Berbahan Dasar Bawang Tiwai, TeaWai Kini Beromzet Puluhan Juta

Berbahan Dasar Bawang Tiwai, TeaWai Kini Beromzet Puluhan Juta

Kukar, nomorsatukaltim.com – Bawang tiwai atau yang biasa dikenak dengan bawang dayak merupakan salah satu umbi-umbian khas dari Kalimantan. Selain menjadikannya bumbu masakan, biasanya suku Dayak mengolahnya sebagai minuman herbal.

Bawang Dayak dipercayai dapat meringankan beberapa penyakit. Seperti maag, radang tenggorokan, gangguan pencernaan dan lain sebagainya. Caranya, bawang diserut dan dituangkan air panas.

“Kalau yang masih tradisional itu, menurut saya rasanya pahit banget. Sehingga saya dengan istri mencoba untuk mengolah bawang ini. Agar menjadi teh yang bisa diminum. Tetapi kandungannya tidak berkurang sama sekali,” jelas owner TeaWai, Sardi Khalif, Minggu (8/11/2020) pagi.

Pria yang akrab dipanggil Sardi yang merupakan suku asli Dayak itu melihat peluang bisnis terhadap bawang tersebut. Ia pun bersama istrinya, Resty Novitaria, melakukan uji coba pembuatan teh menggunakan bahan dasar umbi-umbian pada 2017.

Namun upaya mereka sempat terhalang dengan kurangnya minat para petani yang menanam bawang tersebut.

“Awalnya kita menawarkan kepada petani di sekitar untuk menjual hasil panen bawang mereka. Namun tidak ada yang minat. Dan akhirnya kita harus membeli dari luar kecamatan,” jelasnya.

Kemudian ia dan istrinya merintis usaha tersebut dengan mengedukasi para petani bagaimana cara menanam bawang tiwai hingga proses penjemuran dan siap untuk dijual.

“Kita bikinkan surat hitam di atas putih, dan memberikan cara-caranya atau standar bawang yang kita inginkan. Karena itu sangat berpengaruh kepada hasil dan rasa dari teh itu,” ujarnya.

MoU tersebut telah membawa Sardi dan Resty mampu bekerja sama dengan 17 petani. Hasil yang diolah pun dapat lebih maksimal. Sesuai Standar Industri Indonesia (SII). Mereka mendapatkannya dari Balai Riset dan Standardisasi (Baristand) Industri Samarinda.

Sardi menjelaskan, MoU dengan para petani pun membuat dia mendapatkan bawang dengan kualitas dan kandungan yang maksimal.

Mereka pun dapat memproduksi 1.200 kotak teh bawang siap saji. Alat yang digunakan untuk mengolahnya berasal dari badan riset.

“(Alat itu) mampu menampung 11 kilo bawang tiwai untuk masuk dalam proses pemanggangan. Dan membutuhkan waktu selama enam jam. Setelah dia kering, itu yang akan diolah menjadi semacam serbuknya,” ungkap dia.

Resty menambahkan, dengan bawang berkualitas, mereka mendapatkan omzet Rp 30 juta dan mempekerjakan empat orang karyawan.

“Kita menjual untuk satu kotak isi 18 belas teh celup dengan harga Rp 25.000,” jelasnya.

Keduanya telah bekerja sama dengan Indogrosir. Sehingga mereka hanya fokus memproduksinya di rumah dan mengirimnya agar dijual di masyarakat.

“Untuk penjualan, kita sudah ada agen dan reseller. Di sini kita fokus dalam produksi dan packaging-nya. Jadi, kalau ada yang mau beli, bisa langsung datang ke minimarket-minimarket,” terangnya. (adv/tor/qn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: