Uang Elektronik Perlahan Geser Dominasi Bank

Uang Elektronik Perlahan Geser Dominasi Bank

Sementara itu, dari sisi penggunaan kartu kredit dan debit, masih dikuasai perbankan. Apabila digabung penggunaan uang elektronik, kartu kredit dan debit, BCA menguasai pangsa pasar sistem pembayaran sebesar 23 persen, Bank Mandiri dan BRI masing-masing 16 persen, OVO 9 persen, dan Gopay 8,4 persen. Kemudian, BNI 8 persen, Dana 4,6 persen, LinkAja 2,5 persen, Shopee 1,6 persen dan CIMB Niaga 0,9 persen.

Di sisi lain, perbankan di Tanah Air masih cenderung tertinggal dalam melakukan transformasi digital berdasarkan survei awal 2019. Perbankan masih banyak fokus ke kanal elektronik. Seperti ATM dan mesin proses transaksi atau EDC.

“Meski sudah ada masuk ke kuadran dua yakni internet dan mobile banking, tapi kondisi saat ini sudah berubah. Bank menyadari pentingnya ke depan akan era digital. Sehingga mereka melakukan langkah penguatan sisi digital,” katanya.

Mengingat digital banking membutuhkan nilai investasi besar, terutama investasi teknologi informasi, maka bank yang menerapkan digital banking adalah bank besar. Yakni Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU 3 dan 4).

TUMBUH PESAT

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, industri teknologi finansial atau financial technology (fintech) Indonesia diprediksi oleh Google dan Temasek akan mengalami pertumbuhan paling cepat di lingkup ASEAN.

“Pada 2019, Google dan Temasek memprediksi Indonesia adalah pertumbuhan tercepat di lingkup ASEAN,” katanya dalam pembukaan Indonesia Fintech Summit 2020 di Jakarta, Rabu (11/11).

Airlangga mengatakan, peranan fintech saat ini diperkirakan mencapai 40 miliar dolar AS dengan pertumbuhan tahunan sekitar 50 persen. Pada 2025 diproyeksikan nilainya lebih dari 100 miliar dolar AS.

Hal itu dapat terwujud karena fintech merupakan sektor yang paling kompetitif dengan terbangunnya empat unicorn dan satu decacorn di Indonesia yang nilainya lebih dari 10 miliar dolar AS.

Fintech bersama revolusi industri 4.0 e-commerce on demand service telah menjadi ikon atau showcase bagi ekonomi digital Indonesia,” ujarnya.

Ia menjelaskan, fintech di Indonesia semakin berkembang yakni dapat dilihat dari awal pengembangan pada 2016 yang tidak hanya fokus pada payment dan lending. Namun juga berbagai model bisnis. Termasuk capital rising, asuransi digital dan market provisioning.

“Keberhasilan pengembangan fintech juga kami apresiasi dengan OJK memperkenalkan regulasi regulatory sanbox yang memungkinkan inovasi tetap berjalan,” jelasnya.

Dia menuturkan, fintech memainkan peran penting terhadap pencapaian indeks inklusi keuangan sebesar 76 persen pada 2019 dan akan mendukung mewujudkan target sebesar 90 persen pada 2024.

“Potensi fintech ini dengan sejumlah tantangan tentunya utamanya adalah literasi keuangan. Digital didukung dengan ekosistem dan kolaborasi yang lintas sektoral untuk memaksimalkan program dan inisiatif pemerintah,” tegasnya.

Sementara itu, menurut Airlangga, saat ini fintech memiliki tantangan untuk menjawab potensi pengangguran terbuka. Agar dapat mendorong kegiatan UMKM atau kewirausahaan.

“Saya berharap upaya akselerasi pemulihan ekonomi nasional. Utamanya inklusi keuangan dan teknologi digital. Dengan kolaborasi lintas sektoral. Bisa membangun dan me-reform sekaligus menumbuhkan kembali perekonomian nasional kita,” katanya.

HINDARI DISRUPSI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: