Pasar

Pasar

Patut diacungi jempol. Kalau perlu dua jempol. Jiwa entrepreneur Riswahyuni yang mampu memberdayakan komoditas lokal. Membantu petani dan pedagang salak, khususnya yang berada di jalan poros Balikpapan- Samarinda. Yuni, sapaan akrabnya. Tak hanya pandai membaca peluang, tetapi juga bisa membuat makanan olahan menjadi layak dan enak dikonsumsi. Layak jual. Bahan olahannya dari limbah salak. Salak yang ukuran kecil dan kecut. Biasanya di buang begitu saja. Dijadikan pupuk alami. Berkat Yuni, akhirnya limbah salak pun jadi bernilai. Kenapa dua jempol. Selain manfaat bagi petani salak itu, Yuni juga bisa menyerap tenaga kerja. Berkat kepiawaiannya mengolah limbah salak. Bahkan kini Yuni sudah punya 10 karyawan. Bayangkan jika ada 100 Yuni. Bisa ada 1.000 peluang kerja bagi warga Balikpapan dan sekitarnya. Kita perlu menumbuhkan Yuni-Yuni baru. Kalau perlu didorong agar kapasitas usaha Yuni lebih luas lagi. Kalau soal bahan baku. Banyak. Rasa-rasanya ada juga perkebunan salak di daerah teritip. Sekitar tahun 2007-an, saya sempat mewawancarai petani salak itu. Kalau dari Balikpapan, lokasinya ada di sebalah kiri jalan. Masuknya lumayan jauh. Sekitar 2 hingga 3 Km. Problemnya sama. Setiap panen tiba, selalu kelimpungan. Tidak semua buah salak bisa diserap pasar. Akhirnya membusuk dan dibuang. Para petani tak kalah akal. Sebagian ada yang dibuat dodol salak. Sekarang, belum tahu nasibnya. Apa masih bertahan produk dodol salaknya itu. Hampir semua problem home made sama. Kalau tidak permodalan, soal kemasan, ya pemasaran. Jika itu sudah terpenuhi, satu lagi. Yang paling penting. Apakah produknya bisa diterima pasar. Yuni sudah membuktikan. Produknya bisa diterima pasar. Pemesannya banyak dari luar Kalimantan. Model pemasarannya perpaduan antara konvensional dan kekinian. Yuni punya lapak di Jalan MT Haryono. Dekat Pasar Buton. Di ruko itu aneka produk olahannya di pajang. Tapi dia juga mengembangkan pasar digital. Cukup pesan via online, barang langsung diantar. Karenanya, pembelinya bisa sampai luar Kalimantan. Istri saya nih sering belanja via online. Kapan hari, saat hendak ke Samarinda, ia minta diantar membeli makanan untuk oleh-oleh. Sekalian melihat rumah produksinya. Entah tahu darimana tentang Papasumo, nama brand-nya. Lokasinya ada di perumahan Kutai Hills, Cluster Berau. Masuk dalam perumahan itu. Bersamaan dengan kita, juga ada beberapa driver ojek online yang memesan kue. Banyak juga peminatnya. Artinya, soal pemasaran saat ini sedikit bisa terpecahkan dengan sistem online ini. Lebih efisien tanpa harus buka toko. Cukup toko online. Jika tak ada kendala pemasaran, berarti tinggal penerimaan pasar. Ini berkaitan dengan produk dan kemasan. Kalau jualan makanan, artinya rasanya harus enak. Sesuai dengan lidah kebanyakan orang. “Rasa memang tak pernah bohong”. Begitu bunyi iklan yang mungkin pernah Anda dengar. Soal kemasan juga tak kalah penting. Seringkali kita jumpai. Rasanya biasa saja, tapi kemasannya elok. Ini biasanya bagus untuk buah tangan. Jika semua sudah oke. Masih ada juga masalah lain. Ya, masalah. Selalu saja muncul. “Menang atau kalah, masalah akan selalu ada,” begitu percakapan antara Nick Fury sama Black Widow dalam film Avenger: The Age of Utron. Dalam dunia pendidikan, masalah menjadi hal penting. Bahkan dicari-cari. Misalnya pada penelitian skripsi, yang pertama dicari rumusan masalahnya dulu. Baru solusinya. Lalu, apa masalah selanjutnya? Yakni perluasan pasar. Jumlah peminat. Jumlah penduduk. Jawa selalu menjadi pusat perekonomian. Karena jumlah penduduknya paling besar. Karenanya wajar jika industri pengolahan lebih memilih bangun pabrik di Jawa. Karena itulah, banyak pengusaha besar yang membidik komoditi ekspor. Pasarnya besar. Harganya juga oke. Atau pasarnya mungkin tak terlalu besar. Tapi pasti. Ini berkaitan dengan segmentasi. Perluasan pasar juga bisa berarti memperluas segmentasi. Makanya banyak perusahaan besar. Korporasi. Menyasar berbagai segementasi. Menyiapkan berbagai kebutuhan konsumen. Misalnya perusahaan Astra Group. Bagi konsumen yang membutuhkan mobil baru, Astra punya perusahaan penjualan mobil baru. Bagi yang butuh kendaraan sewa. Astra juga punya Track. Bagi yang hobinya jual beli mobil, ada Astra 88. Ini baru soal kendaraan. Artinya bicara soal segmen pasar tentu berkaitan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen. Soal perluasan pasar ini, juga menjadi isu dunia. Konflik Amerika dan Tiongkok misalnya. Antara lain, ya terkait soal pasar. Pembahasan negosiasi tak lepas dari soal tarif, pajak, dan teman-temannya itu. Saling memproteksi. Itu sebabnya, kemunculan teori imperialisme. Sejatinya membaca kepentingan perluasan pasar tersebut. Bukannya begitu? Kembali ke Yuni. Saat ini mungkin sudah cukup bisa menghasilkan. Menyerap tenaga kerja. Tapi untuk menjadi besar lagi, perlu juga memperbesar jangkauan. Misalnya dengan meningkatkan skala promosi, mengikuti pameran-pameran hingga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Pemerintah daerah harusnya juga ikut mendorong ini. Atau bisa dengan memperluas segmentasinya. Antara lain dengan membuat diversifikasi produk. Tak hanya salak, ada juga cake buah naga misalnya. Sama-sama bahannya melimpah. Mudah-mudahan dengan adanya kepindahaan ibu kota ke Kaltim, dan terjadi eksodus aparatur sipil negara (ASN), yang katanya melebihi jumlah penduduk Balikpapan, bisa menambah pasar cake salaknya. Dan tentunya juga menambah serentetan masalahnya. Hmm.. Bagaimana dengan Anda? */ Pemimpin Redaksi Disway Kaltim

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: