Ketimpangan Pertumbuham Ekonomi China

Ketimpangan Pertumbuham Ekonomi China

Data resmi menunjukkan, pengeluaran ritel naik kembali ke atas level sebelum virus COVID-19 untuk pertama kalinya tiba. Output pabrik pun naik. Hal itu didorong oleh permintaan ekspor masker dan pasokan medis lainnya. 

China merupakan satu-satunya ekonomi utama yang diperkirakan tumbuh tahun ini. Sementara aktivitas ekonomi di AS, Eropa, dan Jepang menyusut. 

Julian Evans Pritchard dari Capital Economics mengatakan dalam sebuah laporan, pemulihan ekonomi di China meluas dan menjadi kurang bergantung pada stimulus pemerintah. Ia menambahkan, pertumbuhan masih melaju menuju kuartal saat ini. 

Sebagian besar pasar saham Asia naik di tengah berita peningkatan aktivitas di China, yang merupakan mitra dagang terbesar bagi semua tetangganya. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 1,1 persen. Sementara Hang Seng Hong Kong naik 0,9 persen. Pasar di Korea Selatan dan Australia juga naik. 

Indeks Shanghai Composite China turun 0,7 persen. Karena ekspektasi data yang relatif kuat akan mengurangi kemungkinan stumulus tambahan yang dapat meningkatkan harga saham. Sekarang, China sebagai tempat pandemi dimulai pada Desember, telah menjadi ekonomi besar pertama yang kembali tumbuh setelah menyatakan penyakit itu dapat dikendalikan pada Maret. Sehingga pabrik, toko, dan kantor mulai dibuka. 

Perekonomian China mengalami kontraksi sebesar 6,8 persen pada kuartal I-2020. Angka tersebut merupakan kinerja terburuknya sejak pertengahan 1960-an. 

Dilansir AP News, Biro Statistik Nasional mengatakan, perekonomian melanjutkan pemulihan yang stabil. Hanya saja ia memperingatkan, lingkungan internasional masih rumit dan parah. Ditambahkan, China menghadapi tekanan besar demi mencegah gelombang kedua.

Pihak berwenang telah mencabut pembatasan perjalanan dan bisnis. Tapi pengunjung pemerintah dan berbagai gedung publik lainnya masih diperiksa. Guna mengetahui gejala virus itu. Wisatawan yang datang dari luar negeri juga harus dikarantina selama dua minggu. 

Lebih dari 10 juta orang dites virus di pelabuhan timur Qingdao setelah 12 kasus ditemukan di sana. Itu memecahkan rekor dua bulan tanpa transmisi virus yang dilaporkan di China.

Sebagai informasi, produksi industri naik 5,8 persen dibandingkan kuartal sama tahun lalu. Ini peningkatan yang nyata selama kontraksi 1,3 persen pada semester pertama. Eksportir China mengambil pangsa pasar dari pesaing asing yang masih terkendala pengendalian virus.

Selanjutnya, penjualan ritel naik 0,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka itu naik dari kontraksi 7,2 persen di paruh pertama karena konsumen, yang sudah cemas tentang ekonomi melambat dan perang tarif dengan Washington. Sementara perdagangan online naik 15,3 persen. 

Sebagai tanda permintaan semakin cepat, penjualan pada September naik 3,3 persen. “Pemulihan konsumsi swasta China sedang mengumpulkan momentum,” kata Stephen Innes dari AxiCorp dalam sebuah laporan.

TAK MERATA

Pemulihan ekonomi China tak ‘seindah’ kelihatannya. Meski sejumlah pihak memandang China cepat bangkit dari dampak pandemi virus corona (COVID-19), namun pemulihan itu berjalan perlahan. Belum meningkat drastis.

CEO China Beige Look (perusahaan riset China yang berbasis di AS), Leland Miller mengatakan, pemulihan ekonomi di China belum menyebar rata ke seluruh negeri. Sehingga ekonominya belum ada peningkatan jika dibandingkan tahun lalu.

“Pemulihan itu sendiri sebenarnya memiliki dua cabang. Jika Anda melihat kota-kota besar, dan daerah pesisir memang sudah terjadi pemulihan ekonomi yang jauh lebih baik daripada negara bagian lainnya,” kata Miller.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: