Tak Terpengaruh COVID-19 

Tak Terpengaruh COVID-19 

TANJUNG REDEB, DISWAY – Meski pandemik COVID-19, arus peti kemas di Kabupaten Berau tetap tumbuh dengan positif. Padahal hanya satu ekspedisi yang melayani.

Data sementara PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Tanjung Redeb, hingga September 2020, total bongkar muat penuh (full) sebanyak 9.740 Teus. Sedangkan di tahun 2019 hanya 8.797 Teus. Namun, jika dilihat dari dua ekspedisi yang dilayani, di tahun 2019 total bongkar muat full yaitu sebanyak 19.492 Teus. Lalu untuk jumlah antara full dan empty sebanyak 35.293 Teus. “Tidak bisa dibandingkan secara bersamaan, sebab hanya satu ekspedisi saja. Jadi kami menganggapnya tidak ada penurunan aktivitas bongkar muat satu ekspedisi. Masih tumbuh dengan positif,” ungkap Manajer Pelayanan Kapal PLTS, Operasi dan Teknis PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Tanjung Redeb, Anwar Kusnadi, Minggu (25/10). Adanya pengurangan pelayanan PT Temas Line, disebabkan mereka telah mandiri dan melakukan aktivitas bongkar muat sendiri. Sedangkan Pelindo IV Cabang Tanjung Redeb, hanya melayani PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) saja. Lanjut Anwar, tidak terganggunya aktivitas arus peti kemas di tengah pandemik bisa jadi karena  terpengaruhnya daya beli masyarakat Berau. Sebab, kontainer yang berlabuh sebagian besar adalah berupa sembako. Apalagi, sembako maupun komoditi pangan lainnya juga menyanggah daerah di Kalimantan Utara (Kaltara). Selain itu, pembangunan di Kaltara ikut memengaruhi, seperti barang-barang bangunan, contohnya keramik, besi maupun plywood. Sedangkan seperti semen, banyak untuk Berau. “Ekonomi masyarakat Berau tidak begitu terganggu. Kalau di luar Kabupaten atau luar Provinsi memang banyak aktivitas bongkar muat yang menurun,” ungkapnya. Sedangkan komoditas ekspor dari Berau masih banyak berupa hasil sawit yang berbentuk biji. Selain itu, bahan besi tua banyak dikirim dari Berau. Lalu untuk hasil laut tidak begitu banyak, tidak begitu mendominasi kebanyak melalui Tarakan. Rutenya juga hanya menuju Balikpapan maupun Surabaya. Untuk target peningkatan aktivitas, mereka tidak bisa menyebutkan berapa persen di tahun ini. Begitu juga berapa banyak kapal yang bisa berlabuh dalam satu bulannya. Jika masih melayani dua ekspedisi dalam satu bulan rerata aktivitas bongkar muat bisa mencapai 7 kapal dan paling banyak 9 unit, tidak pernah lebih. “Tidak bisa lebih dari 9 unit, karena daya tampung pelabuhan dalam satu bulan 1.000 untuk dua pelayaran. Jika lebih besar kawasannya, bisa saja lebih,” ungkapnya. Jika mereka menargetkan peningkatan aktivitas, itu juga harus dibarengi dengan luas pelabuhan. Tetapi mereka belum membicarakan hal itu untuk saat ini. Antrean pun tergantung dari dermaga. Jika ada kapal konvensional dan kapal yang membawa kontainer mereka akan masuk sesuai dengan antrean dan ada keterbatasan dermaga untuk berlabuh. Tetapi biasanya akan didahulukan untuk kapal kontainer. Untuk kotak kosong, di tengah pandemik tidak ada aturan yang baru. Penumpukan terjadi sembari menunggu kapal yang masuk. Jika terlalu lama, mereka akan mendapatkan denda tersendiri, meski pihaknya tidak menyebutkan nominalnya berapa. Hingga September 2020, kontainer empty ada yang diangkut ada sebanyak 7.621 Teus. Anwar menjelaskan, jika industri di Kabupaten Berau terus tumbuh, bisa jadi aktivitas arus peti kemas untuk ekspor juga terpengaruh. Begitu juga dengan permintaan dan daya beli masyarakat. Adanya pengurangan pelayaran ekspedisi memang berpengaruh pada pihaknya, tetapi hal itu tidak bisa dianggap sebagai kerugian yang besar. Dan tidak terlalu berpengaruh pula pada pasokan barang di Berau. “Kedepannya, akan ditingkatkan dengan pelayaran baru. Kalau wacana terdekat adanya PT Meratus. Tapi mereka harus melihat lapangan terlebih dahulu,” tandasnya. *RAP/APP

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: