Rasio Elektrifikasi Meningkat

Rasio Elektrifikasi Meningkat

TANJUNG SELOR, DISWAY – Rasio Elektrifikasi Meningkat. Listrik merupakan bagian utama bagi masyarakat untuk menggerakkan roda kehidupan. Dari itu, penyediaan energi listrik yang memadai dan andal, menjadi salah satu prioritas Pemprov Kaltara.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltara, Ferdy Manurun Tanduklangi mengatakan, Pemprov Kaltara terus bersinergi dengan pihak-pihak terkait. Seperti PLN dan juga bersama pemerintah pusat, serta pemerintah kabupaten/kota untuk memenuhi kebutuhan listrik. Berdasarkan data yang dimiliki, rasio eletrifikasi di Kaltara dari 2016 hingga 2020, terus mengalami peningkatan. Dari rasio elektrifikasi 68,66 persen pada 2016, kini menjadi 77,97 persen. Ferdy menjelaskan, peningkatan rasio elektrifikasi, atau kepala keluarga (KK) yang sudah berlistrik dari 2016 hingga 2020, tumbuh mencapai 9,31 persen. “Tiap tahun rasio eletrifikasi di Kaltara terus meningkat. Pada 2016 hingga 2017 meningkat 0,45 persen, 2017 hingga 2018 meningkat 2,87 persen, 2018 hingga 2019 rasio elektrifikasi paling besar, mencapai 5,76 Persen. Kemudian pada 2019 ke 2020 mencapai 0,23 persen,” ungkapnya, kemarin. Selain rasio elektrifikasi secara umum, rasio desa berlistrik dari 2016 hingga 2020, juga mengalami peningkatan. Yaitu tumbuh mencapai 32,16 persen. Kenaikan rasio desa berlistrik, kata Ferdy, merupakan hasil persentase desa yang sudah berlistrik. Termasuk melalui program pemasangan lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) yang dapat membantu meningkatakan rasio elektrifikasi di Kaltara. “Rasio desa berlistrik dari 2016 ke 2017 meningkat 13,8 persen. Pada 2018 terjadi penurunan 0,72 persen akibat banyak PLTS yang rusak dan hilang, kemudian pada 2019 rasionya meningkat lagi hingga 16,39 persen, dan di 2020 meningkat 2,69 persen. Peningkatan rasio desa berlistrik ini, sangat membantu rasio elektrifikasi di Kaltara,” jelasnya. Kenaikan elektrifikasi di Kaltara, lanjutnya, ditunjang juga dengan peningkatan neraca daya di Kaltara. Dimana per September 2020, data neraca daya listrik, antara lain daya mampu sebesar 104.670 kilowatt (kW) atau 104,670 megawatt (MW), dengan beban puncak sebesar 84.496 kW, dan cadangan daya sebesar 20.174 kW. “Untuk jenis pembangkit yang ada di Kaltara, berdasarkan persentasenya itu meliputi PLTD, PLTMG, PLTU, PLTS, dan PLTMH,” sebutnya. Ferdy mengatakan, sesuai asumsi dan target, diproyeksikan kebutuhan tenaga listrik di Kaltara dalam periode 10 tahun ke depan, tumbuh berjumlah 7,2 persen per tahun. Dan, 20 tahun ke depan tumbuh 6,8 persen per tahun. Sehingga, kebutuhan tenaga listrik yang diperkirakan sekitar 647 gigawatt hour (GWh) pada 2017, akan meningkat menjadi 1.523 GWh pada 2025, 2.116 GWh pada 2030, 2.877 GWh pada 2035 dan pada 2037 mencapai 3.245 GWh. “Untuk memenuhi pertumbuhan tenaga listrik yang tinggi itu, maka dalam periode 10 tahun ke depan, diperlukan tambahan pembangkit dengan total kapasitas rata-rata sekitar 330 MW per tahun,” ungkap Ferdy. “Kemudian untuk periode 20 tahun ke depan rata-rata sekitar 443,4 MW per tahun. Dengan tambahan pembangkit listrik ini maka diharapkan kapasitas pembangkit di Kaltara meningkat dari sekitar 134 MW pada 2017 menjadi sekitar 3.419 MW pada 2027 dan 10.503 MW pada 2037,” lanjutnya. Untuk pemenuhan daya listrik jangka panjang, saat ini sudah dimulai pembangunan PLTA di Kaltara. Salah satunya, PLTA Kayan yang diproyeksikan bisa menghasilkan 10.000 MW. HMS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: