Ketimpangan Pertumbuham Ekonomi China

Ketimpangan Pertumbuham Ekonomi China

Beijing, nomorsatukaltim.com - Ekonomi China tumbuh 4,9 persen pada kuartal III-2020. Torehan itu menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa ekonomi bisa meroket jika wabah COVID-19 bisa dikendalikan.

Sementara saat ini banyak negara yang masih bertarung dengan pandemi. Bahkan tidak sedikit dari negara dunia yang terancam menghadapi gelombang kedua. Tentu apa yang ditorehkan China itu membuat iri banyak negara di dunia.

Laju pertumbuhan ekonomi China sebenarnya sedikit lebih lambat dari perkiraan para ekonom. Namun ada banyak tanda-tanda kekuatan. Dengan kinerja sektor jasa dan konstruksi yang sangat baik.

“Ekonomi China melanjutkan rebound cepatnya pada kuartal terakhir. Dengan pemulihan meluas dan mulai mengurangi ketergantungan pada stimulus,” kata Ekonomi Capital Economics, Julian Evans-Pritchard, baru-baru ini.

Sebenarnya angka pertumbuhan ekonomi China itu jauh dari pertumbuhan ekonomi negara itu dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Namun dalam situasi pandemi saat ini, 4,9 persen adalah pertumbuhan ekonomi yang terbilang cukup tinggi.

International Monetary Fund (IMF) memperkirakan ekonomi China akan tumbuh 1,9 persen pada tahun 2020. Proyeksi itu jauh lebih baik dibandingkan dengan kontraksi ekonomi sebesar 5,8 persen di Amerika Serikat (AS) dan 8,3 persen di 19 negara di Eropa.

Cara pemerintah China menangani wabah awal virus corona sebenarnya telah dikritik oleh beberapa politisi negara barat. Tetapi kebijakan lockdown dan pelacakan populasi yang ketat di China ternyata ampuh mengendalikan virus.

Negara itu juga telah menyisihkan ratusan miliar dolar untuk proyek infrastruktur. Hanya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Bank sentral negara itu juga turut mendukung kebijakan tersebut.

Blue print dari mekanisme pengendalian virus di China juga terbukti sulit untuk ditiru oleh negara lain. Terutama bagi negara yang para pemimpinnya tidak memiliki tingkat kontrol yang sama atas populasi mereka seperti di Beijing.

Eropa dan AS sekarang menghadapi lonjakan kasus virus COVID-19 lagi. Paris telah memberlakukan jam malam. Di London, orang-orang dari rumah yang berbeda dilarang saling bertemu di dalam ruangan.

AS rata-rata mencatatkan lebih dari 55.000 kasus baru setiap hari. Naik lebih dari 60 persen sejak penurunan pada pertengahan September 2020.

Amerika mungkin tidak akan melakukan lockdown nasional dalam waktu dekat. Tetapi kemungkinan besar ekonominya akan tetap lemah sampai ada pengurangan kasus baru.

Sementara AS sedang berjibaku melawan pandemi dan kemerosotan ekonomi, China akan terus berkuasa. Data ekonomi untuk September menunjukkan pemulihan ekonomi China semakin kuat. Angka produksi industri dan penjualan ritel sangat kuat.

IMF memperkirakan, ekonomi China akan tumbuh sebesar 8,2 persen pada 2021. Tentu proyeksi pertumbuhan ekonomi itu jauh lebih cepat daripada AS ataupun negara-negara Eropa.

RODA EKONOMI

Pemulihan ekonomi China yang goyah akibat pandemi COVID-19 terus dilakukan. Kini perekonomian Negara Tirai Bambu tersebut semakin kuat. Karena konsumen kembali ke pusat perbelanjaan dan dealer mobil. Sementara AS dan Eropa mengalami kontraksi cukup dalam. 

Pertumbuhan ekonomi Chinameningkat menjadi 4,9 persen dari tahun sebelumnya dalam tiga bulan. Yang berakhir pada September. Dengan begitu pertumbuhan China naik dari 3,2 persen pada kuartal sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: