnya. Banyak yang meyakini. Sebagian wilayah PPU yang menjadi daerah inti IKN, adalah Sepaku. Kecamatan yang langsung berbatasan dengan Kukar. ------------------------ BEBERAPA pemerintah desa di Sepaku, mengakui adanya kenaikan tanah. Nilainya begitu siginifikan. Padahal lokasinya di pelosok. Jauh dari akses jalan. Baik jalan poros yang menghubungkan Samboja-Sepaku. Maupun jalan yang menghubungkan desa-desa di Sepaku. Kepala Desa Tengin Baru Ahmad Mauladin mencontohkan, lahan milik salah satu warga desanya. Sebelum ada keputusan pemindahan ibu kota negara (IKN), tanahnya dihargai Rp 100 juta per hektare. Lokasinya di pinggir jalan poros Samboja-Sepaku. Legalitasnya masih segel. Kalau sudah sertifikat, harganya bisa Rp 200 juta per hektare. Sekarang. Setelah ada keputusan pemindahan IKN, harganya bisa miliaran. Mauladin menceritakan warganya yang bernama Suwoko. Tanahnya di pinggir jalan poros. Sekarang dijual Rp 5 miliar. Luasnya dua hektare. Tapi sampai sekarang belum ada yang beli. “Kemarin ada yang sudah datang. Tanya-tanya soal tanahnya itu," katanya saat ditemui DiswayKaltim.com, Sabtu (7/9/2019). Sementara di Desa Argo Mulyo (Semoi 1). Yang berada di arah selatan desa itu. Berdekatan dengan kaki Bukit Bangkirai. Tahun 2010 harganya hanya Rp 5 juta sampai Rp 7,5 juta per hektare. Sekarang mencapai Rp 300 juta-Rp 400 juta per hektare. Di daerah Kelurahan Mentawir. Yang juga masuk Kecamatan Sepaku. Ada juga lahan yang dijual. Harga tinggi. Capai miliaran rupiah. Tahun 2009 lalu, pemiliknya membeli lahan seharga Rp 100 juta per hektare. "Saya tidak jual. Tapi kalau ada yang mau beli, ya saya lepas. Dengan harga tinggi. Ada tiga hektare. Saya beli Rp 200 juta per dua hektare. Kalau yang satu hektare itu dikasih orangtua. Sekarang, kalau mau dibeli, tiga hektare itu saya lepas Rp 3 miliar," kata Kasiyono. Pemilik lahan itu. Juga menjabat sebagai kepala Desa Wonosari. Samboja Dinilai Strategis untuk Bisnis Sama halnya di Kecamatan Samboja, Kukar. Bak durian runtuh, pemilik tanah ramai-ramai menaikkan harga. Angkanya capai miliaran rupiah per hektarenya. Samboja dinilai strategis dari tiga sisi. Sisi darat lokasinya akan dilalui tol Balikpapan-Samarinda. Sepanjang 99,06 kilometer. Dari sisi udara berada di tengah dua bandara (Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan dan Bandara Aji Pangeran Tumenggung (APT) Pranoto, Samarinda). Kemudian dari sisi maritim dekat dengan pelabuhan Samarinda dan Semayang di Balikpapan. Nilai strategis ini yang membuat investasi tanah meningkat. Warga tak segan menaikkan harga. Tim DiswayKaltim.com menelusuri beberapa titik di Kecamatan Samboja. Tepatnya kelurahan Ambarawang. Rutenya setelah simpang tiga Jalan Balikpapan-Samarinda kilometer 38, masuk ke arah Jembatan Sungai Merdeka. Kemudian melewati rute milik Pertamina. Lalu masuk ke Kelurahan Margomulyo. Hingga berbatasan dengan Kelurahan Ambarawang. Waktu tempuh sekitar 30 menit. Letak tanah itu di perbatasan Margomulyo-Ambarawang. Pelang tanda tanah dijual seluas 5,5 hektare sudah terpatok. Lubis, pemilik tanah, warga asli Sumatera Utara yang punya. Sebelumnya dia pernah bekerja sebagai karyawan swasta di Balikpapan. Saat dikonfirmasi melalui telepon. Lubis membenarkan telah mematok harga Rp 1,1 juta per meter per segi. Artinya harga satu hektare setara dengan Rp 11 miliar (1 hektare sama dengan 10.000 meter per segi). Jika ditotal keseluruhan harga tanah yang dijualnya adalah Rp 60,5 miliar (Rp 11 miliar dikali dengan 5,5 hektare). Tiga tahun lalu. Lubis pernah juga mau menjual tanahnya itu. Dia mematok Rp 130.000 per meter per segi. Untung saja belum terjual. Baru-baru ini, Lubis mengaku sudah ada orang yang survei melihat-lihat. Rata-rata perusahaan properti. "Satu hari bisa dua sampai tiga orang yang menghubungi," ujar Lubis, kepada DiswayKaltim.com. Ayah tiga anak ini menambahkan, jika tanahnya terjual dia akan memutar uang hasil penjualan tersebut. Uangnya untuk membuka usaha baru. Yaitu tambak ikan di Sumatera Utara, kampung halamannya. Saat ini, lahan miliknya terdapat tanam tumbuh. Begitupun dengan Pur, ibu rumah tangga (IRT), yang memiliki lahan seluas 12 hektare. Lokasinya tepat di pinggir jalan poros Balikpapan-Samarinda. Dia membeli sejak 1990. Di tanah itu ia berkebun buah dan sayur mayur. Mulai manggis, kelapa dan sayur lainnya. Harga yang dipatok Rp 350.000 per meter per segi. Atau Rp 3,5 miliar per hektare. Jika ditotal nilainya Rp 42 miliar. Bisa saja harganya melonjak lagi. Terlebih dirinya sedang mengurus Sertifikat Hak Milik (SHM) di Badan Pertanahan Nasional (BPN). "Ya sesuai prosedurlah. Kami juga enggak mau gila-gilaan naikinnya (menaikkan harga, Red.)," kelakar Pur. Senada dengan Lubis, beberapa orang sudah mulai menghubunginya. Tapi Pur tak mau buru-buru. Administrasi harus tuntas dulu. Setelah itu transaksi jual beli baru berlaku. "Saya tidak mau jual jika nanti merepotkan saya maupun pembeli tentang SHM," tutup Pur. (m3/sah/boy/dah) Baca Juga: Ketika Investasi Sekadar Basa-Basi, Warga Penajam Kompak Patok Nilai Tinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: