Tertinggi Ke 3 di Kaltim

Tertinggi Ke 3 di Kaltim

TANJUNG REDEB, DISWAY -  Tertinggi Ketiga di Kaltim. Rerata pengeluaran per kapita per bulan masyarakat Berau, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Berau meningkat setiap tahunnya, baik untuk pengeluaran makanan maupun non makanan. Di Kalimantan Timur, Berau tertinggi ketiga.

Data pengeluaran kategori makanan pada tahun 2015 mencapai Rp 594.473,75 per bulan per kapita. Kemudian meningkat di 2016 sebesar Rp 634.112,20, pada 2017 Rp 720.641,99, tahun 2018 sebesar Rp 782.560,14 dan 2019 sebesar Rp 865.067,48 per bulan per kapita. Sementara, data 2020 masih dalam perhitungan. Pengeluaran tersebut, paling banyak diperuntukkan untuk konsumsi makanan dan minuman sebesar 29,67 persen, kebutuhan pokok seperti beras 10,22 persen, dan konsumsi tembakau sebesar 11,55 persen. Sedangkan pengeluaran kategori non makanan pun ikut meningkat setiap tahunnya. Yakni pada tahun 2015 sebesar Rp 626.604,71; tahun 2016 sebesar Rp 767.588,86; tahun 2017 sebesar Rp 779.038,11; tahun 2018 Rp 915.085,22 dan 2019 sebesar Rp 1.075.871,53 per kapita per bulan. Banyaknya pengeluaran untuk kelompok non makanan dialokasikan untuk perumahan dan fasilitas rumah tangga sebesar 57,87 persen, disusul oleh aneka barang dan jasa 20,81 persen. (lihat grafis) Kepala BPS Berau, Bahramsyah menjelaskan, bahwa adanya peningkatan pengeluaran per kapita berbanding lurus dengan pendapatan per kapita per bulan. Beberapa faktor yang memengaruhi peningkatan, adanya faktor ekonomi, seperti pendapatan rumah tangga, kekayaan rumah tangga, tingkat bunga dan perkiraan tentang masa depan. Lalu, dipengaruhi pula dengan faktor demografi. penduduk yang meningkat cenderung mempengaruhi pengeluaran. Juga, semakin banyak penduduk berusia kerja atau usia produktif yaitu 15-64 tahun maka semakin besar penghasilan yang diperoleh, sehingga meningkatkan pengeluaran atau konsumsi per bulannya. Lainnya, semakin besar tingkat pendidikan masyarakat, juga memengaruhi pengeluaran. Adapun faktor non ekonomi seperti pengaruh sosial budaya masyarakat, pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat. “Adanya peningkatan, menjadi indikasi bahwa taraf hidup masyarakat meningkat, dan pendapatan tiap tahunnya terjadi peningkatan,” jelasnya kepada Disway Berau, Senin (2/11). Kendati begitu, perlu disadari, bahwa harga barang dan jasa dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dicontohkan, seperti adanya perbedaan harga beras di tahun 2018 dengan tahun 2019. Begitu juga seterusnya. Hal tersebut juga didukung fakta bahwa besaran UMK di Berau ikut mengalami peningkatan. Salah satu penentu besarnya UMK itu sendiri adalah laju inflasi di daerah. Tapi, tahun ini Gubernur Kalimantan Timur mengikuti SK Menteri Ketenagakerjaan untuk tidak menaikkan UMP melihat kondisi ekonomi di tengah Pandemik COVID-19. Sementara itu, adanya peningkatan penduduk sebagai sistem perhitungan pengeluaran juga memengaruhi. Tingkat pengeluaran masyarakat Berau menempati 4 teratas tertinggi di antara kabupaten/kota Kalimantan Timur.  Bersaing dengan Bontang di posisi pertama, Balikpapan posisi kedua Berau ketiga dan Samarinda di posisi keempat. Untuk itu, UMK Berau pun bisa menjadi yang tertinggi dengan kabupaten/kota di Kaltim, dengan diikuti alasan geografis seperti ongkos kirim barang yang tidak juga murah. Selain itu, jumlah anggota rumah tangga dan komposisi anggota rumah tangga merupakan salah satu hal yang membuat pola pengeluaran menjadi beragam. Jumlah dan komposisi anggota rumah tangga akan membedakan komoditas yang dikonsumsi. Lanjut Bahram, semakin sejahtera suatu kelompok masyarakat, konsumsi non makanan akan terus meningkat, sebab mereka lebih mementingkan kebutuhan primer. Begitu juga dengan pola konsumsi kelompok makanan lebih banyak mengonsumsi makanan jadi. Adapun penyebabnya, antara lain keterbatasan waktu yang dimiliki untuk menyiapkan makanan dan minuman di rumah, peningkatan persentase ibu bekerja di luar rumah maupun permasalahan jarak rumah dengan lokasi bekerja, serta adanya kemampuan untuk membeli. Jika pendapatan di tahun 2020 mengurang, hal ini akan memengaruhi pengeluaran per kapita per bulannya. Juga akan memengaruhi pula uang yang beredar di masyarakat dan kondisi ekonomi suatu masyarakat. “Kalau pengeluaran di tahun 2020 menurun, bisa saja memang karena pemasukan ikut menurun. Tetapi jika harga ikut naik, hal itu berbeda lagi perhitungannya. Begitu juga tahun-tahun berikutnya yang akan mengikuti,” tandasnya. *RAP/APP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: